Seluruh dunia perlu bekerja sama untuk memastikan semua negara berperilaku secara pantas menurut tatanan internasional. AS berharap bisa membangun koalisi yang memahami ancaman China
Oleh
kris mada
·3 menit baca
LONDON, RABU — Isu China menjadi satu fokus pertemuan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, dan Menlu Inggris Dominic Raab. Amerika Serikat mengajak Inggris untuk membangun koalisi melawan China.
Pertemuan ketiga pejabat AS dan Inggris itu terjadi ketika Pompeo melawat Inggris, Selasa-Kamis (21-22/7/2020). ”Kami berharap bisa membangun koalisi yang memahami ancaman dan akan bekerja kerja sama untuk meyakinkan Partai Komunis China (PKC) pada mereka, rugi kalau terus berperilaku seperti itu,” ujarnya, Selasa (21/7/2020) sore waktu London atau Rabu dini hari WIB.
Pompeo memuji keputusan Inggris terkait Hong Kong dan Huawei. Ia pun secara terbuka kembali menuding PKC sebagai perisak dan pemberangus kebebasan.
”Kami memulai (pembicaraan) soal tantangan yang dihadirkan PKC dan Covid-19 yang berasal dari Wuhan, China. Sangat memalukan, PKC memanfaatkan bencana ini demi kepentingannya,” ujar Pompeo.
Alih-alih membantu dunia, kata Pompeo, Sekretaris Jenderal PKC yang juga Presiden China Xi Jinping malah menunjukkan wajah sejati partainya. ”Kami membahas pemberhangusan kebebasan Hong Kong, PKC merisak tetangga, memiliterisasi Laut China Selatan, dan memicu konfrontasi mematikan dengan India,” tuturnya.
Pompeo mengatakan, seluruh dunia perlu bekerja sama untuk memastikan semua negara berperilaku secara pantas menurut tatanan internasional. ”Kami ingin setiap bangsa memahami dan menghargai kebebasan dan demokrasi sebagai hal penting bagi warganya. (Kami) ingin setiap negara memahami ancaman Partai Komunis China dan bekerja sama untuk meraih yang menjadi hak kita,” ujarnya.
Hong Kong dan Huawei
Pompeo dan Raab juga secara khusus menyinggung isu Hong Kong dan Huawei, perusahaan telekomunikasi China. ”Kami membahas keprihatian soal keadaan di Hong Kong, khususnya terkait undang-undang keamanan nasional. Kami membahas tawaran kami kepada BN(O), apa yang kami lakukan soal penundaan perjanjian ekstradisi, dan memperpanjang embargo senjata pada Hong Kong,” kata Raab.
Ia menyingung soal tawaran London kepada warga Hong Kong yang lahir sebelum 1 Juli 1997 atau hari Inggris mengembalikan Hong Kong kepada China. Setiap warga dan penduduk Hong Kong yang lahir sebelum 1 Juli 1997 bisa mendapat paspor Inggris yang dikenal sebagai paspor BN(O).
Namun, paspor itu hanya menjadi dokumen perjalanan dan bukan menandakan mereka jadi warga Inggris. London memang menawarkan pemegang paspor BN(O) asal Hong Kong untuk bisa mengajukan permohonan menjadi WN Inggris. Sampai sekarang, London belum merinci teknis penawaran itu.
”Anda dengan murah harus membuka pintu bagi warga Hong Kong yang mencari kebebasan. Kemarin, Anda menunda perjanjian ekstradisi dan memperpanjang embargo senjata. Kami mendukung pilihan berdaulat ini,” ujar Pompeo.
Ia juga mengakui AS-Inggris tidak selalu sepakat soal Huawei. Walakin, ia menilai keputusan Inggris mengganti perangkat buatan Huawei dalam infrastruktur telekomunikasi sebagai hal tepat.
”Keputusan itu bukan dibuat karena perkataan AS, melainkan karena pemimpin Inggris memutuskan yang terbaik untuk warganya,” kata Pompeo.
Meski AS telah menerapkan serangkaian sanksi terhadap Huawei, Pompeo menyangkal berusaha menghancurkan perusahaan telekomunikasi dengan omzet paling besar di dunia itu. Ia berdalih AS hanya berusaha melindungi warganya. AS ingin memastikan data warganya tidak jatuh ke tangan China.
”Upaya kami bukan diarahkan kepada perusahaan tertentu. Kebijakan kami untuk melindungi keamanan nasional AS,” ujarnya.
Isu lain yang dibahas Pompeo-Raab adalah kerja sama ekonomi AS-Inggris.
”Kami menanti pertemuan pengusaha AS-Inggris dalam waktu dekat, mempertimbangkan kita saling menjadi investor terbesar. Nilai perdagangan kita melebihi 300 miliar dollar AS per tahun. Sedikitnya 1,5 juta warga AS bekerja di perusahaan Inggris dan sekitar jumlah yang sama warga Inggris bekerja di perusahaan AS,” ujar Raab.
Pompeo menyebut, Inggris adalah mitra terdekat AS. Perdagangan AS-Inggris bukan hanya besar, melainkan juga dinikmati secara merata di Inggris. Sebab, sebanyak 68 persen eksportir Inggris ke AS berstatus UKM. AS juga menjadi tujuan bagi hingga 20 persen ekspor Inggris.
”Warga kami menikmati ikatan khusus, diikat oleh kesamaan bahasa serta pertukaran budaya, pendidikan, dan ekonomi dalam jumlah besar. Hampir 4 juta warga AS ke Inggris setiap tahun,” ujarnya.
Di sisi lain, Pompeo dan Raab mengakui perjanjian dagang AS-Inggris masih membutuhkan perundingan panjang. London memerlukan perjanjian dagang khusus dengan banyak negara setelah dipastikan keluar dari Uni Eropa. Sebelumnya, sebagian perdagangan Inggris dilakukan dalam kerangka perjanjian dagang UE dengan berbagai mitranya. (REUTERS)