Hingga tahun 2030 terdapat 23 juta pekerjaan yang akan digantikan oleh otomatisasi. Di sisi lain, terdapat peluang berupa 27-46 juta pekerjaan baru yang 10 juta di antaranya belum pernah ada sebelumnya.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN KUNCORO MANIK
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Akhir tahun lalu, Presiden Joko Widodo telah menandatangani Keputusan Presiden tentang Pembentukan Gugus Tugas Manajemen Talenta Nasional. Melalui gugus tugas ini, pemerintah berupaya menyiapkan ekosistem bagi tumbuhnya talenta unggul terutama di tiga fokus, yaitu riset dan inovasi, seni budaya, dan olahraga.
”Berdasarkan Keppres (Keputusan Presiden) tersebut, tahun ini kita ingin memiliki Grand Design Manajemen Talenta Nasional Tahun 2022-2045. Keppres juga memandatkan gugus tugas untuk berkolaborasi dan bekerja sama dengan banyak pihak, termasuk perguruan tinggi,” ujar Wakil Presiden Ma’ruf Amin pada acara Dialog Nasional Manajemen Talenta Indonesia Emas 2045 yang digelar secara daring oleh Universitas Andalas, Kamis (10/3/2022).
Wapres Amin menegaskan bahwa perguruan tinggi memiliki peran yang sangat strategis dalam membangun talenta-talenta unggul nasional. ”Manajemen talenta menuntut adanya sebuah proses yang sengaja didesain, mulai dari persiapan, pencarian, pemeliharaan, hingga pengembangan talenta-talenta di Indonesia. Dan yang tidak kalah penting bagaimana mempertemukan talenta-talenta tersebut dengan bidang-bidang yang sesuai,” ujarnya.
Sebagai agen transformasi sosial dan ekonomi bangsa, perguruan tinggi diharapkan tidak lagi sebatas tempat terjadinya transfer ilmu. Perguruan tinggi harus menjadi tempat mengolah, mengasah, menguatkan, dan mengembangkan potensi, keilmuan, serta karakter mahasiswa sehingga menjadi sumber daya manusia (SDM) yang inovatif dan berdaya saing global.
Perguruan tinggi juga dituntut dapat menyediakan ruang bagi mahasiswa untuk terus mengembangkan bakat, kemampuan, dan keahliannya. Harapannya, lulusan perguruan tinggi dapat memilih jalan karier atau profesi yang sesuai dengan talentanya tersebut sehingga siap menghasilkan karya nyata yang bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, bahkan juga dunia.
Menurut Wapres Amin, perguruan tinggi harus memimpin dalam proses membentuk pemimpin-pemimpin masa depan, yang tidak saja menguasai ilmu pengetahuan, tetapi juga memiliki iman dan takwa, serta karakter kebangsaan yang kuat. Karakter jati diri bangsa ini penting untuk ditumbuhkan dan dipelihara. Sejarah mencatat bahwa kemerosotan suatu bangsa sering terjadi karena lupa akan jati dirinya.
Perguruan tinggi diharapkan menghasilkan lulusan yang tidak saja memiliki pemahaman teoritis, tetapi juga memiliki kapasitas problem solving dan reasoning sehingga mampu menjawab permasalahan nyata di masyarakat dengan ilmu yang dimilikinya. Untuk itu, perguruan tinggi harus peka dalam memperhatikan tren masa depan dalam rangka mempersiapkan lulusannya agar siap menghadapi tantangan di kemudian hari.
Wapres menegaskan bahwa kesadaran dari semua pihak untuk saling bersinergi dan berkolaborasi sangat dibutuhkan dalam setiap proses manajemen talenta. ”Ibarat bibit tanaman, manajemen talenta bertujuan untuk menyediakan ekosistem bagi talenta unggul hingga dapat berkembang dan membuahkan hasil,” ucap Wapres.
Kolaborasi antara perguruan tinggi, pemerintah, dunia industri, dan dunia usaha, serta masyarakat harus terus dibangun dan diperkuat sehingga mampu menciptakan ekosistem yang ideal bagi tumbuhnya bibit-bibit talenta nasional.
