Karbosimektil Selulosa Bisa Mengganggu Bakteri Baik dalam Tubuh
Konsumsi makanan yang mengandung pengawet karboksimetil selulosa dalam jangka panjang diperkirakan dapat meningkatkan penyakit inflamasi kronis.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
Kompas
Petugas Balai Pengawas Obat dan Makanan Semarang mengambil sejumlah sampel makanan yang dijual di Pasar Johar, Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (28/7/2011). Pengambilan sampel ini untuk meneliti zat berbahaya yang digunakan dalam pewarna atau pengawet makanan.
JAKARTA, KOMPAS — Hasil studi terbaru yang terbit di jurnal Gastroenterology, November 2021, menunjukkan bahwa karboksimetil selulosa (CMC) yang merupakan bahan tambahan pangan pengemulsi dapat mengubah kondisi usus seseorang yang sehat. Selain itu, CMC juga dapat mengganggu tingkat bakteri baik dan nutrisi yang menguntungkan bagi tubuh manusia.
Studi tersebut dilakukan tim ilmuwan dari Institut Ilmu Biomedis Georgia State University Amerika Serikat, French Institute of Health and Medical Research (INSERM) Perancis, dan University of Pennsylvania, AS. Para peneliti di Penn State University dan Max Planck Institute, Jerman, juga turut berkontribusi dalam penelitian ini.
Dalam studi terbaru ini, tim peneliti menganalisis konsumsi makanan terkontrol secara acak pada sukarelawan dengan kondisi sehat. Mereka dipusatkan di lokasi penelitian untuk mengonsumsi makanan yang bebas CMC dan yang mengandung CMC.
Para peneliti kemudian fokus mengenalisis bakteri usus dan metabolit. Setelah proses analisis dilakukan, mereka menemukan bahwa konsumsi CMC mengubah susunan bakteri yang terdapat di usus besar dan mengurangi spesies tertentu. Selain itu, sampel tinja sukarelawan yang mengonsumsi CMC menunjukkan penurunan tajam metabolit bermanfaat yang berkontribusi dalam menjaga kesehatan usus besar.
Penambahan CMC yang juga sering disebut pengemulsi ini ke dalam makanan bertujuan untuk meningkatkan tekstur dan umur simpan atau pengawet.
Terakhir, para peneliti melakukan kolonoskopi (pemeriksaan usus besar) pada partisipan di awal dan akhir penelitian. Hasilnya, sebagian partisipan yang mengonsumsi CMC menunjukkan bakteri usus masuk ke dalam lendir dan hal ini merupakan salah satu ciri atau penyebab penyakit radang usus dan diabetes tipe 2.
KOMPAS/Nutriclub
Fungsi Mikrobiota dalam Saluran Pencernaan Tubuh
Dalam laporannya, para peneliti menyimpulkan bahwa konsumsi CMC memang tidak dapat langsung menyebabkan penyakit dalam dua minggu. Namun, secara kolektif konsumsi CMC jangka panjang diperkirakan dapat meningkatkan penyakit inflamasi kronis. Oleh karena itu, studi lebih lanjut perlu dilakukan untuk memastikan dampak dari zat aditif ini.
Direktur penelitian di INSERM sekaligus penulis utama studi ini Benoit Chassaing menyatakan, hasil laporan tentang CMC harus menjelaskan tingkat heterogenitas subjek yang tinggi. Sebab, setiap pencernaan manusia memiliki respons yang berbeda terhadap CMC dan kemungkinan bahan tambahan pangan lainnya.
”Kami sekarang merancang pendekatan untuk memprediksi individu mana yang mungkin sensitif terhadap aditif tertentu,” kata Chassaing dikutip dari situs resmi Georgia State University, Jumat (3/12/2021).
Meski demikian, James Lewis, ilmuwan dari University of Pennsylvania menekankan bahwa studi lanjutan tentang dampak CMC harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan melalui kerangka kerja terperinci. Hal ini untuk memastikan pengujian bahan tambahanan makanan pada manusia dijalankan dengan cara yang terkontrol dengan baik.
Pengawet makanan
CMC adalah anggota sintetis dari kelas aditif yang banyak digunakan untuk tambahan makanan olahan. Penambahan CMC yang juga sering disebut pengemulsi ini ke dalam makanan bertujuan untuk meningkatkan tekstur dan umur simpan atau pengawet.
CMC belum diuji secara ekstensif pada manusia, tetapi telah banyak digunakan dalam makanan olahan sejak tahun 1960-an. Banyak pihak mengasumsikan CMC aman untuk dicerna karena dieliminasi dalam feses tanpa diserap. Namun, asumsi ini banyak ditentang ilmuwan karena CMC dapat meningkatkan interaksi dengan bakteri yang biasanya hidup di usus besar.
KOMPAS/INDIRA PERMANASARI
Produk beragam bahan pangan Kainara untuk memenuhi kebutuhan makanan tanpa kandungan gluten, kasein, margarin, gula pasir, bahan pengawet, dan kimia. Ada pula bermacam kue kering yang terbuat dari bahan alami dan lokal.
”Hasil penelitian kami tentu saja membantah argumen tersebut yang digunakan untuk membenarkan kurangnya studi klinis tentang zat aditif,” kata Andrew Gewirtz dari Georgia State University yang juga salah satu penulis laporan dampak CMC ini.
Para peneliti lain juga telah melakukan eksperimen pemberian CMC dan pengemulsi lainnya pada tikus. Hasilnya, CMC berkontribusi mengubah bakteri usus hingga mengakibatkan penyakit yang lebih parah dalam berbagai kondisi peradangan kronis, termasuk kolitis, sindrom metabolik, dan kanker usus besar.