Dukungan Organisasi Nonpemerintah Penting bagi Konservasi Harimau
Kontribusi sejumlah pihak, termasuk kalangan swasta ataupun yayasan, dan organisasi nonpemerintah diperlukan dalam upaya-upaya konservasi, termasuk pelestarian harimau sumatera.
Oleh
Pradipta Pandu
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Harimau sumatera sebagai predator teratas merupakan spesies dasar yang akan menjaga kestabilan ekosistem alami di Sumatera. Upaya konservasi dengan melibatkan yayasan atau organisasi nonpemerintah dinilai menjadi salah satu cara terbaik untuk mendukung pelestarian satwa yang terancam punah ini.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Wiratno menyampaikan, populasi harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) perlu terus dijaga. Ini karena kepunahannya akan menyebabkan stabilitas rantai makanan terganggu dan pada akhirnya berpotensi menimbulkan bencana ekologi.
Berdasarkan analisis kelangsungan hidup populasi dan habitat (PHVA) 2016, populasi harimau sumatera sebanyak 604 individu dengan status dilindungi oleh Badan Konservasi Dunia (IUCN). Harimau sumatera juga masuk dalam Konvensi Perdagangan Internasional untuk Flora dan Fauna yang Terancam Punah (CITES) apendiks 1 atau dilarang dalam segala bentuk perdagangan internasional.
Berkaca dari negara-negara lain, upaya pelestarian yang hanya bergantung pada organisasi internasional itu tidak berjalan optimal.
”Terdapat 22 kantong habitat harimau sumatera. Perlu dilihat juga masalah yang dihadapi, seperti habitat di daerah nonkonservasi ataupun perubahan penggunaan lahan. Jika 60 persen habitatnya berada di luar kawasan yang dilindungi, ini perlu upaya maksimal dengan seluruh stakeholder,” ujarnya dalam diskusi daring, Kamis (29/7/2021).
Wiratno menjelaskan, saat ini KLHK terus melakukan resolusi konflik harimau sumatera. Beberapa upaya yang dilakukan adalah pemasangan sistem pemosisi global (GPS), pembentukan satuan tugas penanggulangan konflik dan 22 unit tim penyelamatan satwa liar, hingga penyadartahuan kepada masyarakat sekitar.
CEO dan Direktur Eksekutif Global Tiger Initiative Council Keshav Varma mengatakan, ancaman kepunahan harimau tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga negara lain, seperti Thailand dan Malaysia. Negara-negara tersebut juga mengalami penurunan populasi harimau yang cukup signifikan beberapa tahun terakhir.
”Menyelamatkan harimau juga akan menyelamatkan satwa lain. Sebab, harimau tidak hanya sebagai predator, tetapi juga satwa yang penting dalam ekosistem. Di India, terdapat 300 juta orang yang bergantung pada pelestarian harimau,” katanya.
Dalam melestarikan harimau, Varma menekankan pentingnya kolaborasi berbagai sektor, termasuk dari organisasi nonpemerintah. Ia pun memandang sistem konservasi ini banyak diterapkan di dunia termasuk Indonesia. Sayangnya, organisasi tersebut kerap melakukan upaya sendiri-sendiri. Ini perlu ada koordinasi agar penyelematan harimau dapat lebih optimal.
”Pemerintah di suatu negara harus tetap yang mengoordinasikan dan mengendalikan upaya pelestarian harimau. Sebab, berkaca dari negara-negara lain, upaya pelestarian yang hanya bergantung pada organisasi internasional itu tidak berjalan optimal,” tuturnya.
Kepala Yayasan Arsari Djojohadikusumo Hashim Djojohadikusumo menyatakan, Yayasan Arsari Djojohadikusumo telah diberikan mandat oleh KLHK untuk mengembangkan area konservasi harimau seluas 100.000 hektar di Riau. Ini sekaligus menjadi prioritas utama dari Yayasan Arsari Djojohadikusumo dalam pelestarian harimau.
”Sejauh ini kami sudah melindungi, merehabilitasi, dan melepasliarkan harimau. Ke depan, kami akan fokus mengembangbiakkan harimau untuk meningkatkan populasi. Namun, upaya ini bukanlah untuk membuat peternakan harimau sehingga pelaksanaannya perlu masukan dari berbagai pihak,” ucapnya.
Selain mengembangbiakkan harimau, kata Hashim, Yayasan Arsari Djojohadikusumo juga berpikir untuk mengambil kembali sejumlah harimau sumatera yang terdapat di kebun binatang di Amerika Serikat. Akan tetapi, upaya ini dianggap bukan solusi terbaik, mengingat harimau yang ada di kebun binatang tersebut sudah bukan harimau murni karena telah menjalani kawin silang dengan spesies lain.