Menepi dari Bursa Cawapres, Klobuchar Minta Biden Pilih Perempuan Kulit Hitam
Desakan kepada Joe Biden untuk memilih cawapres kulit hitam menguat di tengah unjuk rasa antirasisme hampir sebulan terakhir. Penetapan capres AS dari Demokrat lewat konvensi nasional direncanakan Agustus 2020.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
WASHINGTON, JUMAT — Senator Amerika Serikat, Amy Klobuchar, mundur dari bursa bakal calon wakil presiden AS, Kamis (18/6/2020) waktu AS. Ia merasa bahwa sejarah menuntut tampilnya perempuan kulit berwarna sebagai pendamping Joe Biden dalam menghadapi Donald Trump, bakal calon presiden petahana dari Partai Republik, dalam pemilu presiden, 3 November mendatang.
”Ini momen bersejarah dan Amerika harus memanfaatkan kala ini. Saya sangat percaya, sebenarnya saya menelepon Wapres (Joe Biden) kemarin malam, saya kira ini waktunya menempatkan perempuan kulit berwarna di nominasi itu. Ada banyak yang memenuhi syarat. Walakin, jika ingin menyembuhkan bangsa sekarang, inilah cara melakukannya,” tutur Klobuchar.
Biden berada dalam situasi harus memilih perempuan kulit hitam sebagai calon wakil presiden (cawapres) di tengah ketegangan rasial yang melanda AS akhir-akhir ini. Pada 25 Mei 2020, seorang warga Minnesota bernama George Floyd tewas di tangan polisi berkulit putih. Kematian Floyd memicu unjuk rasa yang masih berlangsung sampai sekarang di AS dan sejumlah negara.
Rekam jejak Klobuchar (60) sebagai jaksa di County Minnesota, yang mencakup Minneapolis, tempat Floyd meninggal, juga tengah dalam sorotan. Selama Klobuchar menjadi jaksa, lebih dari dua lusin orang–kebanyakan warga minoritas–tewas dalam berurusan dengan polisi.
Klobuchar adalah salah satu politisi yang pernah coba meraih rekomendasi bakal capres AS dari Demokrat. Maret lalu, ia mundur dari pencalonan, lalu menyokong Biden. Sejak itu, ia masuk daftar politisi yang digadang menjadi bakal cawapres AS dari Demokrat. Selain dia, ada Kamala Harris, Elizabeth Warren, dan Stacey Abrams yang juga digadang menjadi pendamping Biden di pemilu, November 2020.
Warren dan Harris sama-sama menjadi senator Demokrat. Sementara Adams pernah jadi anggota DPRD Georgia. Namun, di antara mereka, hanya Abrams yang benar-benar berkulit hitam. Adapun Harris merupakan campuran imigran kulit hitam asal Jamaika dan India. Dalam berbagai kesempatan, Senator California itu selalu menegaskan bahwa ia dibesarkan dengan kebudayaan kulit hitam AS.
Desakan kepada Biden untuk memilih calon wakil berkulit hitam menguat di tengah unjuk rasa antirasisme hampir sebulan terakhir. Dalam berbagai kesempatan, Abrams secara terbuka menyatakan minatnya untuk menjadi bakal cawapres AS dari Demokrat. Para pemilih kulit hitam pun cenderung mendukung Biden dibandingkan Trump.
Sampai sekarang, Biden belum secara resmi ditetapkan sebagai capres AS dari Demokrat. Penetapan capres AS dari Demokrat lewat konvensi nasional direncanakan berlangsung pada Agustus 2020. Berbeda dengan proses dalam puluhan pemilu, penetapan kali ini akan dilakukan secara daring karena mempertimbangkan pandemi Covid-19. Bahkan, Biden dijadwalkan tidak di lokasi konvensi Demokrat.
Meski belum ditetapkan secara resmi, Biden secara formal telah memenangi pencalonan dari Partai Demokrat pada 6 Juni lalu saat ia meraup dukungan 1.991 delegasi yang dibutuhkan. Sebenarnya Biden secara efektif menjadi bakal capres dari Demokrat setelah pesaingnya, Bernie Sanders, mundur dari pencalonan, April lalu.
Pemilihan via pos
Gubernur California Gavin Newsom mengesahkan peraturan untuk mengirimkan surat suara ke pemilih. Newsom menjadi gubernur pertama yang mengesahkan pemungutan suara melalui pos, metode yang ditentang Trump dan sejumlah politisi Demokrat.
DPRD California juga mendukung keputusan Newsom yang didasarkan pada alasan kesehatan itu. Dari 73 anggota DPRD, hanya lima menolak mendukung Newsom. ”Tidak ada yang boleh mempertaruhkan kesehatan dan nyawanya untuk memberi suara. Di tengah pandemi mematikan, memberi kesempatan seluruh pemilih menggunakan hak dari rumah adalah hal bertanggung jawab,” kata anggota DPRD California, Marc Berman.
Sebagian Republikan menolak pemilihan lewat pos dan menuding metode itu memicu kecurangan. Padahal, hampir tidak ada bukti atas tudingan itu. Bahkan, sekitar 75 persen pemilih California menggunakan metode itu dalam pemilihan pendahuluan yang akan menentukan bakal calon peserta pemilu kota, negara bagian, dan federal.
Walakin, sebagian anggota partai penyokong Trump itu justru ingin pemilihan lewat pos demi mencegah penularan. Pemilihan di tempat pemungutan suara meningkatkan risiko penularan. Sebab, banyak orang akan berkumpul kala akan memberi suara. (AP/REUTERS)