Dengan sisa sekitar tiga bulan sebelum pemungutan suara, sulit bagi Donald Trump memangkas selisih peluang terpilih dari Joe Biden. Namun, keduanya sama-sama berpeluang memenangi pemilu di 13 negara bagian.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
WASHINGTON DC, SELASA — Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mencoba menghalangi pemungutan suara yang diadakan lewat pos pada Pemilu AS, 3 November 2020. Kali ini, ia mengancam akan menggugat Negara Bagian Nevada yang mengesahkan peraturan soal pemilu lewat pos.
Ancaman dilontarkan Trump selepas ia mewacanakan penundaan pemilu dengan alasan AS sedang dilanda pandemi Covid-19, Senin (3/8/2020) di Washington DC. Sementara Gubernur Nevada Steve Sisolak sudah meneken peraturan soal pengiriman surat suara kepada seluruh pemilih terdaftar.
”Peraturan ini memungkinkan penyelenggara pemilu terus mendukung pemilihan yang aman dan bisa diakses semua pihak dalam situasi yang belum pernah terjadi ini,” ujar politisi Demokrat itu, Senin siang waktu Nevada atau Selasa dini hari WIB.
Peraturan itu memberi gubernur kewenangan untuk memerintahkan sekretaris negara bagian menyesuaikan tahapan pemilu selama periode darurat. Sebelum Nevada, peraturan serupa dilakukan Utah, Colorado, Hawaii, Oregon, Washington, California, dan Vermont yang memutuskan menyelenggarakan pemilu lewat pos.
Pemerintah negara bagian memutuskan itu demi menghindari infeksi Covid-19 yang mungkin menyebar jika pemilih mendatangi tempat pemungutan suara.
Republikan, partai pengusung Trump di pemilu, keberatan dengan aturan soal pihak yang berwenang menyerahkan dan mengumpulkan surat suara. Sebab, ada peluang manipulasi surat suara oleh kelompok relawan yang condong kepada kelompok politik tertentu.
Trump malah secara terbuka menyebut pemilihan lewat pos akan memicu kecurangan besar-besaran. Ia menyebut peraturan Nevada sebagai kudeta ilegal di tengah malam. ”Kami akan menggugat Nevada. Kami akan segera mendaftarkan (berkas gugatan),” ujarnya.
Menurut Trump, ia berhak menerbitkan peraturan presiden terkait pemilu lewat pos. Walakin, ia juga menyebut belum meninjau lebih lanjut hal tersebut.
Trump juga menyatakan Kantor Pos AS (USPS) tidak akan sanggup menangangi pemilu lewat pos. ”Kantor pos selama bertahun-tahun telah bekerja dengan penuh semangat, tetapi peralatan mereka sudah kuno. Saya tidak yakin kantor pos siap untuk hal seperti ini (pemilu lewat pos),” ujarnya.
Bantahan untuk Trump
USPS membantah klaim Trump dan menegaskan BUMN itu siap menangani pemilu lewat pos. ”Layanan Pos telah meningkatkan kemampuan untuk menangani pemilu lewat pos, termasuk tambahan apa pun terkait Covid-19,” demikian pernyataan resmi USPS seperti dikutip CNN.
Sementara Sekretaris Negara Bagian Nevada Barbara Cegavske mengatakan, tidak ada bukti kecurangan selama proses pemilihan pendahuluan di Nevada. Meskipun demikian, politisi Republikan itu keberatan dengan keharusan mengubah tahapan pemilu seperti diperintahkan dalam peraturan terbaru.
Sebagai penanggung jawab pemilu di negara bagian, sekretaris negara bagian harus mengatur semua tahapan pemilu. Cegavske mengatakan, akan butuh tambahan 3 juta dollar AS untuk menyelenggarakan pemilu lewat pos.
Terpisah, bakal calon Presiden AS dari Demokrat, Joe Biden, menyebut bahwa Trump bermuka tembok soal pemilu lewat pos. Semua tuduhan Trump soal pemilu lewat pos hanya untuk menutupi kegagalannya sebagai presiden.
”Dia menyarankan kita menunda pemilu, bermuka tembok, dan berbohong soal kecurangan pemilu lewat pos. Dia melakukan semua cara untuk memanfaatkan pandemi ini untuk tujuan politis. Demi mengalihkan dari kegagalannya,” kata Biden.
Keunggulan Biden
Biden, yang diragukan kala memulai proses seleksi bakal capres AS dari Demokrat dan kini menjadi satu-satunya bakal calon yang tersisa, masih mempertahankan keunggulan terhadap Trump. Dalam serangkaian jajak pendapat, selisih keunggulan Biden atas Trump masih di atas 8 persen.
Peluang keterpilihan Biden stabil di kisaran 50 persen. Sementara peluang keterpilihan Trump di aras 40 persen. Dengan sisa 89 hari sebelum pemungutan suara pada 3 November 2020, tidak mudah bagi Trump untuk memangkas ketertinggalan itu.
Apalagi, kinerja perekonomian AS tidak kunjung membaik di tengah pandemi ini. Padahal, ekonomi menjadi salah satu andalan setiap calon petahana di pemilu.
Serangkaian jajak pendapat menunjukkan kepuasan terhadap kinerja Trump rata-rata di aras 40 persen. Dengan tren ketidakpuasan seperti Trump, ada tiga presiden AS yang gagal terpilih lagi, yakni Gerald Ford, Jimmy Carter, dan George HW Bush.
Di 13 negara bagian yang berpeluang besar dimenangi Biden, ada 183 suara perwakilan. Sebaliknya, di negara bagian yang cenderung dimenangi Trump hanya ada total 77 suara perwakilan.
Pemilu Presiden AS memang tidak menggunakan sistem pilihan langsung. Setiap capres harus disokong sedikitnya 270 dari 538 perwakilan yang tersebar di 50 negara bagian AS. Suara perwakilan ditentukan dari hasil pemilu di setiap daerah pemilihan.
Karena itu, pertarungan dalam pemilu AS berlangsung di aras dapil. Pertarungan tidak berlangsung di skala nasional, seperti di Indonesia atau negara lain yang memilih presiden lewat pemilu. (AP/REUTERS)