Musim hujan biasanya disertai dengan peningkatan risiko penularan demam berdarah dengue. Masyarakat diharapkan tetap waspada untuk memberantas sarang nyamuk, yakni dengan menerapkan 3M plus.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Masyarakat harus tetap waspada akan risiko penularan demam dengue yang saat ini kasusnya meningkat di tengah kasus Covid-19 yang masih tinggi. Oleh karena itu, upaya pencegahan serta kesadaran akan gejala yang timbul harus ditingkatkan.
Kementerian Kesehatan melaporkan, jumlah kasus demam dengue secara kumulatif yang tercatat hingga 20 Februari 2022 mencapai 13.776 kasus dengan 145 kematian. Kasus tertinggi ditemukan pada usia kelompok 15 sampai 44 tahun.
Setiap minggu, jumlah kasus demam dengue yang dilaporkan meningkat. Pada minggu kelima 2022, kasus yang dilaporkan 3.166. Jumlah itu bertambah 3.117 kasus pada minggu keenam dan 5.618 kasus pada minggu ketujuh.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Didik Budijanto di Jakarta, Senin (28/2/2022), mengatakan, kesadaran masyarakat dalam mengendalikan demam dengue tidak boleh mengendur. Ketika musim hujan, risiko penularan demam dengue akan meningkat.
”Tetap ingat untuk melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M plus. Menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, dan mengubur barang bekas. Jika perlu, bisa gunakan lotion antinyamuk dan gunakan ikan predator nyamuk,” tuturnya.
Setiap kepala daerah juga perlu meningkatkan upaya pengendalian demam dengue. Tercatat lima daerah dengan kasus dengue tertinggi, yakni Kota Bandung (598 kasus), Kota Depok (394 kasus), Bogor (347 kasus), Sumedang (347 kasus), dan Cirebon (317 kasus).
Tetap ingat untuk melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M plus. Menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, dan mengubur barang bekas. Jika perlu bisa gunakan lotion antinyamuk dan gunakan ikan predator nyamuk.
Secara terpisah, Dokter Spesialis Anak Konsultan Penyakit Infeksi dan Tropis Anak RS Pondok Indah-Bintaro Jaya Debbie Latupeirissa menyampaikan, meskipun penyakit demam dengue merupakan penyakit yang bisa sembuh dengan sendirinya, kewaspadaan tetap sangat penting. Tidak jarang penyakit demam dengue bisa menyebabkan kondisi yang parah, bahkan bisa menyebabkan kematian.
Karena itu, penanganan harus cepat diberikan agar tidak sampai pada fase yang berbahaya. Masyarakat harus memahami gejala dan tanda yang ditimbulkan, terutama orangtua karena anak biasanya tidak bisa mengutarakan kondisi mereka.
Debbie mengatakan, penyakit yang umumnya ditularkan nyamuk Aedes aegypti ini memiliki gejala khas seperti demam tinggi. Biasanya, penularan demam dengue hanya ditandai dengan gejala demam, tanpa gejala lainnya, seperti batuk, pilek, ataupun sesak napas.
Pada sejumlah kasus ditemukan gejala lain, seperti nyeri di belakang mata, sakit kepala, nyeri sendi, dan muncul bercak merah pada kulit. Bercak merah pada kulit belum muncul pada fase penularan awal.
”Jadi jangan tunggu terlalu lama jika anak mengalami demam tinggi. Segera konsultasi ke dokter untuk memastikan diagnosisnya. Cara untuk membedakan demam dengue dengan penyakit lainnya hanya dengan pemeriksaan antigen NS1 dengue,” tutur Debbie.
Fase penularan
Debbie menuturkan, ada tiga fase dalam penularan demam dengue. Fase pertama terjadi pada 1-3 hari penularan. Pada fase ini gejala awal yang muncul seperti demam tinggi, sakit kepala, nyeri sendi, dan nyeri belakang bola mata.
Selanjutnya, fase kedua terjadi pada 4-5 hari berikutnya. Pada fase ini, gejala demam yang dialami cenderung turun. Kondisi ini perlu diwaspadai karena penularan justru masuk pada fase kritis.
”Kebanyakan orangtua tidak mewaspadai fase ini. Ketika demam mulai turun, orangtua akan mengira anak sudah mulai sembuh. Padahal, fase ini justru dapat berisiko terjadi shock jauh lebih besar. Selain itu, penurunan trombosit jauh lebih besar yang akan ditandai dengan pendarahan, seperti mimisan, gusi berdarah, atau muncul bintik merah pada kulit secara spontan,” kata Debbie.
Ia menambahkan, pada fase kritis juga akan terjadi perembesan plasma darah sehingga kekentalan darah akan meningkat. Anak akan memerlukan banyak cairan yang bisa didapatkan dengan mengonsumsi banyak air putih serta infus. Jika kebutuhan cairan tidak terpenuhi, risiko shock bisa sangat tinggi. Kondisi ini cepat ditangani untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk yang dapat menyebabkan kematian.
Menurut Debbie, perdarahan yang terjadi bukan hanya disebabkan jumlah trombosit yang sangat menurun, melainkan juga akibat gangguan pada fungsi pembekuan darah. Pada fase kritis, risiko lain yang perlu diwaspadai, antara lain, gangguan kesadaran, gangguan fungsi ginjal, dan gangguan fungsi hati.
”Kondisi ini dapat terjadi pada kurang lebih 30 persen kasus dengue berat. Pada umumnya, kasus DBD yang ditangani dengan kecukupan cairan dengan baik akan terhindar dari kemungkinan terjadinya komplikasi yang berat. Inilah pentingnya perawatan di rumah sakit,” ujarnya.
Apabila seseorang sudah melewati fase kritis, ia akan masuk pada fase ketiga, yakni fase pemulihan atau penyembuhan. Ini biasanya akan terjadi pada hari keenam atau hari ketujuh setelah penularan terjadi. Pada fase ini, demam mulai turun dan kondisi tubuh akan membaik.
”Dalam masa pemulihan pilihlah asupan nutrisi yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh, termasuk untuk meningkatkan kadar trombosit dalam tubuh,” ucap Debbie.