Vaksin Dosis Ketiga Efektif Mengurangi Keparahan Covid-19
Pemberian dosis ketiga vaksin Covid-19 terbukti efektif menurunkan risiko Covid-19 parah dan kematian. Tapi, di saat yang sama, banyak negara masih berjuang untuk memberikan dosis pertama dan kedua vaksin.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Studi terbaru menunjukkan bahwa pemberian dosis ketiga vaksin Covid-19 pada individu efektif dalam mengurangi keparahan Covid-19 dibandingkan dengan hanya dua dosis vaksin lima bulan sebelumnya. Ini adalah data pertama yang mengukur efektivitas dosis ketiga vaksin berbasis mRNA, khususnya Pfizer/BioNTech terhadap varian Delta.
Kajian dilakukan Clalit Research Institute bekerja sama dengan para peneliti dari Universitas Harvard dengan menganalisis salah satu basis data catatan kesehatan skala besar di Israel. Laporan kajian ini diterbitkan di jurnal The Lancet dan dirilis pada Jumat (29/10/2021).
Saat ini, banyak negara mengalami kebangkitan infeksi SARS-CoV-2 meskipun cakupan vaksinasinya tinggi. Hal ini diduga disebabkan oleh penularan yang lebih besar dari varian Delta (B.1.617.2) dari SARS-CoV-2 dan berkurangnya kekebalan vaksin yang diberikan beberapa bulan sebelumnya. Dengan tren ini, beberapa negara memberikan vaksin ketiga, di mana Israel termasuk yang pertama melakukannya.
Studi ini bermaksud melihat efektivitas suntikan ketiga dibandingkan dengan dua dosis vaksin yang telah diberikan sebelumnya. Penelitian berlangsung dari 30 Juli 2021 hingga 23 September 2021, bertepatan dengan gelombang keempat infeksi dan penyakit virus korona di Israel, di mana varian Delta (B.1.617.2) menjadi jenis yang dominan. Para peneliti meninjau data infeksi dari 728.321 orang berusia 12 tahun ke atas yang telah menerima dosis ketiga vaksin Pfizer/BioNTech.
Hasil ini menunjukkan secara meyakinkan bahwa dosis ketiga vaksin sangat efektif terhadap Covid-19 yang parah pada kelompok usia dan subkelompok populasi yang berbeda, satu minggu setelah dosis ketiga.
Para peneliti kemudian membandingkan data dengan jumlah populasi yang sama yang hanya menerima dua suntikan vaksin Pfizer/BioNTech setidaknya lima bulan sebelumnya. Perbandingan didasarkan pada serangkaian atribut seperti aspek demografi, geografi, dan terkait kesehatan yang terkait dengan risiko infeksi, risiko penyakit parah, status kesehatan, dan perilaku mencari kesehatan.
Hasilnya menunjukkan bahwa dibandingkan dengan individu yang hanya menerima dua dosis vaksin lima bulan sebelumnya, individu yang menerima tiga dosis vaksin (7 hari atau lebih setelah dosis ketiga) memiliki risiko 93 persen lebih rendah untuk dirawat di rumah sakit akibat Covid-19. Risiko terjadinya Covid-19 parah lebih rendah 92 persen dan risiko kematian terkait Covid-19 juga 81 persen lebih rendah. Efektivitas vaksin pada jenis kelamin yang berbeda, kelompok usia (usia 40-69 dan 70+), dan jumlah penyakit penyerta tidak berbeda.
Studi ini juga mencakup analisis tingkat populasi yang menemukan bahwa tingkat infeksi mulai turun untuk setiap kelompok usia 7-10 hari setelah kelompok usia tersebut memenuhi syarat untuk dosis ketiga.
”Hasil ini menunjukkan secara meyakinkan bahwa dosis ketiga vaksin sangat efektif terhadap Covid-19 yang parah pada kelompok usia dan subkelompok populasi yang berbeda, satu minggu setelah dosis ketiga. Data ini harus memfasilitasi pengambilan keputusan kebijakan yang terinformasi,” kata Ran Balicer, penulis senior studi ini yang juga Direktur Clalit Research Institute.
Ben Reis, Direktur Predictive Medicine Group di Program Informatika Kesehatan Komputasi Rumah Sakit Anak Boston dan Harvard Medical School, mengatakan, ”Sampai saat ini, salah satu pendorong utama keraguan vaksin adalah kurangnya informasi mengenai efektivitas vaksin. Penelitian epidemiologi yang cermat ini memberikan informasi yang dapat dipercaya tentang efektivitas vaksin dosis ketiga, yang kami harap akan membantu mereka yang belum memutuskan tentang vaksinasi dengan dosis ketiga.”
Ketimpangan vaksin
Sekalipun bukti-bukti baru menunjukkan efektivitas vaksin ketiga, saat ini dunia juga menghadapi ketimpangan cakupan vaksin. Negara-negara miskin dan berkembang masih berjuang memberikan vaksin dosis pertama dan kedua sementara negara kaya sudah melakukan vaksin ketiga.
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan, sekalipun lebih dari 48 persen populasi dunia telah menerima setidaknya satu dosis vaksin, persentase itu turun menjadi hampir 3 persen di negara-negara berpenghasilan rendah. Situasi ini dinilai sangat mengkhawatirkan di negara-negara dalam krisis kemanusiaan yang membutuhkan hampir 700 juta dosis lebih untuk mencapai target WHO untuk memvaksinasi 40 persen dari populasi mereka pada akhir tahun.
Sejauh ini lebih dari setengah negara miskin tidak memiliki dosis yang cukup untuk memvaksin 10 persen dari populasi mereka. Tujuh negara termiskin di dunia seperti Burundi, Kamerun, Chad, Republik Demokratik Kongo, Haiti, Sudan Selatan, dan Yaman hanya memiliki dosis yang cukup untuk menjangkau kurang dari 2 persen populasi mereka.
”Ketidaksetaraan vaksin tidak hanya menahan negara-negara termiskin, tetapi juga menahan dunia,” kata Direktur Eksekutif Unicef Henrietta Fore dalam keterangan pers. “Ketika para pemimpin bertemu untuk menetapkan prioritas fase berikutnya dari respons Covid-19, sangat penting bagi mereka untuk mengingat bahwa, dalam perlombaan vaksin Covid-19, kita menang bersama, atau kalah bersama.”