”Saya harap Dialog Nasional di Universitas Andalas ini dapat memperkuat kolaborasi antarpemangku kepentingan dan menghasilkan kontribusi pemikiran dalam mewujudkan Grand Design Manajemen Talenta Nasional tahun 2022-2045,” kata Wapres Amin.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mohammad Mahfud MD menambahkan, terdapat lima ciri Indonesia Emas yang akan dicapai pada 2045. Ciri tersebut merujuk pada alinea kedua pembukaan UUD 1945, yaitu Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. ”Lima inilah yang nanti akan menjadi ciri Indonesia Emas. Jembatannya (merdeka) sudah kita lewati. Bersatu harus bekerja keras untuk menghilangkan konflik sosial dan konflik ikatan primordial, seperti sentimen keagamaan, sentimen kesukuan. Tugas kita merekatkan kembali,” tutur Mahfud.
Sebagai bangsa yang berdaulat, Indonesia nantinya akan sepenuhnya mampu menentukan sendiri arah masa depan bangsa. Keadilan dan kemakmuran bangsa hingga kini masih menjadi persoalan yang harus terus diperjuangkan. Mahfud juga mendorong keterlibatan perguruan tinggi untuk berkolaborasi mewujudkan visi Indonesia Emas.
Pada tahun 2045, Indonesia akan memiliki bonus demografi berupa lebih dari 300 juta penduduk yang 52 persennya adalah penduduk yang produktif. Sebanyak 75 persen dari warga telah hidup di wilayah perkotaan. Angka partisipasi perguruan tinggi diperkirakan sudah mencapai 60 persen, sedangkan mereka yang lulus SMA ke atas sudah sebanyak 90 persen.
Dalam pemaparannya, Direktur Sumber Daya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Sofwan Effendi menegaskan bahwa Indonesia harus menghadapi tantangan berat terutama akibat revolusi industri 4.0. Hingga tahun 2030, terdapat 23 juta pekerjaan yang akan digantikan oleh otomatisasi. Di sisi lain, terdapat peluang berupa 27-46 juta pekerjaan baru yang 10 juta di antaranya belum pernah ada sebelumnya.
”Harus menyiapkan skill adaptif. Mahasiswa disiapkan agar adaptif terhadap pengembangan peluang pekerjaan dengan memberikan kepekaan terhadap problem di sekitarnya. Banyak pekerjaan yang sudah tergantikan digitalisasi,” ujar Sofwan.
Dalam menghadapi tantangan digitalisasi ini, perguruan tinggi berperan untuk merekayasa dan mengubah paradigma tri darma pendidikan tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Pendidikan tak lagi cukup hanya di kelas, tetapi juga harus menciptakan produktivitas dan kompetisi.
Penelitian tidak hanya dilakukan di laboratorium, tetapi juga bisa membangun inovasi. Pengabdian masyarakat antara lain harus bisa mendorong kewirausahaan. ”Kolaborasi jadi sinergi yang kuat dan peran kampus menjadi mesin pertumbuhan bagi keberlanjutan tri darma. Kampus menjadi pusat inovasi, kreativitas, kompetitif untuk menumbuhkan peningkatan SDM, dan kampus harus jadi tulang punggung inovasi,” ujar Sofwan.
Rektor Universitas Andalas Yuliandri menyebutkan, dialog nasional diinisiasi sebagai tindak lanjut dari penerbitan Keppres Nomor 21 Tahun 2021 yang mengamanatkan perumusan dan penyusunan Grand Design Manajemen Talenta Nasional Tahun 2022-2045.
”Latar belakang kegiatan ini ialah sebagai upaya untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang bertalenta dan berdaya saing secara global dalam rangka mewujudkan visi Indonesia 2045 yang memerlukan ekosistem pembinaan talenta nasional yang komprehensif, berkelanjutan, inovatif, dan kolaboratif,” ucapnya.