Kasus Covid-19 Meluas di Luar Jawa Seiring Dominasi Varian Delta
Meluasnya penularan Covid-19 di luar Jawa dan Bali perlu segera diatasi. Selain memperketat pembatasan kegiatan masyarakat, kapasitas fasilitas kesehatan juga mesti ditambah disertai peningkatan tes dan pelacakan kasus.
JAKARTA, KOMPAS — Kasus Covid-19 semakin meluas ke luar Jawa dan Bali, seiring dengan dominasi varian Delta. Tanpa pembatasan lebih ketat, lonjakan kasus di beberapa daerah ini bakal berkepanjangan sampai akhir 2021.
Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Iwan Ariawan, di Jakarta, Jumat (6/8/2021), menyebutkan, situasi penularan di luar Jawa berdasarkan model onset yang dilakukan timnya terus meningkat.
”Level PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) dan cakupan vaksinasi di luar Jawa dan Bali harus segera ditingkatkan agar kurvanya bisa lebih cepat menurun,” ujarnya.
Selain itu, tes, lacak, dan kemampuan perawatan di luar Jawa-Bali harus segera ditingkatkan untuk menekan rantai penularan dan menurunkan risiko kematian.
Tanpa upaya pembatasan mobilitas warga yang lebih ketat dan peningkatan tes dan lacak, kurva penularan di luar Jawa dan Bali baru akan mencapai puncaknya pada pertengahan November 2021, baru kemudian mulai menurun.
Level PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) dan cakupan vaksinasi di luar Jawa dan Bali harus segera ditingkatkan agar kurvanya bisa lebih cepat menurun.
Data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menunjukkan, penambahan kasus secara nasional pada Jumat sebanyak 39.532 orang dan ada penurunan kasus aktif 10.935 orang. Penurunan jumlah kasus nasional ini terutama terjadi karena penurunan kasus di beberapa daerah di Pulau Jawa. Namun, hal ini diikuti dengan peningkatan kasus di luar Jawa dan Bali.
Baca juga Kasus di Jawa-Bali Melandai, Presiden Jokowi Minta Semua Pihak Tetap Waspada
Penambahan kasus harian terbanyak terjadi di Jawa Barat 4.580 orang dengan jumlah kasus aktif 107.907 pasien. Jawa Timur bertambah kasusnya sebanyak 4.490 orang dengan kasus aktif 46.978 pasien. Berikutnya, Nusa Tenggara Timur (NTT) berada di peringkat ketiga dengan penambahan kasus 3.598 orang dan kasus aktif 14.221 orang.
Selain NTT, provinsi di luar Jawa yang mengalami penambahan kasus tinggi adalah Riau sebanyak 2.205 orang, Sumatera Utara 2.045 kasus, Kalimantan Timur 1815 orang, dan Sulawesi Tengah 1.566 kasus.
Sementara korban jiwa bertambah 1.635 dalam sehari dan masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan penambahan korban jiwa karena Covid-19 yang tertinggi di dunia.
Korban terbanyak tercatat di Jawa Tengah dengan 440 orang, disusul Jawa Timur 380 orang, dan Jawa Barat 107 orang. Kalimantan Timur menjadi provinsi di luar Jawa yang memiliki penambahan kematian tertinggi, yaitu 87 orang, disusul Sumatera Selatan 63 orang, dan Riau 56 orang.
Epidemiolog Indonesia di Griffith University Dicky Budiman mengatakan, tingginya angka kematian karena Covid-19 di Indonesia ini menunjukkan penularan kasus sesungguhnya di komunitas sebenarnya jauh lebih tinggi. ”Tes dan lacak kita terbatas sehingga banyak kasus yang tidak ditemukan,” katanya.
Menurut perhitungan Dicky dan timnya, dari sekitar 1.500 korban jiwa karena Covid-19 di Indonesia, minimal ada 194.000 kasus di populasi.
”Padahal, kasus yang ditemukan per hari rata-rata kurang dari 50.000, artinya tiap hari ada sekitar 150.000 kasus yang tidak ditemukan. Jika dihitung sejak tanggal 23 Juli di mana angka korban kita di atas 1.500 orang per hari, saat ini sudah lebih dari sejuta kasus yang tidak ditemukan,” katanya.
Dicky juga menekankan, lonjakan kasus di luar Jawa dan Bali akan berisiko memperlebar gap antara penularan yang terjadi di populasi dan kasus yang ditemukan. Hal ini disebabkan kapasitas tes dan lacak di luar Jawa yang lebih lemah.
