Hujan di Jabodetabek Masih Berpeluang Terjadi hingga Sore
Hujan yang melanda Jabodetabek ini bukan karena wilayah ini sudah masuk musim hujan. Namun, lebih disebabkan oleh adanya pergerakan gelombang atmosfer ekuatorial.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hujan melanda Jakarta dan sekitarnya sejak Selasa (14/9/2021) dini hari dibangkitkan oleh awan skala meso yang tumbuh di Samudra Hindia dekat timur Sumatera Selatan dan selatan Jawa Barat. Hujan masih berpeluang terjadi lagi pada sore dan malam hari nanti di Jawa dan Kalimantan.
”Hujan dengan intensitas moderat bertahan hingga pukul 8.00 WIB. Meski demikian, hujan dengan intensitas ringan diprediksi terjadi secara persisten hingga siang bahkan sore hari di sejumlah tempat di kawasan Jabodetabek,” kata Erma Yulihastin, Tim Reaksi dan Analisis Kebencanaan, Pusat Riset Sains dan Teknologi Atmosfer-Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRSTA-BRIN).
Menurut Erma, pembentukan hujan pada tengah malam hingga dini hari di bagian utara Jakarta tersebut mendapat pengaruh dari hujan pada sore hari sebelumnya yang telah terbentuk di kawasan Lampung dan sekitarnya. Hujan tersebut dibangkitkan oleh awan skala meso (mesoscale convective complex/MCC) yang tumbuh di Samudra Hindia dekat timur Sumatera Selatan dan selatan Jawa Barat.
”Pertumbuhan MCC tersebut terangkai dengan MCC lainnya yang terdapat di Laut Jawa dekat selatan Kalbar, di atas Kalbar, dan di Singapura,” katanya.
Saat ini, terjadi perpaduan semua gelombang atmosfer ekuatorial, mulai dari MJO, Kelvin, hingga Rossby.
Menurut Erma, rangkaian MCC yang membentang dari selatan ke utara tersebut dipengaruhi pecahnya siklon tropis Chantu di Filipina yang menimbulkan efek menarik awan konvektif di kawasan Samudra Hindia yang saat ini masif karena keberadaan Madden Julian Oscillation (MJO) fase 3. Awan konvektif yang terbentuk dalam suatu barisan meridional tersebut membangkitkan badai-badai yang menjalar dari barat ke timur.
Erma menambahkan, berdasarkan prediksi PRSTA, hujan dengan intensitas moderat hingga lebat masih bisa terjadi pada sore hingga malam di Jawa dan Kalimantan seiring dengan penjalaran badai dari barat ke timur.
Kepala Subbidang Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Siswanto mengatakan, hujan yang melanda Jabodetabek ini bukan karena wilayah ini sudah masuk musim hujan. Namun, lebih disebabkan oleh adanya pergerakan gelombang atmosfer ekuatorial.
”Saat ini terjadi perpaduan semua gelombang atmosfer ekuatorial, mulai dari MJO, Kelvin, hingga Rossby. Wilayah selatan mulai dari Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur ini masih bisa berlangsung hingga 16 September,” katanya.
Perkiraan hujan lebat
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, fenomena MJO, gelombang Rossby Ekuatorial, dan gelombang Kelvin terpantau aktif di wilayah Indonesia hingga seminggu ke depan. Seperti diketahui, MJO, gelombang Rossby Ekuatorial, dan gelombang Kelvin merupakan fenomena dinamika atmosfer yang mengindikasikan adanya potensi pertumbuhan awan hujan dalam skala yang luas di sekitar wilayah aktif yang dilewatinya.
Fenomena MJO dan gelombang Kelvin bergerak dari arah Samudra Hindia ke arah Samudra Pasifik melewati wilayah Indonesia dengan siklus 30-40 hari pada MJO, sedangkan pada Kelvin skala harian. Sebaliknya, fenomena Gelombang Rossby bergerak dari arah Samudra Pasifik ke arah Samudra Hindia dengan melewati wilayah Indonesia. Sama halnya seperti MJO dan Kelvin, ketika Gelombang Rossby aktif di wilayah Indonesia, dapat berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah indonesia.
Selain itu, terbentuknya belokan serta pertemuan dan perlambatan kecepatan angin dapat mengakibatkan meningkatnya potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia. Suhu muka laut dan anomali suhu muka laut juga terpantau masih hangat di sebagian besar perairan di Indonesia, yang mendukung peningkatan suplai uap air sebagai sumber pembentukan awan-awan hujan.
”Kondisi tersebut juga didukung oleh masih tingginya kelembaban udara di sebagian besar wilayah di Indonesia hingga seminggu ke depan,” kata Guswanto.
Berdasarkan kondisi tersebut, BMKG memprakirakan potensi hujan lebat yang disertai kilat dan angin kencang dalam periode 13-20 September 2021 terdapat di sejumlah wilayah provinsi, meliputi sebagian besar Sumatera, sebagian besar Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.