DKI Jakarta Kembali Menjuarai OPCC Tingkat Nasional
DKI Jakarta kembali menjuarai lomba One Planet City Challenge atau OPCC 2021-2022. DKI Jakarta pernah memenangi lomba penanggulangan perubahan iklim ini pada 2015, 2016, dan 2018.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — DKI Jakarta kembali memenangi ajang One Planet City Challenge atau OPCC 2021-2022, yaitu kompetisi antarkota untuk menanggulangi dampak perubahan iklim. Komitmen pemerintah daerah untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan pun dinanti.
OPCC adalah kompetisi persahabatan antarkota yang dilakukan di seluruh dunia. Mengutip laman WWF, OPCC tahun ini diikuti 280 kota di sejumlah negara, antara lain Argentina, Australia, Kanada, India, Ghana, Perancis, Inggris, Amerika Serikat, Malaysia, Afrika Selatan, dan Peru.
Kompetisi ini digelar sejak 2010, tetapi baru diselenggarakan di Indonesia pada 2014. Penyelenggaranya ialah Yayasan WWF Indonesia, bekerja sama dengan Yayasan International Council for Local Environmental Initiatives (ICLEI) Indonesia, Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi), dan Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apaksi).
Country Director International Council for Local Environmental Initiatives (ICLEI) Indonesia Ari Mochamad mengatakan, DKI Jakarta ditetapkan sebagai pemenang OPCC 2021-2022 tingkat nasional. Adapun Kota Balikpapan dan Probolinggo menjadi finalis.
”Pemenang dinilai oleh 21 juri internasional. Aspek penilaiannya mencakup keselarasan rencana aksi iklim sebuah kota dengan strategi pembangunan yang akan dilakukan. Indikatornya adalah sejauh mana kota menyiapkan aksi mereka yang didasari perencanaan serta kajian ilmiah,” kata Ari, di Jakarta, Selasa (31/5/2022).
Menurut dia, pengumuman pemenang ini adalah awal pembangunan berkelanjutan. Tantangan pemerintah daerah ke depan, yaitu merealisasikan rencana tersebut.
Pemprov DKI Jakarta menargetkan untuk menurunkan 30 persen emisi gas rumah kaca pada 2030. Secara ambisius, pemprov berencana menurunkan 50 persen emisi di tahun yang sama. Pada 2050, pemprov menargetkan menjadi provinsi nol emisi karbon.
Strategi untuk mencapai target itu ada di Pergub DKI Jakarta Nomor 90 Tahun 2021. Aturan tersebut telah diintegrasikan kepada para pemangku kepentingan di provinsi.
”Di sektor transportasi, DKI Jakarta melakukan uji emisi kendaraan untuk mereduksi emisi gas rumah kaca. Kami juga concern di pembangunan ruang terbuka hijau serta berupaya semaksimal mungkin mengatasi pencemaran udara,” ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto.
Wali Kota Probolinggo Hadi Zainal Abidin mengatakan, kotanya mengonversi limbah tahu menjadi bahan bakar murah dan ramah lingkungan. ”Komitmen terhadap lingkungan itu kewajiban kepala daerah untuk (memastikan) keberlanjutan,” ujarnya.
Sementara itu, menurut Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi, Balikpapan berkomitmen mendukung penurunan emisi dan mengantisipasi mitigasi perubahan iklim. Ada lima bidang prioritas untuk memenuhi komitmen itu, yakni energi, transportasi, limbah padat, limbah cair, dan program tambahan, seperti penanaman pohon.
Bukan pertama kali
Di sisi lain, ini bukan kali pertama DKI Jakarta jadi pemenang OPCC. DKI Jakarta pernah menjadi pemenang pada tahun 2015, 2016, dan 2018. Adapun OPCC tahun ini diikuti 24 kabupaten/kota.
Sebagai juara OPCC, DKI Jakarta dapat mengikuti lomba tingkat global bernama We Love Cities (WLC) yang akan dilaksanakan pada September-Oktober 2022. Lomba ini juga diikuti dua finalis lain. WLC 2022 diikuti 75 kota dari 32 negara. WLC adalah kompetisi yang melibatkan masyarakat untuk mengampanyekan dukungan terhadap pembangunan berkelanjutan.
Kompetisi persahabatan itu dinilai dapat memotivasi pemkot serius mengatasi perubahan iklim. Interim CEO Yayasan WWF Indonesia Aditya Bayunanda mengatakan, peran pemkot penting. Sebab, dua pertiga penduduk dunia diperkirakan tinggal di perkotaan pada 2050.
”Penting jika upaya mencegah atau mengurangi emisi berangkat dari kota. Ini karena apa yang dilakukan sekarang akan berdampak jangka panjang,” tutur Aditya. ”Perubahan iklim bukan momok yang akan datang 10 tahun lagi, tapi sudah dirasakan dampaknya saat ini, misalnya cuaca ekstrem, kenaikan suhu, hingga bencana banjir rob di pantai utara jawa,” ucapnya.