Kombinasi faktor meteorologi dan astronomi memicu banjir rob di pantai utara Jawa. Faktor lain yang perlu diperhitungkan adalah terjadinya penurunan muka tanah.
Oleh
AHMAD ARIF, GREGORIUS MAGNUS FINESSO, KRISTI DWI UTAMI
·5 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Banjir rob di pantai utara Jawa diperkirakan masih berpotensi melanda hingga hari ini. Ribuan warga di sejumlah daerah, seperti Kota Semarang dan Kota Pekalongan, hingga kemarin masih terdampak.
Berdasarkan keterangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), banjir rob ekstrem terjadi karena fenomena perigee, yaitu saat jarak Bumi dan Bulan berada dalam posisi yang paling dekat. Hal itu memengaruhi air pasang, ditambah tingginya gelombang di Laut Jawa.
”Dari aspek astronomi, dampak fenomena perigee sudah mengecil. Puncaknya seharusnya 14-20 Mei. Jadi, faktor meteorologis berupa angin kencang dan gelombang tinggi di Laut Jawa lebih dominan,” kata Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo, di Jakarta, Selasa (24/5/2022).
Eko mengatakan, BMKG telah mengeluarkan peringatan dini bahaya banjir rob terkait fenomena perigee yang bisa memicu pasang naik sejak pekan lalu. Beberapa daerah pesisir yang diminta waspada adalah Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Papua Barat bagian utara, dan Merauke di Papua.
”Namun, banjir rob ini juga dipengaruhi oleh kondisi lokal, di antaranya faktor meteorologi setempat. Saat ini di Laut Jawa ada dorongan angin dan gelombang cukup tinggi,” katanya.
Berdasarkan pantauan BMKG, kecepatan angin di Laut Jawa mencapai 20-25 knot dan tinggi gelombang 1,25-2,5 meter. ”Fenomena ini masih bisa berlangsung hingga 25 Mei,” katanya.
Fenomena ini masih bisa berlangsung hingga 25 Mei.
Menurut Eko, banjir rob sekarang melanda pesisir Jawa Tengah, mulai dari Pekalongan, Semarang, Demak, hingga Rembang. Selain itu, banjir rob juga terjadi di pesisir utara Jawa Timur, seperti Tuban dan Lamongan. ”Tetapi, tidak sedahsyat di Semarang, yang ditambah jebolnya tanggul,” katanya.
Selain itu, menurut dia, kerentanan di pesisir utara Jawa juga disebabkan fenomena penurunan daratan. Seperti diungkapkan peneliti Ahli Utama Bidang Teknologi Penginderaan Jauh Badan Riset Inovasi Nasional, Rokhis Khomarudin, penurunan muka tanah terjadi di kota-kota di Pantai Utara Jawa.
Berdasarkan pemantauan citra satelit, penurunan muka tanah di Jakarta 0,1-8 cm per tahun, Cirebon 0,3-4 cm per tahun, Pekalongan 2,1-11 cm per tahun, Semarang 0,9-6 cm per tahun, dan Surabaya 0,3-4,3 cm per tahun (Kompas, 17 September 2021).
Banjir rob di Semarang diperparah dengan jebolnya tanggul laut pada Senin sore di kawasan Lamucitra. Jebolnya tanggul laut seluas 20 meter x 1,5 meter itu mengakibatkan Pelabuhan Tanjung Emas terendam banjir setinggi 1,5 meter. Ratusan pekerja yang beraktivitas di kawasan itu dievakuasi petugas menggunakan perahu karet lantaran ketinggian air terus bertambah.
Tingginya air yang merendam kawasan Pelabuhan Tanjung Emas membuat aktivitas bongkar muat di Terminal Peti Kemas dihentikan. Setidaknya 500 unit peti kemas untuk ekspor dan impor sempat terendam. Ratusan unit peti kemas yang dijadwalkan dibongkar atau dimuat pada Senin terhambat.
Setelah memastikan sambungan daya untuk alat bongkar aman dialiri listrik, aktivitas bongkar muat kembali dilakukan pada Selasa pukul 11.00. ”Operasional Terminal Peti Kemas Semarang sudah berjalan. Kondisi dermaga dan lapangan penumpukan relatif sudah kering. Hari ini, kami sudah melayani kegiatan bongkar muat di tiga kapal yang bersandar di dermaga,” ujar General Manager Terminal Peti Kemas Semarang I Nyoman Sudhiarta, Selasa.
Menurut Sudhiarta, pihaknya masih fokus terhadap pemulihan aktivitas bongkar muat. Kerugian akibat banjir rob baru akan dihitung setelah kondusif. Dalam penghitungan kerugian, pihaknya akan melibatkan eksportir ataupun importir yang turut terdampak.
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Regional 3 Tanjung Emas, Semarang, memberikan 3.600 karung pasir untuk perbaikan sementara tanggul yang jebol agar banjir tak meluas. Selain itu, PT Pelindo juga menyiagakan 32 mesin pompa air berkapasitas 800 liter per detik untuk mengurangi ketinggian air.
General Manager Pelabuhan Tanjung Emas Hardianto mengatakan, selama ini pihaknya telah berupaya meninggikan dan menguatkan dermaga, meninggikan lapangan kontainer, dan menambah pompa air. Ke depan, PT Pelindo akan membuat saluran-saluran air baru dan meninggikan jalan.
Berdasarkan pantauan pada Selasa petang, banjir rob masih menggenangi kawasan pelabuhan. Di luar pelabuhan, ketinggian banjir mencapai sekitar 60 sentimeter. Adapun di dalam kawasan pelabuhan dan industri, banjir mencapai tinggi sekitar 140 sentimeter.
Sejumlah pabrik meliburkan karyawannya. Namun, sebagian dari karyawan nekat kembali ke pabrik untuk mengevakuasi sepeda motor mereka yang pada Senin tidak sempat diselamatkan.
”(Begitu ada peringatan tanggul jebol) langsung pada lari semua. Takutnya seperti ada banjir bandang, tsunami. Soalnya dekat laut, makanya (orang) lari-lari tidak sempat mengamankan motor, yang penting menyelamatkan diri sendiri,” ucap Dewi Lestari, karyawan pabrik Garmen di kawasan industri Pelabuhan Tanjung Mas.
Pada Selasa sekitar pukul 14.00 WIB, alarm peringatan jebolnya tanggul laut berbunyi. Karyawan di dalam kawasan pelabuhan berlarian keluar. Mereka berkejaran dengan air yang cepat memasuki daratan.
Banjir juga masuk ke permukiman warga Kelurahan Tanjung Mas. ”Air datang pukul tiga, rumah langsung penuh dengan air. Sampai tidak bisa tidur,” kata Triana, warga Tanjung Mas.
Menurut Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang Winarsono, tercatat ada 1.255 keluarga atau sekitar 5.000 jiwa di Kelurahan Tanjung Mas dan Kemijen yang terdampak banjir rob.
Banjir rob juga melanda Kota Pekalongan dan mengakibatkan 213 orang mengungsi. Hingga Selasa, sejumlah wilayah, seperti Kelurahan Degayu, Tirto, Panjang Wetan, Klego, Pasirkratonkramat, Panjang Baru, dan Gamer, masih terendam air antara 10 cm hingga 70 cm.
Banjir rob bermula dari terjadinya pasang air laut yang memicu jebolnya tanggul Sungai Meduri di Kelurahan Tirto sepanjang 30 meter. Menurut Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Pekalongan Dimas Arga Yudha, untuk menahan limpasan air, kini dibuat tanggul darurat dari karung pasir.