Setelah tren penambahan kasus dan korban jiwa akibat Covid-19 di Jawa menurun, kini jumlah kasus harian Covid-19 di sejumlah daerah di luar Jawa meningkat.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Lonjakan kasus Covid-19 yang mulai terjadi di Bali dan Nusa Tenggara Barat menyebabkan rumah sakit penuh. Dua daerah ini juga mengalami keterbatasan oksigen, obat-obatan, hingga tenaga kesehatan, sedangkan jumlah tes dan pelacakan kontak erat justru menurun.
”Jumlah kasus di Jabodetabek menurun drastis. Di rumah sakit saya juga terasa sekali penurunan. Hampir sebagian besar di Jawa menurun. Namun, kasus di luar Jawa melonjak, seperti di Sumatera, Kalimantan, dan Indonesia Timur,” kata Ketua Pelaksana Harian Tim Mitigasi Dokter Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Mahesa Paranadipa Maikel di Jakarta, Rabu (4/8/2021).
Secara nasional, tren kematian tenaga ke sehatan cenderung menurun. ”Per 3 Agustus 2021, ada 640 dokter meninggal. Rekor tertinggi pada Juli dengan 169 dokter meninggal. Sementara sampai 3 Agustus ada tujuh yang meninggal,” kata Mahesa.
Meski demikian, Mahesa mengingatkan untuk tetap waspada karena saat ini banyak yang masih positif Covid-19 dan sebagian dirawat di ICU. ”Kematian dokter biasanya terjadi seiring dengan kasus di populasi. Kami berharap dampak PPKM (pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat) level 4 bisa lebih efektif sehingga angka kasus lebih menurun,” paparnya.
Terlambat sebulan
Ketua IDI Bali I Gede Putra Suteja mengatakan, peningkatan kasus Covid-19 di Bali mulai terjadi dengan rata-rata penambahan lebih dari 1.000 kasus per hari. Saat ini total kasus 79.917 dengan kasus aktif 13.344 orang dan meninggal 2.269.
”Biasanya peningkatan kasus di Bali terlambat sebulan setelah kasus di Jawa,” tambah I Gede Putra Suteja.
Menurut dia, saat ini, tempat isolasi terpusat hampir penuh, demikian juga dengan tempat tidur rumah sakit dan ruang perawatan intensif (ICU). ”Apalagi oksigen juga terbatas karena antara konsumsi dan pasokan tidak seimbang. Kami harus cari oksigen di luar daerah, dari Semarang,” katanya. Selain itu, obatan-obatan, terutama antiviral, juga mulai sangat terbatas.
Lonjakan kasus juga dilaporkan Ketua IDI Nusa Tenggara Barat (NTB) Doddy AK. Sekarang, kasus Covid-19 di NTB 21.000 dengan kasus aktif 1.807 dan yang meninggal 702 orang.
”Obat-obatan masih cukup. Hanya saja, untuk Pulau Sumbawa lebih memprihatinkan, baik sumber daya manusia maupun alat kesehatannya. Bahkan, di Kota Bima yang sudah merah, baik dokter spesialis paru maupun dokter anestesi tidak ada, apalagi ventilator,” papar Doddy.
Ketua IDI Kota Mataram Rohadi mengatakan, krisis oksigen juga mulai dialami, menyebabkan rumah sakit menghentikan aliran oksigen sentral dan hanya menggunakan tabung oksigen. ”Saya kebetulan dokter bedah saraf, saat ini operasi pasien non-Covid-19 tidak bisa dikerjakan karena kekurangan oksigen. Swasta juga membatasi tidak melakukan operasi lebih dari 30 menit,” katanya.
Pulau Sumbawa lebih memprihatinkan, baik sumber daya manusia maupun alat kesehatannya. Bahkan, di Kota Bima yang sudah merah, baik dokter spesialis paru maupun dokter anestesi tidak ada, apalagi ventilator.
Tes dan lacak
Para dokter IDI tersebut menyoroti keterbatasan tes dan lacak di daerah yang dianggap menjadi hambatan dalam penanganan pandemi. Di Bali, misalnya, tracing atau pelacakan kasus masih sangat rendah, hanya sekitar satu dibandingkan tiga. Artinya, dari satu kasus positif hanya ditelusuri tiga kontak eratnya. ”Padahal saran WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) 1:30,” kata I Gede Putra Suteja.
Menurut dia, pelacakan bukan semata tugas tenaga kesehatan, melainkan butuh peran serta masyarakat. ”Saya praktik mandiri, ada pasien yang jelas panas, batuk, penciumannya menurun tidak mau dites. Mereka takut kehilangan pekerjaan, takut diisolasi,” katanya.
Rohadi mengatakan, di tengah kenaikan kasus, jumlah pemeriksaan berbasis PCR (polimerase rantai ganda) justru menurun. Bahkan, pelacakan kontak erat juga tidak berjalan.
Sementara Dodi mengatakan, pelacakan kasus harus betul-betul direaliasikan agar penularan bisa lebih dikendalikan. ”Pemerintah jangan hanya ngomong saja. Tes dan tracing ini mutlak harus ditingkatkan. Selama hal ini masih kurang, bocornya akan terus mengalir ke hilir, kasusnya akan tinggi,” kata Dodi.
Data Kementerian Kesehatan, jumlah kasus di Indonesia pada Rabu (4/8/2021) bertambah 35.867 dan jumlah korban jiwa bertambah 1.747 orang. Penambahan kasus ini didapatkan dari pemeriksan terhadap 148.812 orang, 61.041 di antaranya dengan pemeriksaan PCR dan tes cepat molekuler.
Kasus Covid-19 di Bali dilaporkan bertambah 1.362 kasus dan korban jiwa bertambah 37 orang. Sementara di Nusa Tenggara Barat kasus bertambah 249 orang dan korban jiwa bertambah 5 orang. Namun, terbatasnya tes dan pelacakan kasus membuat banyak yang meninggal tanpa diperiksa.
Kepala Desa Karang Dima, Kecamatan Labuhan Badas, Kabupaten Sumbawa, NTB, Ibrahim mengatakan, banyak masyarakat yang sakit dengan gejala Covid-19. Jumlah orang meninggal juga sangat banyak, tetapi mayoritas tidak dites. Sejak Juli hingga 4 Agustus, terdapat 16 warganya meninggal dunia, hanya 2 yang terkonfirmasi Covid-19. ”Rata-rata warga tidak mau ke rumah sakit dan meninggal di rumah,” katanya.