Cakupan imunisasi dasar lengkap yang menurun selama masa pandemi perlu segera dikejar untuk mencegah munculnya kejadian luar biasa. Imunisasi kejar pun bisa dilakukan melalui imunisasi ganda.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Layanan imunisasi yang tidak maksimal selama masa pandemi Covid-19 membuat banyak anak di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, tidak mendapatkan imunisasi. Karena itu, imunisasi kejar perlu dilakukan agar status imunisasi setiap anak bisa segera dilengkapi. Pemberian imunisasi ganda pun bisa diberikan.
Direktur Badan PBB untuk Anak-anak (Unicef) Indonesia untuk Wilayah Jawa Tubagus Arie Rukmantara menyampaikan, survei Unicef pada 2020 menunjukkan bahwa lebih dari 80 persen pos pelayanan imunisasi tidak berfungsi maksimal. Lebih dari setengah orangtua juga khawatir membawa anaknya untuk imunisasi.
”Situasi pandemi yang mulai membaik ini merupakan momentum tepat untuk segera meningkatkan cakupan imunisasi pada anak. Pekan Imunisasi Sedunia yang berlangsung saat ini juga bisa dimanfaatkan untuk segera melengkapi imunisasi anak-anak,” ujarnya dalam acara Gebyar Pekan Imunisasi Dunia 2022 di Tangerang, Banten, Selasa (19/4/2022).
Kementerian Kesehatan mencatat, pada 2019-2021 sebanyak 1,7 juta anak di Indonesia tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Jumlah ini dinilai cukup besar sehingga dikhawatirkan dapat memicu terjadinya kejadian luar biasa (KLB) penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
Tubagus menuturkan, percepatan dan perluasan imunisasi lengkap perlu didorong. Pelaksanaan imunisasi kejar bisa dilakukan untuk segera mencapai cakupan imunisasi yang diharapkan. Pemerintah menargetkan, cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia sebesar 93,6 persen. Sementara pada 2021, cakupan imunisasi dasar lengkap baru mencapai 84,2 persen.
“ Imunisasi kejar dasar rutin lengkap dapat dilaksanakan bersamaan dengan imunisasi rutin. Dengan begitu, imunisasi dapat diberikan secara ganda atau dengan metode multiple injection (imunisasi ganda),” katanya.
Tubagus memaparkan, sebagian besar orangtua memperbolehkan anaknya untuk mendapatkan imunisasi ganda. Para orangtua ingin agar anak mereka bisa mendapatkan perlindungan dari bebagai penyakit.
Imunisasi kejar dasar rutin lengkap dapat dilaksanakan bersamaan dengan imunisasi rutin. Dengan begitu, imunisasi dapat diberikan secara ganda atau dengan metode multiple injection (imunisasi ganda).
Meski begitu, sebelumnya sejumlah tenaga kesehatan masih ragu untuk menawarkan pemberian imunisasi ganda. Hal ini disebabkan belum ada arahan dari pemerintah, para ahli yang tergabung dalam Komite Penasehat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI) dan Komite Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) juga belum mengeluarkan rekomendasi khusus.
“Namun saat ini rekomendasi dan arahan langsung sudah dikeluarkan sehingga tenaga kesehatan sudah lebih siap untuk memberikan imunisasi ganda pada anak,” katanya.
Secara terpisah, Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) Hindra Irawan Satari menyampaikan, imunisasi ganda aman bagi anak. Berbagai publikasi ilmiah telah membuktikan, pemberian imunisasi ganda aman diberikan pada anak. Itu termasuk pada pemberian imunisasi kombinasi atau pemberian imunisasi lebih dari satu antigen dalam satu vial, seperti imunisasi DPT-Hb-HiB (imunisasi untuk mencegah difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, pneumonia, dan meningitis).
Sejauh ini, penelitian telah dilakukan untuk memastikan imunisasi ganda yang diberikan dengan imunisasi kombinasi memiliki tingkat keamanan, efektivitas, dan daya dukung yang baik. KIPI yang dilaporkan juga terbilang ringan.
”Imunisasi ganda yang akan diberikan di Indonesia saat ini seperti pemberian imunisasi pentabio (DPT-HB-Hib) dengan PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine) dan OPV (polio tetes). Itu diberikan pada anak usia dua bulan. Pemberian imunisasi tersebut sudah dibuktikan dalam penelitian bahwa aman dan memiliki efektivitas yang tinggi,” kata Hindra.