Indonesia Dorong Kesetaraan Akses Sumber Daya Kesehatan Esensial
Kerja sama antarnegara diperlukan untuk memperkuat ketahanan sistem kesehatan global dalam menghadapi potensi pandemi di masa depan. Indonesia mendorong adanya kerja sama yang lebih kuat dalam lingkup ASEAN Plus Three.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
NUSA DUA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 telah memberi pelajaran bagi seluruh negara mengenai pentingnya memiliki ketahanan sistem kesehatan yang tangguh. Ketahanan ini tidak cukup jika hanya dimiliki oleh satu negara, tetapi perlu juga terbangun di tingkat regional bahkan global.
Indonesia mendorong seluruh negara, terutama negara anggota ASEAN serta tiga negara lain seperti Korea Selatan, Jepang, dan China untuk memperkuat ketahanan sistem kesehatan, terutama terkait akses dan mobilisasi sumber daya kesehatan esensial.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam pertemuan Menteri Kesehatan ASEAN Plus Three ke-9 di Nusa Dua, Bali, Minggu (15/5/2022), menyampaikan, pada awal pandemi Covid-19, banyak negara kesulitan mengakses sarana pengobatan esensial untuk menanggulangi pandemi, seperti vaksin, obat, alat diagnosis, dan alat pelindung diri. Tidak hanya itu, kecepatan mobilisasi sarana pengobatan esensial juga menghadapi kendala.
”Ini menjadi pengingat bagi kita untuk bisa membangun mekanisme regional dan global yang kuat yang dapat memfasilitasi kita dalam mengakses kebutuhan tersebut saat terjadi krisis,” tuturnya.
Pertemuan Menteri Kesehatan ASEAN Plus Three merupakan pertemuan antarmenteri kesehatan negara-negara anggota ASEAN beserta menteri kesehatan dari tiga negara lain, yakni Korea Selatan, Jepang, dan China. Tahun ini, Indonesia ditunjuk sebagai ketua dari pertemuan tersebut.
Budi menuturkan, para petugas kesehatan dapat terlindungi hanya dengan akses yang adil pada vaksin, terapi, diagnostik, dan layanan kesehatan. Masyarakat global pun dapat terlayani dengan baik. Oleh sebab itu, kerja sama antarnegara sangat penting untuk memperluas akses sumber daya kesehatan esensial menjadi lebih adil. Kualitas dan kuantitas petugas kesehatan juga perlu ditingkatkan.
Ini menjadi pengingat bagi kita untuk bisa membangun mekanisme regional dan global yang kuat yang dapat memfasilitasi kita dalam mengakses kebutuhan tersebut saat terjadi krisis. (Budi G Sadikin)
Terkait dengan itu, Budi menambahkan, Indonesia setidaknya mendorong empat hal penting untuk mengoptimalkan mobilisasi sumber daya kesehatan esensial dalam merespons krisis kesehatan masyarakat. Pertama, negara-negara yang tergabung dalam ASEAN Plus Three harus memperkuat kapasitas dan kapabilitas dalam mencegah, mendeteksi, dan merespons pandemi di masa depan.
Hal tersebut dapat dilakukan melalui kerangka Strategis ASEAN dalam Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang menjadi pedoman untuk penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat. Negara anggota ASEAN telah menyetujui pembentukan Pusat Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dan Penyakit Emerging ASEAN.
Kedua, kapasitas dan kapabilitas tenaga kesehatan di kawasan ASEAN harus diperkuat. ”Negara ASEAN Plus Three dapat mendukung dengan program pertukaran keahlian, pengetahuan, dan sumber daya, serta meningkatkan kuota beasiswa internasional untuk tenaga kesehatan ASEAN,” ucap Budi.
Ketiga, penguatan pada rantai pasokan vaksin, terapi, dan alat diagnostik. Hal ini sebaiknya disiapkan ketika kondisi sedang terkendali sehingga siap digunakan saat krisis terjadi. Negara ASEAN Plus Three diharapkan dapat mendukung ketersediaan teknologi layanan kesehatan melalui pengembangan riset dan teknologi serta fasilitas manufaktur di negara-negara anggota ASEAN.
Keempat, lanjut Budi, setiap negara harus memanfaatkan mekanisme pembiayaan dan kesehatan yang tersedia dalam ASEAN Plus Three. Indonesia mendorong setiap negara untuk mengoptimalkan mekanisme pembiayaan yang tersedia, seperti Pendanaan Kerjasama ASEAN-China, Pendanaan Kerja Sama ASEAN-Korea, serta Pendanaan Integrasi ASEAN-Jepang.
”Saat ini adalah kesempatan yang tepat bagi kita untuk mengoptimalkan akses dan mobilisasi sumber daya kesehatan esensial sehingga dunia bisa lebih aman dan sehat. Kita pun akan lebih siap memenangi ”perang” terhadap patogen berikutnya,” kata Budi.
Wakil Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Korea Selatan Lee Ki-il menuturkan, kolaborasi akan terus diperkuat untuk mendukung kebutuhan negara-negara anggota ASEAN. Korea pun bertekad untuk mengembangkan infrastruktur kesehatan di kawasan ASEAN, terutama yang berhubungan dengan penanggulangan penyakit menular. Peningkatan kapasitas sumber daya kesehatan juga akan menjadi prioritas.
Indonesia-Korea
Di tempat yang terpisah, Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Rizka Andalucia menyampaikan, Indonesia akan memperkuat kerja sama dengan Korea Selatan dalam mengembangkan produk farmasi dan alat kesehatan. Setidaknya ada tiga produk yang akan dikembangkan dalam waktu dekat, yakni produk darah antara PT Bio Farma dan SK Plasma, Korea; layanan perawatan anti-penuaan (antiaging) antara RSUP Sanglah Bali dan Cha Medical Center; serta transfer teknologi dalam pengembangan vaksin berbasis teknologi terbaru mRNA.
”Melalui kerja sama ini diharapkan ada transfer teknologi dari Korea Selatan kepada Indonesia sehingga kita tidak hanya mengimpor produk dari Korea, tetapi juga bisa memproduksinya di dalam negeri. Ini tentu akan mendukung kemandirian kita pada obat dan alat kesehatan,” katanya.