Sumber penular kasus pertama Covid-19 varian Omicron yang terdeteksi di Indonesia harus segera ditemukan. Hal itu bertujuan untuk meminimalkan terjadinya penularan di komunitas.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ditemukannya varian baru Omicron pada pekerja pembersih di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet menuntut penguatan tes dan lacak, termasuk pemeriksaan genomik. Sumber penular harus segera ditemukan guna meminimalkan terjadinya penularan di komunitas.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, dalam pertemuan pers secara daring, di Jakarta, Kamis (16/12/2021), mengatakan, pasien berinisial N terkonfirmasi Omicron pada Rabu (15/12). Pasien merupakan pekerja pembersih di Rusah Sakit Darurat Wisma Atlet.
”Pada 8 Desember 2021, sampelnya diambil secara rutin oleh dokter Wisma Atlet. Ditemukan tiga pekerja terkonfirmasi positif (Covid-19), tetapi yang positif Omicron satu orang,” katanya.
Menurut Budi, ketiga orang tanpa gejala tidak mengalami demam dan batuk-batuk. Ketiga orang ini juga sudah negatif saat diperiksa kembali dengan polimerase rantai ganda (PCR).
Selain itu, Kementerian Kesehatan mendeteksi lima kasus terduga Omicron dan masih menunggu hasil tes genomik. Dua di antaranya merupakan warga Indonesia yang baru pulang dari Amerika Serikat dan diisolasi di Wisma Atlet, sedangkan tiga lainnya merupakan warga negara China di Manado.
Pelacakan
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI yang juga Mantan Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara Tjandra Yoga Aditama menuturkan, tindakan pertama yang harus dilakukan adalah menelusuri dengan sangat luas siapa saja yang kontak dengan pasien yang terinfeksi varian Omicron ini.
”Juga perlu dinilai apakah sudah terjadi community transmission (penularan komunitas) atau tidak, khususnya kasus yang positif memang tidak ada riwayat perjalanan ke negara terjangkit. Harus diidentifikasi apakah sudah ada sustained transmission atau penularan berkelanjutan atau tidak,” tuturnya.
Perlu dinilai apakah sudah terjadi community transmission (penularan komunitas) atau tidak, khususnya kasus yang positif memang tidak ada riwayat perjalanan ke negara terjangkit.
Epidemiolog di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Iwan Ariawan mengatakan, temuan kasus Omicron pada pekerja di Wisma Atlet yang belum pernah ke luar negeri ini menjadi tanda tanya. Sebab, semua pelaku perjalanan dari luar negeri yang PCR-nya positif telah diperiksa WGS (whole genome sequencing).
Selain itu, di dalam negeri orang yang PCR-nya menunjukkan SGTF (S-Gene Target Failure) menjadi prioritas untuk WGS. Diketahui SGTF merupakan salah satu penanda untuk Omicron. ”Memang belum semua laboratorium PCR punya reagen yang bisa mendeteksi SGTF. Ini akan diperbanyak oleh Kementerian Kesehatan,” tuturnya.
Tjandra menambahkan, selain meningkatkan tes dan lacak, termasuk tes genomik, upaya vaksinasi harus ditingkatkan. ”Sampai hari ini masih sekitar separuh penduduk kita belum mendapat vaksin dua dosis, bahkan sekitar dua pertiga lanjut usia kita belum terlindungi dengan vaksin,” ujarnya.
Menurut Tjandra, upaya pembatasan sosial harus disesuaikan dengan perkembangan epidemiologi dengan data yang akurat. ”Kalau ada peningkatan kasus, jangan sampai terlambat untuk melakukan pengetatan pembatasan sosial,” tuturnya.
Kemanjuran vaksin
Laporan terbaru dari peneliti di Universitas Hong Kong menemukan, vaksin yang dibuat Sinovac Biotech, salah satu yang paling banyak digunakan di dunia, tidak memberikan antibodi cukup untuk menetralisir varian Omicron.
Dalam kajian ini, peneliti menemukan, di antara 25 orang yang divaksinasi lengkap dengan suntikan Sinovac, tidak ada yang menunjukkan antibodi yang cukup dalam serum darah mereka untuk menetralkan Omicron.
Dalam kelompok terpisah yang terdiri dari 25 orang yang divaksinasi penuh dengan suntikan mRNA yang dibuat Pfizer dan BioNTech, lima di antaranya memiliki kemampuan menetralkan varian baru. Riset yang dipimpin ahli mikrobiologi Yuen Kwok Yung telah diterima untuk diterbitkan dalam jurnal medis Clinical Infectious Diseases dan tersedia daring sebagai pracetak.
Sebelumnya, WHO memperingatkan, varian baru Omicron telah menyebar ke seluruh dunia dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Saat ini, varian ini telah ditemukan di 77 negara.