Penularan Covid-19 varian Omicron terus terjadi di Indonesia. Meski sebagian besar kasus berasal dari para pelaku perjalanan dari luar negeri, kewaspadaan menghadapi varian ini mesti terus ditingkatkan.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kasus baru Covid-19 varian Omicron di Indonesia bertambah 21 orang sehingga total menjadi 68 kasus. Sekalipun mayoritas kasus berasal dari pelaku perjalanan luar negeri, dengan ditemukannya transmisi lokal, risiko kenaikan kasus akibat varian baru ini menjadi lebih besar dan anak-anak termasuk yang paling berisiko.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmidzi, di Jakarta, Rabu (29/12/2021), mengatakan, terdapat penambahan 21 kasus baru Omicron sehingga total kasus yang ditemukan menjadi 68. Tambahan kasus baru ini berasal dari pelaku perjalanan luar negeri, terdiri dari 16 warga negara Indonesia dan 5 warga negara asing.
Nadia mengatakan, kebanyakan orang yang terkonfirmasi Omicron ini melakukan perjalanan dari Arab Saudi dan Turki. ”Kasus Omicron Indonesia kebanyakan masih dari pelaku perjalanan dari beberapa negara, seperti Arab Saudi dan Turki, sehingga masyarakat diimbau untuk mempertimbangkan berlibur ke sana,” katanya.
Dengan banyaknya temuan kasus impor dari pelaku perjalanan, lanjut Nadia, pemerintah akan memperketat pengawasan di pintu masuk negara, terutama di perbatasan laut dan darat. ”Positivity rate di pintu masuk laut dan darat 10 kali lebih tinggi daripada di udara,” tuturnya.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan mengumumkan adanya transmisi lokal Omicron pada Selasa (28/12/2021). Kasus pertama yang terkonfirmasi ini lelaki dari Medan yang tengah berada di Jakarta. Pasien saat ini masih dirawat di RS Sulianti Saroso dan pelacakan masih dilakukan, termasuk di tempat-tempat yang pernah didatangi pasien dalam 14 hari terakhir.
Menurut Nadia, istri pasien ini baru-baru ini juga terkonfirmasi positif Covid-19. ”Namun, varian apa yang menularinya masih menunggu hasil pemeriksaan lebih lanjut genomnya,” ungkapnya.
Kasus Omicron Indonesia kebanyakan masih dari pelaku perjalanan dari beberapa negara, seperti Arab Saudi dan Turki, sehingga masyarakat diimbau untuk mempertimbangkan berlibur ke sana.
Nadia menambahkan, salah satu kendala dalam pemeriksaan Omicron adalah keterbatasan laboratorium yang bisa melaksanakan pemeriksaan polimerase rantai ganda dengan S gene target failure (PCR-SGTF) dan whole genome seqeuncing (WGS). ”Saat ini yang bisa melakukan SGTF baru 12 laboratorium di Jawa dan Bali. Akan ditambah 15 laboratorium lagi untuk SGTF dan 12 tambahan untuk melakukan WGS,” katanya.
Lonjakan kasus anak
Epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman, mengingatkan agar Indonesia mewaspadai lonjakan kasus yang bisa berdampak pada anak-anak. ”Anak-anak termasuk kelompok rentan tertular Omicron. Di banyak negara, sudah terjadi lonjakan kasus Covid-19 pada anak-anak,” katanya.
Dicky mengatakan, peningkatan lima kali lipat kasus Covid-19 pada anak dilaporkan di New York City dan hampir dua kali lipat di Washington pada bulan ini. Secara nasional, rata-rata rawat inap anak karena Covid-19 di Amerika Serikat (AS) naik 48 persen hanya dalam seminggu terakhir.
Data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS yang dirilis Selasa (28/12/2021) menunjukkan bahwa rata-rata, 305 anak telah dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 selama seminggu terakhir. Ini adalah peningkatan lebih dari 48 persen dari minggu sebelumnya.
Laporan peningkatan kasus Covid-19 pada anak, menurut Dicky, juga terjadi di Inggris. Sebanyak 999 anak dirawat di rumah sakit karena Covid-19 pada bulan ini. Pada 21 Desember, 88 anak masuk rumah sakit, merupakan penambahan kasus anak tertinggi dalam sehari sepanjang pandemi.
Sekitar 8 persen dari semua pasien yang masuk ke rumah sakit di Inggris pada 21 Desember tersebut adalah anak-anak. Dari jumlah ini, 41 anak berumur 0-5 tahun dan 46 anak umur 6-17 tahun.
”Dampak Omicron pada anak-anak ini sebenarnya relatif sama dibandingkan dengan varian lain, termasuk juga potensi terjadinya long Covid. Namun, karena banyak anak belum bisa divaksin, risikonya bisa lebih besar saat ini dibandingkan dengan kelompok populasi lain,” kata Dicky.
Data di Afrika Selatan juga menunjukkan, dampak Omicron pada anak-anak yang belum divaksin bisa sangat serius. ”Dalam dua minggu terakhir kematian anak di Afrika Selatan karena Covid-19 sebanyak 21, sekitar 3 persen dari total kematian,” katanya.
Dicky mengingatkan, dalam gelombang sebelumnya, risiko penularan dan kematian anak-anak di Indonesia juga besar. ”Masalah kesehatan anak di Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah besar, terutama dari sisi gizi. Karena itu, terkait penularan Omicron ini salah satu yang harus jadi perhatian adalah melindungi anak-anak,” katanya.