Kasus Positif di NTB Tinggi, Banyak Warga Belum Patuhi Protokol Kesehatan
Kasus positif Covid-19 di NTB masih belum terkendali. Bahkan, kasus harian masih termasuk tinggi. Sayangnya, dalam kondisi itu, kedisiplinan masyarakat setempat terhadap protokol kesehatan masih longgar.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Penularan Covid-19 di Nusa Tenggara Barat masih belum terkendali. Pasien baru terkonfirmasi positif masih di atas 100 kasus per hari. Ironisnya, mobilitas masyarakat perkotaan hingga perdesaan tetap tinggi dengan disiplin protokol kesehatan yang belum ideal.
Menurut data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi NTB, hingga Kamis (29/7/2021) pukul 16.00 Wita, total pasien mencapai 19.415 orang. Dari jumlah itu, 16.627 orang sembuh dan 675 orang meninggal. Sementara kasus aktif tercatat 2.113 orang.
Kasus harian juga tercatat masih tinggi. Setiap hari, tambahan pasien positif Covid-19 di NTB selalu berada di atas 100 orang. Rabu (28/7/2021), pasien positif baru mencapai 199 orang.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Dinas Kesehatan NTB Romy Hidayat mengatakan, peningkatan kasus tidak lepas dari bertambahnya tes penelusuran riwayat kontak. Namun, longgarnya kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan ikut memengaruhinya.
Dari sepuluh kabupaten/kota, dua di antaranya, yakni Kota Mataram dan Kabupaten Bima, kembali masuk zona merah. Kedua wilayah itu, saat ini, menjadi wilayah dengan kasus aktif terbanyak. Di Mataram tercatat ada 739 orang dan Bima 296 orang.
Kasus-kasus baru yang muncul di NTB juga tidak hanya di wilayah perkotaan, tetapi juga sudah semakin jauh ke perdesaan. Bahkan, Covid-19 mengancam kawasan yang sejak awal pandemi tidak ditemukan kasus positif.
Di Dusun Kuang Jukut, Desa Pringgarata, Lombok Tengah, misalnya, dalam dua pekan terakhir ditemukan dua warga terkonfirmasi positif. Di daerah sekitar 20 kilometer dari Mataram ini, satu orang di antaranya adalah ibu hamil yang saat ini menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Praya. Seorang lainnya belum lama kembali dari Yogyakarta dan kini tengah menjalani isolasi mandiri di rumah.
Kasus positif juga ditemukan di Desa Sepakek, Kecamatan Pringgarata. Di sana, seorang laki-laki juga terkonfirmasi positif. Saat ini, warga tersebut tengah menjalani isolasi mandiri di rumah.
Penelusuran riwayat kontak masih terus dilakukan oleh puskesmas setempat. Sayangnya, menurut Sri Nurhayati, salah satu dokter di Puskesmas Pringgarata, penelusuran menghadapi banyak penolakan dari warga.
Padahal, menurut Sri, penelusuran penting untuk mencegah meluasnya penularan. Oleh karena itu, dia berharap agar semua pihak terkait, termasuk masyarakat, mendukung kegiatan yang mereka lakukan.
Di tengah masih terus bertambahnya kasus baru Covid-19 di NTB, mobilitas masyarakat terpantau tinggi, bahkan di daerah seperti Mataram yang menjalankan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4.
Sayangnya, mobilitas yang tinggi itu tidak dibarengi dengan kepatuhan terhadap protokol kesehatan (prokes). Masih banyak warga yang terlihat tidak menggunakan masker saat berada di atas kendaraan.
Banyak juga warga yang tidak menggunakan masker saat berkumpul dengan kerabat. Bahkan, tanpa menjaga jarak, terutama di area-area publik, seperti taman, pasar, juga di area dalam ruangan, seperti kafe dan restoran. Hal itu terlihat di sejumlah daerah, seperti Lombok Tengah, Lombok Barat, dan Kota Mataram.
Apabila semua taat prokes dan aturan serta imbauan, semua kegiatan dan aktivitas tidak akan diperketat dan dibatasi.
Sejauh ini, operasi yustisi untuk penegakan prokes masih terpantau dilaksanakan di berbagai titik. Hanya saja, operasi yang tidak selalu dilakukan setiap hari tersebut belum berdampak optimal terhadap kedisiplinan warga menerapkan prokes.
Oleh karena itu, Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalillah sangat mengharapkan kedisiplinan warga dalam menerapkan prokes sebagai kunci mengendalikan pandemi. ”Apabila semua taat prokes dan aturan serta imbauan, semua kegiatan dan aktivitas tidak akan diperketat dan dibatasi,” kata Rohmi.