Varian baru virus korona penyebab Covid-19, Omicron, sudah ditemukan di lebih dari 20 negara dan cenderung meluas. Laporan terbaru, varian ini sudah beredar lebih awal di Nigeria sebelum ditemukan di Afrika Selatan.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Organisasi Kesehatan Dunia meminta negara-negara untuk tetap tenang dan bertindak rasional menanggapi varian SARS-CoV-2 Omicron. Pada saat sama, Omicron sudah ditemukan di lebih dari 20 negara dan cenderung meluas karena varian ini ternyata sudah beredar lebih awal di Nigeria sebelum ditemukan di Afrika Selatan.
Pusat Pengendalian Penyakit Nigeria (NCDC) dalam pernyataan tertulis pada Rabu (1/12) menyebutkan, pihaknya telah mengonfirmasi kasus pertama varian Omicron Covid-19, di antaranya dari sampel para pelancong yang datang ke negara tersebut pada bulan Oktober lalu. Ini menunjukkan bahwa kasus itu telah muncul beberapa minggu sebelum dilaporkan di Afrika Selatan.
”Pengurutan retrospektif dari kasus yang dikonfirmasi sebelumnya di antara pelancong ke Nigeria juga mengidentifikasi varian Omicron di antara sampel yang dikumpulkan pada Oktober 2021,” kata NCDC, sebagaimana ditulis kantor berita Reuters.
Nigeria menjadi negara ke-21 yang mengumumkan keberadaan Omicron, meski data sampelnya yang positif varian ini lebih dulu diambil dibandingkan Afrika Selatan. Sejumlah negara lain yang juga telah menemukan Omicron meliputi, antara lain, Afrika Selatan, Australia, Austria, Brasil, Belanda, Belgia, Botswana, Kanada, Denmark, Jerman, Hong Kong, Inggris, Israel, Italia, Jepang, Kepulauan Reunion-Perancis, Portugal, Spanyol, Swiss, dan Swedia.
Penelusuran di GISAID, bank data genom SARS-CoV-2, menunjukkan, sampai saat ini Nigeria belum mendaftarkan data genom varian Omicron ke pusat data ini. Afrika Selatan masih menjadi negara yang paling banyak mendaftarkan data Omicron, yaitu sebanyak 171 genom.
Pada hari yang sama, Hong Kong mengumumkan kasus Omicron keempat dari penumpang pesawat asal Nigeria yang transit di Bandara Internasional Hong Kong. Pria berusia 38 tahun itu tiba di Hong Kong pada 24 November 2021 dengan penerbangan Qatar Airways QR818 dari Nigeria melalui Qatar dan dikonfirmasi positif pada tanggal 27 November.
Pasien ini dilaporkan belum menerima vaksinasi Covid-19 dan tidak menunjukkan gejala.
Sejauh ini, Hong Kong telah mendeteksi dua kasus Omicron yang dibawa pelaku perjalanan dari Afrika Selatan dan dua dari Nigeria. Data ini menunjukkan, varian Omicron sudah beredar di Nigeria sebelum kemudian ditemukan dan diumumkan oleh NCDC.
Pengumuman dari NCDC ini sejalan dengan data di Eropa yang juga menunjukkan varian Omicron telah beredar di kawasan ini sebelum secara resmi diidentifikasi di Afrika Selatan. Institut Nasional untuk Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan (RIVM) Belanda menyebutkan, varian Omicron telah tiba di Belanda seminggu sebelum dua penerbangan dari Afrika Selatan yang membawa virus tersebut.
Varian Omicron itu dikonfirmasi dalam dua sampel uji yang diambil pada 19 November dan 23 November. Padahal, sebelumnya kasus pertama varian Omicron di Belanda didapatkan dari 14 penumpang asal Afrika Selatan yang tiba pada 26 November.
Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman mengatakan, data di sejumlah negara ini menunjukkan varian Omicron memang telah beredar lebih awal sebelum akhirnya ditemukan diumumkan oleh WHO sebagai variant of concern. ”Hal ini berimplikasi, penyebaran varian ini sudah lebih luas dari yang ditemukan saat ini,” ujarnya.
Mengacu pada laporan awal di Israel, Dicky mengatakan, varian Omicron 1,3 kali lebih menular dibandingkan dengan Delta. Kabar baiknya, vaksin Pfizer hanya sedikit kurang efektif dalam mencegah infeksi dengan Omicron dibandingkan dengan Delta, yaitu 90 persen dibandingkan dengan 95 persen. Dalam hal mencegah gejala serius disebut sama efektifnya, yakni sekitar 93 persen.
”Kita masih harus menunggu laporan lebih rinci, terutama dari negara-negara Afrika yang sudah memiliki banyak kasus ini,” ujarnya.
Sebagaimana diumumkan Sheba Medical Center, Israel memiliki empat kasus yang terkonfirmasi membawa Omicron. Dua di antaranya adalah pelaku perjalanan dari Afrika Selatan dan dua pasien lainnya adalah dokter, di mana salah satunya baru pulang dari konferensi di London, Inggris. Dua dokter yang positif Omicron ini juga diketahui sudah mendapat vaksin sehingga gejalanya tidak parah.
Langkah rasional
Dalam sebuah pernyataan, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyesalkan bahwa Botswana dan Afrika Selatan, tempat varian baru ini pertama kali diidentifikasi, ”dihukum oleh orang lain karena melakukan hal yang benar.”
Puluhan negara telah memberlakukan larangan perjalanan di Afrika Selatan sejak mutasi itu ditemukan pada akhir pekan lalu. Tedros mengatakan, meskipun dapat dimengerti bahwa semua negara harus ingin melindungi warganya, Omicron masih merupakan ancaman yang sebagian besar tidak diketahui.
”Kami menyerukan semua negara anggota untuk mengambil langkah-langkah pengurangan risiko yang rasional dan proporsional,” kata Tedros.