Penggunaan produk kecantikan bermerkuri dalam jangka panjang akan menimbulkan penyakit mematikan. Dengan mengetahui ciri-ciri produk kecantikan bermerkuri, kita dapat terhindar dari bahaya yang ditimbulkannya.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penggunaan produk kecantikan yang mengandung merkuri dalam jangka panjang tidak hanya dapat menyebabkan kerusakan kulit, tetapi juga penyakit lainnya yang mematikan. Masyarakat, khususnya kaum perempuan, perlu mengetahui ciri-ciri produk kecantikan mengandung merkuri agar dapat terhindar dari bahaya yang ditimbulkan.
Dokter spesialis kulit dan kelamin Nenden Sobarna mengemukakan, meskipun sedikit, kandungan merkuri dalam produk kecantikan sangat berbahaya bagi kesehatan. Jauh sebelum adanya fakta tentang bahaya logam berat ini, kandungan merkuri di sejumlah produk kecantikan dapat mencapai 0,007 persen.
Menurut Nenden, hasil penelitian tahun 2019 menunjukkan bahwa 97 persen dari 1.044 perempuan memiliki kandungan merkuri di dalam darahnya. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah perempuan terpapar merkuri di dunia.
”Beberapa tahun setelah penggunaan produk kecantikan bermerkuri, banyak kejadian kematian karena gangguan ginjal dan kesehatan lainnya. Setelah itu, BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) menyatakan bahwa merkuri bersifat racun dalam jangka panjang,” ujarnya dalam diskusi daring terkait merkuri, Kamis (9/9/2021).
Nenden menjelaskan, penggunaan produk kecantikan mengandung merkuri dalam jangka pendek akan menyebabkan epidermis kulit mengelupas disertai gejala kemerahan, panas, dan gatal. Setelah itu, merkuri akan terserap atau ke dalam darah dan terakumulasi. Dalam jangka panjang, akumulasi merkuri tersebut akan menyebar ke ginjal, otak, hati, dan organ tubuh lainnya.
Gejala yang dirasakan setiap orang berbeda-beda saat menggunakan produk kecantikan bermerkuri. Gejala lain yang kerap dialami adalah kulit menjadi hitam saat terkena matahari atau putih seperti gangguan pigmentasi. Bahkan, terdapat juga pasien yang meninggal karena kanker kulit dalam jangka waktu 10 bulan akibat produk bermerkuri.
Beberapa tahun setelah penggunaan produk kecantikan bermerkuri banyak kejadian kematian karena gangguan ginjal dan kesehatan lainnya. Setelah itu, BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) menyatakan bahwa merkuri bersifat racun dalam jangka panjang.
”Orang yang menggunakan merkuri tidak hanya berbahaya bagi dirinya sendiri, tetapi juga keluarganya. Sebab, merkuri memiliki sifat mudah menguap dan akan menulari anggota keluarga lainnya saat berdekatan atau kontak fisik,” tuturnya.
Agar terhindar dari dampak merkuri ini, setiap orang, khususnya perempuan, diminta untuk peka dan mengetahui komposisi produk kecantikan yang digunakan, seperti krim malam, lipstik, riasan mata, hingga sabun. Untuk mengetahui komposisi produk tersebut dapat dilakukan dengan cara memeriksa langsung di kemasan atau situs BPOM. Pengguna juga bisa melihat dan merasakan tingkat kelengketan dari produk kecantikan yang berbentuk krim.
”Krim mengandung merkuri biasanya lengket dan baunya menyengat. Tetapi oleh produsen biasanya krim diberi pewangi yang nyaman. Warnanya juga terkadang abu-abu atau kekuningan dan ada bintik-bintiknya. Pengguna harus mewaspadai jika dalam kemasan terdapat larangan untuk dijauhkan dari perhiasan,” katanya.
Cara paling valid untuk mengetahui kandungan merkuri adalah dengan melakukan pengujian pada perangkat tes beserta cairannya yang dapat dibeli secara mandiri. Produk tersebut terdeteksi mengandung merkuri jika berwarna hitam setelah dilakukan pengujian.
Penarikan merkuri
Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rosa Vivien Ratnawati mengatakan, merkuri merupakan logam berat yang sangat berbahaya karena sifat racun yang melekat. Merkuri juga sangat persisten atau tahan lama di lingkungan, bersifat bioakumulasi atau dapat tertimbun dalam suatu organisme, dan dapat berpindah dalam jarak jauh di atmosfer.
”Target penghapusan merkuri yang akan dicapai pemerintah adalah dari sektor manufaktur, alat kesehatan, energi, dan penambangan emas skala kecil. Penarikan alat kesehatan mengandung merkuri ditargetkan selesai tahun ini,” katanya.
Berdasarkan laporan pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan dan Penghapusan Merkuri (RAN-PPM), sepanjang 2019-2020, KLHK berhasil mengurangi penggunaan merkuri dalam kegiatan penambangan emas skala kecil di sejumlah daerah sebesar 10,45 ton.
Selain itu, pengurangan penggunaan merkuri pada industri lampu dan baterai 374,4 kilogram dan sektor energi 719 kilogram. Sebanyak 4,73 ton alat kesehatan mengandung merkuri ,seperti pengukur tensi dan termometer, juga telah berhasil ditarik.
Akan tetapi, Vivien juga mengakui penarikan merkuri masih menemui sejumlah kendala yakni dalam proses pengolahan. Sampai saat ini, merkuri yang telah ditarik akan diekspor ke Jepang karena negara tersebut masih menerima pengolahan merkuri. Merkuri harus segera diolah ke tempat lain mengingat logam berat tersebut tidak dapat dimusnahkan.
”Jika belajar dari negara lain, merkuri yang telah ditarik kemudian disimpan ke dalam suatu tempat tertutup dan disimpan di bawah tanah. Sampai sekarang belum ada teknologi bagaimana caranya kita menghapus merkuri dari bumi,” tuturnya.