Data Kependudukan Diintegrasikan dengan Data Sasaran Vaksinasi Covid-19
Data kependudukan masyarakat akan diintegrasikan dengan data pada aplikasi P-Care Vaksinasi Covid-19. Integrasi data ini diharapkan bisa meningkatkan keakuratan dalam proses pendataan peserta vaksinasi.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Data nomor induk kependudukan yang tercatat pada data kependudukan dan catatan sipil akan diintegrasikan dengan data pada aplikasi Primary Care Vaksinasi Covid-19. Integrasi data ini diharapkan bisa mengurangi potensi pendataan yang tidak akurat dalam pelaksanaan vaksinasi.
Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Ali Ghufron Mukti mengatakan, akses dari aplikasi Primary Care atau P-Care vaksinasi ke data kependudukan dan catatan sipil (dukcapil) dapat mendukung peningkatan akurasi data pada masyarakat yang melakukan pendaftaran pelaksanaan vaksinasi langsung. Dengan begitu, kemungkinan terjadi kesalahan dalam proses pendataan bisa diminimalkan.
”Akses dari P-Care Vaksinasi ke Dukcapil ini diberikan untuk akurasi data masyarakat yang datang secara langsung (go show) dan belum mendaftar melalui aplikasi Peduli Lindungi untuk vaksinasi. Hal ini juga diharapkan dapat mendukung upaya percepatan vaksinasi bagi seluruh warga Indonesia,” ucapnya dalam acara Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Pemanfaatan NIK, Data Kependudukan, dan Kartu Tanda Penduduk Elektronik dalam Pelayanan Vaksinasi Covid-19 antara Dukcapil dan BPJS Kesehatan, Jumat (6/8/2021), di Jakarta.
Ali menambahkan, selama ini, peserta yang akan mendapatkan vaksinasi terlebih dahulu harus menyetujui bahwa data dirinya akan dimasukkan dan disimpan oleh BPJS Kesehatan untuk kepentingan pendataan vaksinasi. Selain itu, persetujuan tersebut nantinya akan digunakan dalam penerbitan sertifikat vaksinasi dari Kementerian Kesehatan.
Adapun alur data vaksinasi Covid-19 yang telah berjalan, yakni melalui data yang dimasukkan oleh peserta vaksinasi di aplikasi Peduli Lindungi. Untuk pendaftaran yang dilakukan secara langsung di lokasi vaksinasi, data akan diakses melalui aplikasi P-Care. Data tersebut kemudian baru diintegrasikan ke dalam aplikasi Peduli Lindungi.
”Diharapkan sinergi data dukcapil dengan data P-Care dapat meningkatkan kualitas data peserta vaksinasi. Kami juga berharap pembacaan data dukcapil oleh aplikasi P-Care Vaksinasi akan menjamin validitas data peserta vaksinasi sehingga tidak terjadi duplikasi NIK,” ucap Ali.
Aplikasi P-Care vaksinasi Covid-19 merupakan bagian dari sistem informasi satu data vaksinasi Covid-19 di Indonesia. Aplikasi yang bisa diakses oleh fasilitas pelayanan kesehatan ini mendukung proses registrasi sasaran penerima vaksin, penapisan status kesehatan sasaran vaksinasi, serta mencatat dan melaporkan hasil pelayanan vaksinasi Covid-19.
Akses dari P-Care Vaksinasi ke Dukcapil ini diberikan untuk akurasi data masyarakat yang datang secara langsung (go show) dan belum mendaftar melalui aplikasi Peduli Lindungi untuk vaksinasi.
Direktur Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil Kementerian Dalam Negeri Zudan Arif Fakhrullah menyampaikan, dukungan penuh diberikan dalam upaya pemenuhan validasi data peserta vaksinasi melalui data kependudukan tersebut. Diharapkan, integrasi data ini juga bisa memperkuat tujuan dari pengadaan satu data kependudukan di Indonesia.
Kementerian Kesehatan per 6 Agustus 2021 melaporkan, jumlah penduduk yang sudah mendapatkan vaksinasi secara lengkap sampai dosis kedua sebanyak 22,8 juta orang atau 10,99 persen dari target sasaran yang harus dicapai. Dari jumlah itu, sebanyak 1,4 juta merupakan SDM kesehatan, 12,9 juta petugas publik, 3,2 juta warga lansia, 4,9 juta masyarakat umum dan rentan, dan 233.337 penduduk usia remaja.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan untuk Vaksinasi Covid-19 Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, Indonesia saat ini sudah menerima 180 juta dosis vaksin Covid-19. Itu termasuk 594.200 dosis vaksin AstraZeneca yang baru tiba di Indonesia pada 6 Agustus 2021. Pengiriman vaksin AstraZeneca tersebut merupakan pengiriman tahap kedua sesuai dengan perjanjian antara Pemerintah Indonesia dan perusahaan AstraZeneca.
Secara rinci, jenis vaksin yang diterima Indonesia terdiri dari 144,7 juta vaksin dari Sinovac dengan tiga juta di antaranya dalam bentuk vaksin jadi dan sisanya dalam bentuk bahan baku (bulk); 16,1 juta vaksin AstraZeneca yang didapatkan melalui kerja sama bilateral dan multilateral lewat Fasilitas Covax; 8,2 juta vaksin Sinopharm; dan 8 juta vaksin Moderna.
”Pemerintah terus mendorong upaya percepatan vaksinasi untuk mencapai kekebalan kelompok. Saat ini setidaknya sudah 90,9 juta vaksin yang telah terdistribusi dan ada 3 juta yang akan dikirimkan pada pekan ini serta 6,9 juta stok yang juga dipersiapkan untuk dikirim. Pada Agustus, stok vaksin yang tersedia 82,3 juta dosis,” kata Nadia.