Wakil Kepala Garda Nasional Menjadi Putra Mahkota Kuwait
Sheikh Meshal telah menjadi Wakil Kepala Garda Nasional Kuwait sejak 2004. Dia juga menjadi Kepala Keamanan Negara selama 13 tahun setelah bergabung dengan Kementerian Dalam Negeri pada 1960-an.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
DUBAI, RABU — Wakil Kepala Garda Nasional Kuwait Sheikh Meshal al-Ahmed al-Jaber al-Sabah dinominasikan sebagai putra mahkota baru. Kantor berita resmi Kuwait, KUNA, Rabu (7/10/2020), memberitakan bahwa pencalonan Meshal direstui Emir Kuwait, Sheikh Nawaf al-Ahmad al-Sabah, dan parlemen bakal memberikan persetujuan pada Kamis (8/10/2020) ini.
Meshal, yang kini berusia 80 tahun, adalah saudara tiri almarhum Sheikh Sabah al-Ahmad al-Sabah, mantan Emir Kuwait yang meninggal pada Selasa (29/9/2020) sore. Meshal adalah saudara keempat yang naik dari keluarga kerajaan yang sama.
Meshal secara luas dipandang sebagai pilihan konvensional dan aman. Mengingat kariernya di Kementerian Dalam Negeri, sangat sedikit yang diketahui tentang preferensi kebijakannya. Tidak seperti pesaing teratas lainnya untuk jabatan itu, ia dinilai cenderung menghindari kekacauan politik negara dan perseteruan publik keluarga kerajaan atas tuduhan korupsi.
Meshal menghabiskan bertahun-tahun waktunya di dinas keamanan negara kaya minyak itu. Anggota parlemen harus menyetujui pilihan tersebut selama sesi terakhir mereka, Kamis. Pemungutan suara sangat langka karena urusan suksesi biasanya diputuskan di balik pintu istana. Setelah sesi ini, parlemen Kuwait akan membubarkan diri menjelang pemilu yang akan ditetapkan pada akhir November. Pemilihan putra mahkota baru digelar sebelum pembentukan pemerintahan baru.
Keluarga penguasa
Dua anggota keluarga Al-Sabah yang berkuasa di Kuwait, Rabu, menjanjikan dukungan untuk Meshal. Para diplomat dan pakar Kuwait memandangnya sebagai pesaing utama untuk perannya membantu dalam memandu urusan negara di anggota OPEC yang bersekutu dengan AS itu. ”Kami berjanji setia kepada Putra Mahkota Sheikh Meshal al-Ahmad,” cuit Faisal al-Hamoud al-Sabah, Gubernur Provinsi Farwaniya.
Anggota keluarga lainnya, Khaled al Sabah, mengunggah pesan serupa. Ia mengatakan, ”Kami berjanji setia kepada kalian berdua.” Ia ikut menampilkan foto-foto Sheikh Meshal dan Emir Sheikh Nawaf, yang mengambil alih kekuasaan di Kuwait pada pekan lalu, dalam unggahannya.
Anggota senior Dinasti Al-Sabah dikabarkan berkumpul pada Rabu pagi untuk membahas posisi putra mahkota itu. Pemilihan sosok Meshal menunda perubahan generasi Kuwait, kontras dengan apa yang terjadi di Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Dua negara Arab Teluk ini sekarang dipimpin oleh pangeran-pangeran muda yang kuat.
Independen
Di bawah almarhum Sheikh Sabah, Kuwait berhasil menampilkan kebijakan luar negeri yang independen meskipun ada tekanan dari sejumlah pihak di tingkat regional yang lebih agresif. Sosok Sabah dihormati sebagai diplomat berpengalaman di wilayah yang terbagi dalam garis politik dan sektarian.
Media Al Arabiya menyebut Meshal adalah sosok kuat yang menghindari pertempuran politik dan mendorong peran publik. Ia telah menjadi Wakil Kepala Garda Nasional sejak 2004 dan menjadi kepala keamanan negara selama 13 tahun setelah bergabung dengan Kementerian Dalam Negeri tahun 1960-an.
”Emir akan mendengarkan pandangannya. Dia akan memberikan pengaruh seperti itu,” kata ilmuwan politik Kuwait, Ghanim Alnajjar. Fokusnya adalah keamanan, peradilan, dan urusan domestik lainnya.
Sheikh Meshal, yang berkuliah di Sekolah Tinggi Polisi Hendon Inggris, dipuji karena membantu mereformasi Pengawal Nasional Kuwait. Jurnalis Kuwait, Faisal al-Qanae, pernah menggambarkan Sheikh Meshal sebagai ”musuh terbesar” kronisme dan pelanggaran hukum. Penunjukan Meshal untuk sementara menghentikan ambisi-ambisi anggota senior Dinasti Al-Sabah untuk posisi yang secara tradisional mengatur hubungan pemerintah yang sering bersitegang dengan parlemen.
Peran pewaris dan perdana menteri terpecah pada 2003 karena kesehatan putra mahkota saat itu. Perdana menteri sejak itu sering menghadapi kemacetan antara kabinet yang dipilih sendiri dan parlemen. Kondisi itu dinilai telah menghambat investasi dan reformasi ekonomi di Kuwait.
Para pengamat mengatakan bahwa meskipun Sheikh Nawaf dan Sheikh Meshal tidak banyak menonjolkan diri di depan umum, Sheikh Meshal memiliki pandangan-pandangan yang lebih kuat. (AP/REUTERS)