”Situasi ini juga menyebabkan angka kematian yang tak tercatat akan semakin tinggi karena banyak korban belum dites,” ujarnya.
Guru Besar Fakultas Kedokteran UI yang juga mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama, mengatakan, Indonesia harus melakukan analisis mendalam dari berbagai faktor penyebab fluktuasi jumlah kasus dan menelisik pola kematian di masyarakat dengan berbagai parameter sosioepidemiologis.
Tjandra juga meminta agar pemerintah mengevaluasi secara klinis medis audit kematian di rumah sakit dan analisis kenapa target tes 400.000 per hari belum juga tercapai dan pelacakan masih tetap rendah. Termasuk juga harus dianalisis kenapa target vaksinasi dua juta sehari belum tercapai. ”Dengan dasar analisis mendalam, maksimalkan program pengendalian,” ucapnya.
Baca juga Pastikan Pemerataan Vaksinasi Covid-19 sampai ke Pelosok
Sejumlah daerah di luar Jawa bersiap mengantisipasi lonjakan kasus. Wisma Haji Provinsi Lampung, misalnya, disiapkan sebagai rumah sakit darurat seiring meningkatnya kasus Covid-19 di provinsi itu. Wisma Haji ditargetkan beroperasi pekan kedua Agustus 2021.
Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kantor Wilayah Kementerian Agama Lampung M Ansori mengatakan, Wisma Haji Lampung disiapkan menampung sekitar 200 pasien Covid-19.
Varian Delta
Kepala Pusat Genom Nasional Lembaga Eijkman Safarina G Malik mengatakan, saat ini penyebaran varian Delta meluas ditandai dengan temuan spesimen yang semakin banyak di beberapa daerah. Sejauh ini, varian Delta telah ditemukan di 24 provinsi.
”Selain kasus daerah melonjak, sekarang daerah juga makin banyak mengirim sampel untuk dianalisis WGS (whole genome sequencing),” katanya.
Data dari Jejaring Surveilans Genome Indonesia hingga 5 Agustus, varian Delta paling banyak ditemukan di Jakarta, yaitu dari 425 spesimen. Dominasi temuan varian Delta di Jakarta ini terutama disebabkan mayoritas tes WGS dilakukan dari spesimen di Jakarta, yaitu 1.059 dari total 4.510 WGS yang dilakukan di Indonesia.
Di Jawa Barat, varian Delta ditemukan di 281 spesimen, Jawa Tengah 191 spesimen, dan Jawa Timur 187 spesimen. Di luar Jawa, varian Delta paling banyak ditemukan di NTT, yaitu 51 spesimen, disusul Sumatera Utara 29 spesimen, serta Bali dan Kalimantan Utara masing-masing 25 spesimen.
Di Yogyakarta dan Banten, varian Delta ditemukan masing-masing di 20 spesimen, Jawa Timur 17 spesimen, Nusa Tenggara Barat 15 spesimen, Sulawesi Selatan 14 spesimen, Papua Barat 12 spesimen, Papua 12 spesimen, Sumatera Selatan 9 spesimen, Maluku 9 spesimen, Sulawesi Utara 7 spesimen, Riau 6 spesimen. Kalimantan Tengah, Bengkulu dan Lampung masing-masing 3 spesimen, Kepulauan Riau 2 spesimen, dan Gorontalo 1 spesimen.
Dengan penyebaran varian Delta yang telah meluas ini, Safarina mengingatkan pentingnya untuk tetap memakai masker dan menjaga jarak. Selain itu, upaya mempercepat vaksinasi ke beberapa daerah harus segera dilakukan.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan di Kota Magelang, Jawa Tengah, mengatakan, Covid-19 varian Delta tak bisa dianggap remeh karena bisa membuat kondisi pasien cepat memburuk.
Menurut Luhut, pemerintah menargetkan vaksinasi terhadap 70 juta orang per
bulan pada Agustus dan September 2021. Oleh karena itu, pemerintah daerah di Jawa dan Bali harus memvaksinasi 2,3 juta orang per hari.
Baca juga Data Kependudukan Diintegrasikan dengan Data Sasaran Vaksinasi Covid-19
Sementara itu, nomor induk kependudukan yang tercatat pada data kependudukan dan catatan sipil akan diintegrasikan dengan data pada aplikasi Primary Care Vaksinasi Covid-19. Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Ali Ghufron Mukti mengatakan, hal itu meningkatkan akurasi data pada warga yang mendaftar vaksinasi. (TAN/EGI/HRS/VDL/VIO/ITA)