Upaya pengendalian perubahan iklim perlu dilakukan dengan cepat dengan skala yang besar. Tanpa itu, kondisi pemanasan global hingga lebih dari 1,5 derajat celsius tidak terhindarkan.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dampak dari perubahan iklim diperkirakan akan semakin cepat terjadi. Suhu global bisa lebih dari 1,5 derajat celsius dalam 20 tahun ke depan. Pemanasan global ini seharusnya bisa dicegah apabila ada upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca secara cepat dengan skala besar.
Hal tersebut sesuai dengan hasil laporan dari kelompok kerja pertama sebagai bagian dari penyusunan laporan penilaian keenam dari Panel Lintas Pemerintah untuk Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change/IPCC) yang disampaikan secara daring pada 9 Agustus 2021. Menurut rencana, laporan tersebut akan selesai pada 2022.
Wakil Ketua Kelompok Kerja I IPCC Valérie Masson-Delmotte menyampaikan, suhu bumi saat ini rata-rata telah naik 1,1 derajat celsius dibandingkan periode 1850-1900. Suhu global pun diperkirakan akan mencapai lebih dari 1,5 derajat celsius pada 2040.
Penilaian tersebut didasarkan pada kumpulan data terkait pengamatan pada perjalanan pemanasan global serta respons iklim terhadap emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh manusia.
Kami sekarang memiliki gambaran yang lebih jelas tentang iklim masa lalu, sekarang, dan masa depan. Itu juga yang lebih penting untuk memahami apa yang akan terjadi, apa yang bisa dilakukan, dan bagaimana kita bisa bersiap.(Valérie Masson-Delmotte)
”Kami sekarang memiliki gambaran yang lebih jelas tentang iklim masa lalu, sekarang, dan masa depan. Itu juga yang lebih penting untuk memahami apa yang akan terjadi, apa yang bisa dilakukan, dan bagaimana kita bisa bersiap,” ujarnya.
Valérie mengungkapkan, perubahan iklim akan akan terjadi di seluruh wilayah di dunia. Namun, setiap wilayah bisa mengalami perubahan yang berbeda. Pemanasan di wilayah daratan, misalnya, akan lebih tinggi dari rata-rata global. Bahkan, di Kutub Utara bisa lebih tinggi dua kali lipat dari rata-rata global.
Apabila pemanasan global mencapai 1,5 derajat celsius, kondisi yang bisa terjadi antara lain peningkatan gelombang panas, musim panas yang lebih panjang, dan musim dingin yang lebih pendek. Sementara jika pemanasan mencapai dua derajat celsius, kondisi panas ekstrem akan lebih sering terjadi di atas ambang batas toleransi kritis untuk pertanian dan kesehatan.
Wakil Ketua Kelompok Kerja I IPCC Panmao Zhai menambahkan, perubahan iklim akan memengaruhi pola curah hujan di seluruh wilayah di dunia. Selain itu, pada wilayah di daerah pesisir akan mengalami kenaikan permukaan laut. Hal ini akan berkontribusi pada kejadian banjir rob yang lebih sering dan parah di daerah dataran rendah.
Peristiwa perubahan permukaan laut yang ekstrem pun bisa terjadi setiap tahun, sementara sebelumnya hanya terjadi setiap 100 tahun sekali. Pencairan lapisan es juga akan semakin kuat. Lapisan salju musiman di sebagian wilayah akan menghilang. Selain itu, pencairan gletser dan es di Laut Arktik pada musim panas.
Di wilayah perkotaan, dampak perubahan iklim akan terjadi dengan penguatan suhu panas dan banjir yang lebih sering akibat curah hujan tinggi. Kenaikan permukaan laut pun akan terjadi di kota-kota pesisir.
Perubahan iklim juga akan tampak di wilayah perairan laut. Gelombang panas laut akan lebih sering terjadi serta pengasaman laut dan penurunan kadar oksigen di laut. Hal ini tentu akan berpengaruh pada ekosistem laut dan masyarakat yang bergantung pada laut.
”Untuk menstabilkan iklim membutuhkan upaya mengurangi emisi gas rumah kaca yang kuat, cepat, dan berkelanjutan, serta mencapai nol emisi karbon dioksida. Selain itu, juga perlu membatasi gas rumah kaca dan polutan udara lainnya, terutama metana,” kata Panmao.