Membagikan Informasi Bermutu Bagian dari Menciptakan Bonum Commune
Diperlukan kebijaksanaan pribadi dalam memilah dan memilih informasi yang baik, benar,dan bermutu. Membagikan informasi yang baik, benar, dan bermutu adalah upaya nyata menciptakaan ”bonum commune” (kebaikan bersama).
Oleh
Angger Putranto/Haryo Damardono
·3 menit baca
DIDIE SW
Didie SWHoaks infodemi.
JAKARTA, KOMPAS — Kemajuan teknologi tak jarang diikuti dengan banjir informasi. Dalam kondisi tersebut, masyarakat terpapar informasi yang benar ataupun yang bohong, atau informasi yang bermutu dan yang tidak bermutu.
Oleh karena itu, diperlukan kebijaksanaan pribadi dalam memilah dan memilih informasi yang baik, benar, dan bermutu. Membagikan informasi yang baik, benar, dan bermutu merupakan upaya nyata menciptakaan bonum commune atau kebaikan bersama.
Hal itu mengemuka dalam Literasi Digital bertajuk ”Banjir Informasi, Memilah Hoax dan Fake News”, Kamis, (4/11/2021). Acara ini terselenggara berkat kerja sama Garudafood, Universitas Katolik Parahyangan, dan harian Kompas.
Rektor Universitas Katolik Parahyangan Mangadar Situmorang menyebut di era disrupsi saat ini, masyarakat masih membutuhkan terciptanya bonum commune. ”Kami beruntung masih bisa membaca Kompas yang menyajikan bonum commune. Itu tampak dari kebenaran dan kebaikan yang tampil dalam slogan amanat hati nurani rakyat dan berita-berita yang disuguhkan,” ujarnya.
Rektor Universitas Katolik Parahyangan Mangadar Situmorang dalam Literasi Digital bertajuk ”Banjir Informasi, Memilah Hoax dan Fake News”, Kamis (4/11/2021).
Mangadar menambahkan, selama ini Kompas dijadikan sarana untuk belajar berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Kondisi ini mulai bergeser saat anak-anak muda justru menjadikan media sosial sebagai sarana belajar.
”Anak-anak muda mulai tidak membaca sesuatu yang baku. Ini jadi kekhawatiran saya. Dengan adanya Kompas.id, saya bersyukur karena Kompas bisa menghadirkan dirinya dalam bentuk digital, tidak melulu bentuk cetak,” ujarnya.
Pentingnya informasi yang baik dan benar dalam membangun bonum commune juga disampaikan Presiden Direktur Garudafood Hardianto Atmadja. Menurut dia, bonum commune dapat tercipta apabila satu komunitas lebih banyak menyebar dan mengonsumsi informasi yang baik dan benar.
”Banjir informasi membuat kita bingung karena banyak informasi yang masuk. Bahkan ada informasi yang meresahkan, mengganggu, bahkan memecah belah keluarga, kelompok, atau komunitas. Kalau kita bisa menyeleksi informasi, tentu hal itu tidak akan terjadi,” ujarnya.
Presiden Direktur Garudafood Hardianto Atmadja dalam Literasi Digital bertajuk ”Banjir Informasi, Memilah Hoax dan Fake News”, Kamis (4/11/2021).
Hardianto mengatakan, fenomena banjir informasi tidak bisa ditolak di tengah era perkembangan teknologi yang sangat pesat. Semua aktivitas hampir sepenuhnya berhubungan dengan teknologi dan jaringan digital.
”Salah satu yang bisa dilakukan ialah menyadari pentingnya literasi digital. Kita harus bisa menyeleksi berita dengan sangat bijaksana,” ujarnya.
Garudafood sebagai perusahaan makanan dan minuman, lanjut Hardianto, sadar akan pentingnya digitalisasi. Oleh karena itu, ia mendukung usaha Kompas untuk meluaskan program literasi digital melalui pengenalan Kompas.id ke sejumlah perguruan tinggi.
Pemimpin Redaksi Harian Kompas Sutta Dharmasaputra menilai, munculnya bias-bias informasi tak terlepas dari kecenderungan manusia. ”Di satu sisi manusia senang mendengar cerita yang memukau. Celakanya, di sisi lain, manusia juga senang membesar-besarkan cerita. Kondisi ini yang akhirnya membuat informasi mudah sekali terjadi bias,” tuturnya.
Bias-bias informasi tersebut, lanjut Sutta, yang akhirnya tidak hanya menyesatkan, tetapi juga bisa membinasakan. Terlebih saat pandemi terjadi di tengah era banjir informasi seperti saat ini.
Sutta mengatakan, pertumbuhan teknologi internet dan media sosial yang melampaui pertumbuhan manusia dunia membuat informasi sangat masif. Tak sedikit informasi yang beredar tersebut jauh dari kebenaran.
”Kementerian Komunikasi dan Informatika merilis ada 1.656 temuan isu hoaks selama periode 23 Januari 2020 hingga 22 Juni 2021. Kompas dan Kompas.id hadir untuk menjawab keresahan tersebut. Sebab, kami memiliki jurnalisme presisi, liputan investigasi, dan produk jurnalistik lain yang bisa dipertanggungjawabkan,” tuturnya.
Kompas, lanjut Sutta, juga terus berupaya untuk memublikasikan capaian-capaian perguruan tinggi dan perusahaan swasta. Dalam kesempatan tersebut, Sutta akan sangat menyambut baik apabila bisa memublikasikan hasil-hasil riset para dosen Universitas Katolik Parahyangan.
”Kami bisa memublikasikan hasil riset dan temuan-temuan perguruan tinggi untuk kemajuan bangsa. Saat kami ingin memperdalam hasil liputan, kami juga berharap para dosen di Unpar dapat memberi warna dan gagasan dari fakta-fakta yang kami temukan,” tuturnya.
Hasil liputan yang dipadukan dengan hasil riset para akademisi, lanjut Sutta, nantinya juga bisa dimanfaatkan oleh pihak swasta. Hasil liputan tersebut mungkin membantu perusahaan swasta, seperti Garudafood, dalam menentukan arah kebijakan perusahaan.