Vaksinasi Ketiga Baru Diberikan Setelah Semua Penduduk Terima Dosis Lengkap
Vaksin yang tersedia saat ini diprioritaskan untuk pemberian dosis pertama dan dosis kedua bagi masyarakat. Vaksin dosis ketiga baru diberikan untuk umum ketika seluruh masyarakat sudah mendapatkan dosis lengkap.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Vaksin Covid-19 dosis ketiga baru akan diberikan kepada masyarakat luas ketika seluruh target sasaran vaksinasi sudah mendapatkan dosis lengkap atau sampai pada dosis kedua. Sementara ini, vaksin dosis ketiga hanya diberikan kepada tenaga kesehatan.
Hal tersebut ditegaskan juru bicara Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, ketika dihubungi di Jakarta, Jumat (27/8/2021). Ia menyebutkan, prioritas pemerintah saat ini yakni mempercepat pemberian vaksinasi untuk dosis pertama dan kedua.
”Jadi kunci utama dalam pelaksanaan vaksinasi yakni mempercepat capaian pemberian vaksinasi pada 208,2 juta penduduk yang menjadi target sasaran vaksinasi. Jika seluruh sasaran sudah divaksinasi dengan cepat, proteksi dengan pemberian vaksin booster (dosis ketiga) bisa menjadi pertimbangan,” ucapnya.
Data Kementerian Kesehatan per 27 Agustus 2021 menunjukkan, total penduduk yang mendapatkan vaksinasi dosis pertama sebanyak 60,4 juta orang dan penduduk yang sudah mendapatkan dosis lengkap sampai dosis kedua sebanyak 34,1 juta atau 16,3 persen dari target sasaran.
Jadi, kunci utama dalam pelaksanaan vaksinasi yakni mempercepat capaian pemberian vaksinasi kepada 208,2 juta penduduk yang menjadi target sasaran vaksinasi. Jika seluruh sasaran sudah divaksinasi dengan cepat, proteksi dengan pemberian vaksin booster (dosis ketiga) bisa menjadi pertimbangan.
Secara rinci, vaksinasi dosis kedua untuk program vaksinasi nasional sudah diterima oleh 1,5 juta tenaga kesehatan, 18,4 juta petugas pelayanan publik, 8,5 juta masyarakat rentan dan umum, 1,5 juta masyarakat usia 12-17 tahun, dan 3,6 juta warga lansia. Sedangkan jumlah penduduk yang mendapatkan vaksinasi dosis kedua melalui program vaksinasi Gotong Royong berjumlah 440.339 orang.
Nadia mengungkapkan, percepatan cakupan vaksinasi harus menjadi perhatian bersama. Itu terutama pada cakupan vaksinasi untuk warga lansia. Cakupan vaksinasi warga lansia baru mencapai 17,11 persen dari yang ditargetkan.
”Ini PR (pekerjaan rumah) besar kita semua untuk mengajak warga lansia segera mendapatkan vaksinasi. Berbagai hoaks terkait bahaya vaksinasi pada warga lansia perlu dilawan. Warga lansia justru menjadi kelompok rentan yang harus segera mendapatkan perlindungan lewat vaksinasi,” katanya.
Dari analisis yang dilakukan Kementerian Kesehatan, orang berusia 46-59 tahun lebih berisiko 8,5 kali lipat ketika tertular Covid-19. Risiko ini semakin besar pada usia lebih dari 60 tahun yang mencapai 19,5 kali lipat.
Risiko kematian akibat Covid-19 juga semakin besar pada penduduk dengan penyakit penyerta atau komorbid. Jika memiliki satu komorbid berisiko 6,5 kali mengalami kematian. Sementara dengan dua komorbid berisiko 15 kali lipat dan lebih dari tiga komorbid berisiko 29 kali lipat.
Karena itu, Nadia menyampaikan, perlindungan melalui vaksinasi perlu segera diperluas, terutama pada masyarakat rentan, termasuk warga lansia dan masyarakat dengan komorbid. Semua jenis vaksin sama baiknya untuk semua kondisi seseorang. Hal ini sudah sesuai dengan rujukan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Namun, sebuah penelitian menyebutkan, vaksin Covid-19 dari AstraZeneca memberikan perlindungan lebih baik untuk orang dengan komorbid. ”Ada penelitian seperti itu (efektivitas vaksin AstraZeneca), tetapi bukan berarti Pfizer dan Moderna tidak bisa. ITAGI pun menyatakan semua vaksin sama baiknya, tetapi dokter ahli dapat menganjurkan jenis vaksin tertentu,” katanya.
Direktur Pemasaran, Riset, dan Pengembangan PT Bio Farma Sri Harsi Teteki menyampaikan, distribusi vaksinasi pun dipastikan bisa merata di seluruh wilayah Indonesia. Pemerataan ini diperlukan agar perlindungan bagi masyarakat bisa optimal.
”Studi menyebutkan jika efektivitas vaksin menurun setelah enam bulan. Karena itu, kita harus mempercepat vaksinasi. Kelengkapan vaksinasi dosis pertama dan dosis kedua lebih penting dibandingkan dengan memberikan vaksin dosis ketiga pada sebagian orang,” tuturnya.
Nadia menyampaikan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan anjuran bahwa vaksinasi dosis ketiga hanya diberikan sebagai kedaruratan. Karena itu, seluruh negara tidak dianjurkan memberikan vaksin dosis ketiga pada seluruh masyarakat. Ini juga karena ketersediaan vaksin masih terbatas.
Pemberian vaksin dosis ketiga juga bisa dipertimbangkan untuk kelompok rentan selain tenaga kesehatan, yakni warga lansia usia di atas 70 tahun. Kelompok masyarakat ini yang seharusnya menjadi prioritas pemberian vaksinasi dosis ketiga.
”Namun, sampai saat ini booster hanya untuk nakes dan tidak untuk masyarakat umum. Untuk pemberian pada warga lansia kita tunggu hasil rekomendasi dan publikasi klinis terlebih dahulu,” tuturnya.