Penerima Vaksin Sinovac Butuh Dua Kali Dosis Penguat untuk Hadapi Omicron
Penerima vaksin Covid-19 buatan Sinovac memerlukan dua dosis ”booster” atau penguat tambahan. Hal itu bertujuan untuk mencapai tingkat yang dibutuhkan dalam melawan varian Omicron.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dua suntikan vaksin Covid-19 dari Sinovac dinilai tidak cukup untuk menetralisasi varian Omicron, bahkan tambahan suntikan ketiga atau booster dengan vaksin Pfizer juga dinilai belum memadai. Penerima vaksin Sinovac memerlukan dua dosis booster atau penguat tambahan untuk mencapai tingkat yang dibutuhkan dalam melawan Omicron.
Temuan ini disampaikan Akiko Iwasaki, profesor dari Yale University School of Medicine dan tim, melalui keterangan tertulis, Kamis (30/12/2021). Hasil kajiannya bersama tim, dengan penulis pertama Eddy Perez-Then dari Kementerian Kesehatan, Santo Domingo, Republik Dominika, ini diunggah dalam situs pracetak medRxiv dan belum ditinjau sejawat. Hasil kajian bisa diakses di https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2021.12.27.21268459v1.full.pdf.
Kajian ini dilakukan dengan mengevaluasi efek vaksin penguat berbasis mRNA heterolog pada kekebalan humoral peserta yang telah menerima dua dosis CoronaVac dari Sinovac di Republik Dominika.
Untuk mengarakterisasi respons imun adaptif spesifik SARS-CoV-2, peneliti menganalisis sampel plasma dari 101 peserta yang menerima dosis penguat dari vaksin Pfizer setidaknya empat minggu setelah dosis kedua vaksin CoronaVac antara 30 Juli dan 27 Agustus 2021.
Sampel plasma dikumpulkan secara longitudinal di Departamento de Investigaciones Biomedicas, Clinica Evangelina Rodriguez, PROFAMILIA, Santo Domingo, Republik Dominika, sekitar 7 dan 28 hari setelah vaksinasi booster.
Hasil penelitian menunjukkan, netralisasi Omicron tidak terdeteksi pada peserta yang telah menerima rejimen dua dosis vaksin CoronaVac. Sementara vaksin CoronaVac diikuti oleh booster Pfizer menginduksi peningkatan kadar antibodi spesifik virus dan aktivitas netralisasi yang kuat terhadap virus varian awal dari Wuhan dan varian Delta, menyerupai titer yang diperoleh setelah dua dosis vaksin mRNA.
Booster Pfizer juga menghasilkan peningkatan 1,4 kali lipat dalam aktivitas netralisasi terhadap Omicron dibandingkan dengan vaksin mRNA dua dosis. Meski terjadi peningkatan, titer antibodi penetral berkurang masing-masing 6,3 kali lipat dan 2,7 kali saat menghadapi Omicron dibandingkan dengan varian awal dari Wuhan dan Delta.
Dengan temuan ini, menurut Akiko, tambahan suntikan ketiga atau booster dengan vaksin Pfizer untuk penerima dua dosis vaksin Sinovac dinilai bisa melawan varian Delta dan varian aslinya, tetapi belum memadai untuk melawan Omicron.
”Dengan demikian, penerima CoronaVac mungkin memerlukan dua dosis booster tambahan untuk mencapai tingkat yang dibutuhkan guna melawan Omicron,” sebut Akiko.
Vaksin CoronaVac diketahui dibuat dari virus yang diinaktivasi dan paling banyak digunakan secara global. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), vaksin buatan Sinovac ini telah disahkan di 48 negara, dengan efektivitas menurunkan potensi masuk rumah sakit dan kematian masing-masing sebesar 80-85 persen.
Namun, dengan munculnya varian baru SARS-CoV-2 dan memudarnya kekebalan vaksin dari waktu ke waktu, beberapa negara memprakarsai pemberian dosis booster, termasuk Republik Dominika.
Tambahan suntikan ketiga atau booster dengan vaksin Pfizer untuk penerima dua dosis vaksin Sinovac dinilai bisa melawan varian Delta dan varian aslinya, tetapi belum memadai untuk melawan Omicron.
Sebagaimana dilaporkan Juliet R.C. Pulliam dari South African DSI-NRF Centre of Excellence in Epidemiological Modelling and Analysis (SACEMA) dan tim juga di medRxiv, varian Omicron mengandung hingga 36 mutasi pada protein paku yang menyebabkan banyak vaksin kurang efektif. Varian Omicron juga sangat menular, menyalip Delta sebagai yang dominan varian di banyak negara.
Sejumlah studi lain juga menunjukkan, antibodi yang dipicu oleh vaksin Covid-19 buatan Sinovac Biotech turun di bawah ambang batas sekitar enam bulan setelah dosis kedua untuk sebagian besar penerima.
Selain pentingnya mempersiapkan suntikan booster, temuan ini juga menekankan pentingnya memantau penularan dan keparahan Covid-19 setelah vaksinasi.
Temuan tentang penurunan antibodi dari vaksin Sinovac ini dilaporkan peneliti China dalam sebuah makalah yang diterbitkan di medRxiv pada Minggu (25/7/2021), yang belum ditinjau oleh rekan sejawat. Hasil kajian bisa diakses di https://bit.ly/3zGsxQt.