Ikatan Dokter Indonesia Antisipasi Gelombang Ketiga
Lonjakan kasus Covid-19 kemarin menjadi pelajaran pahit yang menyisakan duka. Pandemi belum berlalu dan gelombang ketiga diprediksi bisa terjadi. Diperlukan antisipasi kuat untuk menghadapinya.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kasus Covid-19 di Indonesia menunjukkan titik terendah. Meski demikian, risiko terjadinya gelombang ketiga dinilai masih ada. Semua pihak, termasuk kalangan tenaga medis, telah mempersiapkan diri guna mencegah banyaknya korban jika hal itu kembali terjadi.
Ketua Pelaksana Harian Tim Mitigasi Dokter Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Mahesa Paranadipa dalam pertemuan pers pada Selasa (11/10/2021) mengatakan, berbagai upaya yang dilakukan telah berhasil menurunkan kasus Covid-19 di Indonesia. ”Kita tidak berharap ada gelombang ketiga, tetapi para pakar epidemiologi sudah memperingatkan ancaman ini. Kita tetap harus bersiap,” katanya.
Menurut Mahesa, saat ini kasus Covid-19 di Indonesia relatif rendah dengan tingkat kepositifan di bawah 5 persen, sebelumnya belum pernah terjadi. ”Akan tetapi, beberapa pakar memberi catatan terkait 3T kita, terutama tes dan tracing yang belum mencapi standar WHO. Ini jadi catatan, khususnya bagi kepala daerah, agar meningkatkannya,” ujarnya.
Selain itu, cakupan vaksinasi di Indonesia masih relatif rendah. Untuk suntikan dosis pertama, sudah lebih dari 100 juta atau sekitar 48 persen, sedangkan suntikan kedua baru 57 juta atau atau 27,8 persen. Adapun untuk vaksin ketiga bagi tenaga kesehatan telah mencapai 1 juta dosis atau 69,7 persen.
Banyak yang masih trauma karena sejawat berguguran.
”Secara teori, untuk capai herd immunity, 70 persen populasi mendapat suntikan kedua. Jadi, kita masih harus tingkatkan vaksinasi,” ucapnya.
Anggota Tim Mitigasi Dokter IDI, Nirwan Satria, mengimbau agar kita tidak boleh lengah. Karena saat kembali terjadi lonjakan kasus, tenaga kesehatan pun banyak menjadi korban. Oleh karena itu, Tim Mitigasi melakukan pelatihan terhadap anggota yang melakukan pelayanan Covid-19, termasuk di unit gawat darurat (UGD) yang menjadi ujung tombak pelayanan.
”Tim Mitigasi juga sudah mengeluarkan pedoman dokter dan melakukan sosialisasi ke berbagai daerah. Termasuk membuka pusat pelayanan tentang apa yang harus dilakukan dan antisipasi. Banyak yang masih trauma karena sejawat berguguran,” tuturnya.
Data Kementerian Kesehatan, kasus Covid-19 di Indonesia pada Selasa bertambah 1.261 kasus, sedangkan kasus aktif turun 916 kasus sehingga total mencapai 21.625 kasus. Korban jiwa bertambah 47 orang, dengan korban terbanyak di Jawa Timur sebanyak 9 orang, diikuti Jawa Tengah 7 orang, Sulawesi Selatan 4 orang, dan selebihnya di berbagai provinsi lain.
Tingkat kepositifan Covid-19 di Indonesia dengan tes reaksi berantai polimerase (PCR) dan tes cepat molekuler sebesar 1,99 persen, sedangkan total dengan antigen hanya 0,32 persen.
Persiapan di daerah
Persiapan juga telah dilakukan para dokter di daerah. Ketua IDI Kudus, Jawa Tengah, Achmad Syaifuddin mengatakan, saat ini kasus Covid-19 di wilayahnya nyaris tidak ada lagi. ”Hanya ada 12 orang positif, kebanyakan isolasi mandiri, sedangkan positivity rate hanya 0,8 persen, jauh di bawah standar WHO. Padahal, dulu bisa sampai 68 persen,” ujarnya.
Meski demikian, menurut Achmad, tingkat vaksinasi masih jadi kendala. Jika mengacu pada indikator 3T (tes, pelacakan, dan perawatan), Kudus seharusnya masuk level satu, Namun, karena cakupan vaksinasi kurang, terutama untuk lanjut usia yang baru 27 persen, status pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) masih berada di level tiga.
”Pasokan vaksin ke kabupaten yang kurang, padahal kami siap bantu. Kami sudah bentuk satgas vaksinasi dan rekrut 300 anggota untuk jadi vaksinator. Sehari bisa lakukan 4.000-an penyuntikan,” tuturnya.
Adapun untuk booster atau vaksinasi ketiga bagi tenaga kesehatan di Kudus, sejauh ini sudah mencapai 91,8 persen dan ditargetkan akan selesai minggu depan. ”Untuk antisipasi oksigen, belajar dari gelombang kedua, mengalami kesulitan oksigen baik liquid atau tabung. Sumber masalahnya di distribusi oksigen sehingga penyelesaiannya di pemerintah dan produsen oksigen,” paparnya.
Kabid Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Samarinda, Kalimantan Timur, Osa Rafshodia mengatakan, saat ini pihaknya telah bersiap dengan distribusi alat perlindungan diri untuk antisipasi gelombang ketiga. ”Selain itu, kami juga merekomendasikan sejawat yang tempat praktiknya tidak memungkinkan agar mengatur jam kerja dan distribusi pasien. Sudah dipersiapkan kebijakan, juga dukungan rumah sakit,” katanya.
Menurut Osa, saat gelombang kedua Covid-19, di Samarinda tidak ada kelangkaan oksigen, tetapi lebih ke regulatornya. ”Kami sudah berkoordinasi dengan polresta (kepolisian resor kota) untuk antisipasi penimbunan,” ucapnya.
Perwakilan IDI Kota Bekasi Niken mengatakan, vaksinasi kedua di Kota Bekasi sudah lebih dari 50 persen, sedangkan vaksin booster untuk nakes hampir 90 persen. ”Belum semua nakes mendapat booster karena ada penyintas, yang sebelumnya harus menunggu tiga bulan. Akan tetapi, sekarang sebenarnya sudah bisa,” tuturnya.