Upaya pengentasan tengkes bukan hanya menjadi tanggung jawab satu pihak. Target penurunan tengkes bisa dicapai apabila ada gerakan bersama dari seluruh pemangku kepentingan. Ibu pun diharapkan turut berperan untuk itu.
Oleh
Deonisia Arlinta
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tengkes atau stunting menjadi tugas bersama yang harus segera dituntaskan demi mencapai generasi emas di masa depan. Para ibu pun diharapkan bisa lebih berperan untuk mencegah tengkes, terutama dengan menjamin kebutuhan tumbuh kembang anaknya.
Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Abdul Razak Thaha mengatakan, intervensi penurunan tengkes perlu didahului dengan pemahaman yang benar dari masyarakat. Tengkes perlu dipahami tidak sekadar karena kekurangan gizi kronik serta infeksi berulang, tetapi juga stimulasi psikososial yang tidak memadai.
”Anak-anak didefinisikan mengalami stunting apabila perbandingan panjang atau tinggi dengan usia kurang dari minus 2 SD (standar deviasi) dari median standar pertumbuhan anak WHO (Organisasi Kesehatan Dunia),” katanya dalam acara webinar bertajuk ”Sosialisasi Gerakan Ibu Bangsa untuk Penurunan Stunting” yang diikuti dari Jakarta, Senin (1/11/2021).
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, prevalensi anak yang mengalami tengkes mengalami penurunan. Pada 2018, prevalensi tengkes sebesar 30,8 persen. Angka tersebut menurun menjadi 27,6 pada 2019 dan 26,9 persen pada 2020. Meski menurun, angka itu masih di atas batas yang ditetapkan oleh WHO, yakni 20 persen. Presiden Joko Widodo pun menargetkan angka tengkes di Indonesia bisa mencapai 14 persen pada 2024.
Menurut Abdul, meski target yang ditetapkan oleh pemerintah dinilai ambisius, peluang percepatan penurunan tengkes di Indonesia masih terbuka lebar. Hal itu bisa dicapai apabila pendampingan dan pembinaan keluarga optimal dijalankan.
Pendampingan tersebut, tambahnya, perlu dilakukan pada remaja prakonsepsi, ibu hamil, persalinan, masa pengasuhan bayi, hingga anak berusia dua tahun. Setidaknya ada sejumlah faktor yang perlu diperhatikan untuk memastikan intervensi dalam penurunan tengkes bisa dijalankan dengan baik.
Itu seperti pemberian ASI eksklusif, keberadaan anggota keluarga yang tidak merokok, tersedianya fasilitas cuci tangan yang layak dan aman, serta status tidak sakit yang baik. Selain itu, faktor pendorong lainnya, antara lain, pemberian pendidikan prasekolah, pemanfaatan jaminan kesehatan, pemberian makanan pendamping ASI, serta pemberian imunisasi dasar lengkap.
Anak-anak didefinisikan mengalami stunting apabila perbandingan panjang atau tinggi dengan usia kurang dari minus 2 SD (standar deviasi) dari median standar pertumbuhan anak WHO (Organisasi Kesehatan Dunia).
Abdul mengatakan, pada masa prakonsepsi dan ibu hamil, intervensi yang perlu dilakukan ialah perbaikan gizi pada remaja perempuan usia subur, pemberian tablet tambah darah pada remaja perempuan dan ibu hamil, serta pemeriksaan kehamilan (ANC). Untuk mendukung upaya tersebut, perlu dipastikan tersedianya tenaga kesehatan yang mumpuni, sarana dan prasarana pun tersedia di seluruh fasilitas kesehatan. Sistem pencatatan dan pelaporan juga harus dipastikan berjalan dengan baik.
Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Giwo Rubianto Wiyogo menyampaikan, peran perempuan, terutama ibu, pun amat besar untuk mendukung upaya penurunan tengkes di Indonesia. Itu dilakukan dengan memberdayakan seluruh anggota Kowani.
”Melalui gerakan ibu bangsa, sinergi dan kolaborasi akan dilakukan untuk mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia. Harapannya, kita bisa bersama menyiapkan generasi penerus bangsa yang unggul dan berkualitas,” ucapnya.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menuturkan, upaya penurunan tengkes butuh gerak cepat yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Tugas menurunkan tengkes sampai 14 persen selama dua setengah tahun sampai 2024 bukan perkara mudah.
”Saya kira, peran ibu sangat penting untuk mencapai target penurunan stunting. Itu karena ibu menentukan kualitas dari bayi yang akan dilahirkan kelak. Untuk mencegah stunting, juga akan lebih efektif jika disampaikan dari kelompok sebaya, yakni dari ibu kepada ibu yang lainnya,” tuturnya.