Tiga Vaksin Baru Masuk dalam Program Imunisasi Nasional
Pemerintah menambah tiga vaksin baru dalam program imunisasi nasional, yakni vaksin HPV, vaksin PCV, dan vaksin rotavirus. Penambahan vaksin ini diharapkan memperkuat perlindungan pada anak di Indonesia.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah berencana memasukkan tiga antigen baru dalam program imunisasi nasional. Tiga vaksin tersebut meliputi vaksin PCV (pneumococcal conjugate vaccine), vaksin rotavirus, dan vaksin HPV (human papillomavirus). Pemilihan tiga vaksin itu untuk mencegah sejumlah penyakit yang menjadi penyebab utama kematian anak dan perempuan di Indonesia.
Pelaksana Tugas Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Prima Yosephine, saat dihubungi, di Jakarta, Kamis (21/4/2022), menuturkan, introduksi pelaksanaan imunisasi untuk tiga antigen baru sudah dilakukan di sejumlah daerah. Secara bertahap, sasaran untuk ketiga antigen tersebut akan diperluas hingga ke seluruh wilayah Indonesia.
Vaksin PCV digunakan untuk mencegah pneumonia (radang paru). Vaksin rotavirus dapat digunakan untuk mencegah diare akut akibat rotavirus. Sementara vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks atau leher rahim.
”Tiga vaksin ini dipilih dengan mempertimbangkan kondisi di Indonesia. Pneumonia dan diare akibat rotavirus merupakan penyebab terbesar kematian pada bayi. Sementara kanker serviks, kasusnya juga semakin tinggi,” kata Prima.
Secara rinci, ia memaparkan, vaksin PCV akan diberikan secara nasional pada Juli 2022. Setidaknya ada 2,5 juta bayi dan 500.000 anak berusia di bawah dua tahun yang menjadi sasaran vaksinasi ini. Vaksin PCV diberikan dalam dua dosis. Untuk dosis pertama diberikan pada bayi usia dua bulan, dosis kedua pada bayi usia tiga bulan, dan dilanjutkan dengan dosis ketiga pada anak usia 12 bulan.
Tiga vaksin ini dipilih dengan mempertimbangkan kondisi di Indonesia. Pneumonia dan diare akibat rotavirus merupakan penyebab terbesar kematian pada bayi. Sementara kanker serviks, kasusnya juga semakin tinggi.
Sementara itu, untuk pemberian vaksin rotavirus pada 2022 ini baru akan dimulai dengan tahapan introduksi. Ditargetkan akan ada 21 kabupaten/kota yang memulai pelaksanaan imunisasi vaksin rotavirus. Sebanyak 196.876 bayi akan menjadi sasaran vaksinasi ini. Vaksin rotavirus diberikan tiga dosis dengan dosis pertama pada bayi usia satu minggu, dosis kedua pada bayi usia delapan minggu, dan dosis ketiga pada bayi usia 12 minggu.
”Pemberian vaksin rotavirus ini akan diperluas di tahun berikutnya. Perluasan akan dilakukan pada 2023 di daerah dengan prevalensi kasus yang tinggi. Pada 2024 nanti baru direncanakan masuk sebagai program imunisasi rutin,” tutur Prima.
Vaksin HPV sebelumnya sudah diberikan secara bertahap di sejumlah daerah. Tahapan introduksi vaksin ini dimulai sejak 2016 di 20 kabupaten/kota, antara lain, semua kota administrasi di DKI Jakarta; semua kabupaten/kota di DI Yogyakarta; Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah; Kota Surabaya dan Kabupaten Kediri, Jawa Timur; Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, Bali; serta Kota Manado, Sulawesi Utara.
Pada tahun 2022, introduksi pemberian vaksin HPV akan diperluas di 111 kabupaten/kota. Adapun total sasaran imunisasi ini, yakni menyasar 889.813 anak dengan target cakupan 95 persen. Menurut rencana, imunisasi HPV akan dilaksanakan secara nasional pada 2023 dengan sasaran 2,7 juta anak.
Vaksinasi HPV dalam program imunisasi nasional diberikan dalam dua dosis dengan dosis pertama pada anak perempuan kelas V sekolah dasar dan dosis kedua pada anak perempuan kelas VI sekolah dasar. ”Vaksinasi HPV akan dilakukan pada Agustus hingga September bersamaan dengan Bulan Imunisasi Anak Sekolah atau BIAS,” ucap Prima.
Kanker serviks
Prima menyampaikan, vaksinasi HPV penting untuk diberikan sejak dini pada anak perempuan agar risiko penularan kanker serviks bisa dicegah dengan optimal. Selain itu, pemberian vaksin HPV pada anak perempuan kelas V dan kelas VI sekolah dasar juga dinilai lebih efektif dan efisien.
Vaksin HPV paling efektif diberikan pada perempuan yang belum beraktivitas seksual secara aktif. Selain itu, vaksin HPV untuk anak cukup diberikan dalam dua dosis, sementara pada perempuan usia dewasa perlu diberikan dengan tiga dosis.
Secara terpisah, Ketua Bidang Pendidikan dan Penyuluhan Yayasan Kanker Indonesia Yurni Satria menuturkan, pemberian vaksin HPV sebaiknya diberikan pada anak usia 9-13 tahun. Pada usia ini, potensi untuk melakukan hubungan seksual secara aktif masih rendah. Vaksin HPV memang diutamakan untuk perempuan yang belum menikah atau belum aktif melakukan hubungan seksual.
”Sekitar 99 persen kasus kanker serviks terkait dengan infeksi dari human papillomavirus atau HPV yang umumnya ditularkan melalui hubungan seksual. Kasus kanker serviks pun kini semakin tinggi,” katanya.
Berdasarkan data Globocan 2020, kanker serviks termasuk kanker terbanyak kedua yang diderita perempuan setelah kanker payudara. Di Indonesia diperkirakan ada 36.633 kasus kanker serviks dengan angka kematian 21.003 kasus.
Yurni menyampaikan, vaksin HPV bisa diberikan pada perempuan usia dewasa. Namun, sebelum vaksin ini diberikan, perempuan usia dewasa sebaiknya melakukan pemeriksaan IVA (inspeksi visual asam asetat) ataupun pemeriksaan pap smear untuk mendeteksi kanker serviks. Pemberian vaksin tidak akan efektif jika virus sudah berada di dalam tubuh.
Karena itu, pada perempuan usia dewasa, terutama yang sudah aktif berhubungan seksual, sebaiknya rutin melakukan pemeriksaan. ”Masa perjalanan kanker serviks cukup panjang sehingga jika bisa terdeteksi sejak dini bisa segera mendapatkan intervensi sebelum semakin memburuk,” tuturnya.