Dorong Sinergitas Demi Reformasi Sistem Kesehatan Global
Sistem kesehatan global perlu diperkuat untuk menghadapi ancaman kesehatan di masa depan. Sinergi dan koordinasi antarnegara pun perlu dibangun lebih optimal.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Reformasi kesehatan global diperlukan untuk mencegah dampak bencana yang berpengaruh pada kesehatan masyarakat dan ekonomi di seluruh dunia. Karena itu, koordinasi dan sinergitas antarnegara perlu diperkuat. Berbagai inovasi baru perlu lebih didorong.
Ketua Program Rantai Pasokan Kesehatan Global (GHSC) T20 Hasbullah Thabrany mengatakan, bencana yang disebabkan oleh alam atau non-alam serta pandemi bisa terjadi kembali di kemudian hari. Dampak yang terjadi pun tidak bisa dipastikan. Karena itu, setiap negara harus bersiap menghadapi kemungkinan terburuk yang bisa terjadi.
“Kita perlu mempersiapkan agar semua negara bisa meningkatkan sistem pembiayaan kesehatan untuk membantu memperkuat ketahanan sistem kesehatan untuk menghadapi setiap bencana baru. Untuk menghadapi ini, kita tidak bisa berjalan sendiri-sendiri melainkan butuh kerjasama global yang kuat,” tuturnya dalam acara T20 Indonesia bertajuk “The Indonesian Healthcare Future Forward” yang diikuti dari Jakarta, Selasa (8/3/2022).
Hasbullah menuturkan, sejumlah negara termasuk negara berkembang telah meningkatkan anggaran untuk pembiayaan kesehatan masyarakat. Namun, itu masih jauh di bawah tingkat rata-rata pembiayaan di negara maju.
Pembentukan mekanisme baru melalui pembiayaan PPR (pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons) perlu dilanjutkan. Mekanisme global untuk meningkatkan akses dari sumber daya esensial dalam menghadapi krisis kesehatan juga perlu dibangun. Selain itu, optimalisasi platform pertukaran data genomik global juga diperlukan.
“Pandemi telah menyadarkan kita akan kehancuran sistem kesehatan yang berpengaruh pada ekonomi global. Kita membutuhkan koordinasi dan sinergi secara global dalam mereformasi sistem kesehatan untuk mencegah dampak bencana yang berkelanjutan pada masyarakat serta perekonomian,” tutur Hasbullah.
Pandemi telah menyadarkan kita akan kehancuran sistem kesehatan yang berpengaruh pada ekonomi global. Kita membutuhkan koordinasi dan sinergi secara global dalam mereformasi sistem kesehatan untuk mencegah dampak bencana yang berkelanjutan pada masyarakat serta perekonomian.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, pandemi Covid-19 telah mendorong setiap negara di dunia untuk memperkuat ketahanan dalam sistem kesehatannya. Meski begitu, kolaborasi harus terus ditingkatkan agar ketahanan sistem kesehatan global bisa terwujud dengan akses pada layanan kesehatan yang memadai.
Presidensi G20 Indonesia pun berupaya mendorong terbentuknya upaya kolektif untuk memastikan akses yang adil dan menyeluruh pada akses layanan kesehatan. Itu termasuk pada akses vaksin dan alat diagnostik dalam penanganan Covid-19.
Budi menambahkan, Indonesia pun akan berkomitmen pada tiga prioritas di bidang kesehatan. Pertama yaitu mendorong setiap negara untuk membangun ketahanan sistem kesehatan global yang dilakukan dengan mengerahkan sumber pendanaan untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi. Selain itu, upaya lain akan dilakukan melalui mobilisasi sumber daya kesehatan esensial serta optimalisasi surveilans genomik dan memperkuat pertukaran data (data sharing) terkait kesehatan masyarakat global.
Isu kedua yang juga menjadi prioritas yakni harmonisasi standar protokol kesehatan global. Sementara isu ketiga yaitu memperluas pusat penelitian dan manufaktur global dalam pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi. Perluasan tersebut termasuk pada pusat manufaktur global untuk pembuatan vaksin, obat, dan diagnostik di negara berkembang. Pertukaran ilmu pengetahuan terkait krisis kesehatan juga akan didorong.
“Pandemi Covid-19 telah memberikan pembelajaran bagi kita untuk membangun sistem kesehatan yang lebih kuat dengan akses pelayanan kesehatan yang memadai. Upaya penanggulangan ini tidak bisa ditunda lagi karena kita harus melindungi generasi di masa depan,” kata Budi.