Buku KIA Bantu Pantau Tumbuh Kembang Anak Lebih Optimal
Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak sangat kurang. Padahal, buku ini dapat membantu pemantauan kesehatan ibu dan anak secara komprehensif, mulai dari masa kehamilan sampai anak berusia enam tahun.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Buku Kesehatan Ibu dan Anak atau KIA dapat menjadi pedoman untuk memantau kesehatan ibu dan anak secara mandiri. Buku ini juga dapat mendukung tumbuh kembang anak lebih optimal. Sayangnya, masyarakat belum memanfaatkan Buku KIA dengan optimal.
Data Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan, 75,2 persen ibu hamil dan 65,9 persen anak balita memiliki Buku KIA. Namun, hanya 60 persen ibu hamil dan 49,7 persen ibu dengan anak balita yang mampu menunjukkan buku tersebut. Selain itu, dari hasil monitoring dan evaluasi pemanfaatan Buku KIA di sembilan kabupaten/kota oleh Kementerian Kesehatan pada 2016, hanya 18 persen Buku KIA yang terisi penuh.
Dalam webinar peringatan Hari Anak Nasional 2021 bertajuk ”Pentingnya Buku KIA untuk Orangtua Pantau Kesehatan dan Tumbuh Kembang Anak di masa Pandemi” di Jakarta, Kamis (29/7/2021), Koordinator Kelompok Substansi Kesehatan Balita dan Anak Usia Prasekolah Kementerian Kesehatan Ni Made Diah menyampaikan, penggunaan Buku KIA masih menjadi tantangan yang dihadapi saat ini. Masyarakat masih harus dimotivasi untuk bisa membaca informasi dan edukasi di buku tersebut serta mengisinya secara lengkap.
”Padahal, Buku KIA ini terbukti memiliki daya ungkit yang baik terhadap akses kesehatan. Ibu yang menggunakan Buku KIA memiliki akses pelayanan kesehatan yang lebih tinggi daripada ibu yang tidak menggunakan buku tersebut. Itu karena ibu yang menggunakan Buku KIA mendapatkan informasi layanan kesehatan yang lengkap beserta jadwal pelayanan yang diperlukan,” tuturnya.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Kartini Rustandi menuturkan, keterbatasan pada akses layanan kesehatan selama masa pandemi seharusnya bisa diatasi dengan mengoptimalkan penggunaan buku KIA.
”Pandemi membuat akses terhadap layanan kesehatan, seperti puskesmas atau klinik, rumah bersalin, klinik kesehatan keliling, dan pusat pengobatan tradisional, kurang memadai. Untuk itulah, kami melakukan kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk dengan swasta, agar edukasi pemanfaatan buku KIA sesuai sasaran sehingga orangtua tetap dapat memantau perkembangan anak balita dengan baik,” ucapnya.
Komitmen untuk mendukung peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi pemanfaatan Buku KIA disampaikan juga oleh Vice President General Secretary Danone Tirta Investama Vera Galuh Sugijanto. Secara rutin, sosialisasi dan edukasi akan disampaikan melalui berbagai kegiatan yang diselenggarakan. Hal itu termasuk sosialisasi mengenai isi piringku dan pentingnya menjaga sanitasi.
Buku KIA ini terbukti memiliki daya ungkit yang baik terhadap akses kesehatan. Ibu yang menggunakan Buku KIA memiliki akses pelayanan kesehatan yang lebih tinggi daripada ibu yang tidak menggunakan buku tersebut. (Ni Made Diah)
Isi Buku KIA
Diah menyampaikan, Buku KIA menyediakan berbagai pedoman yang optimal untuk memastikan kesehatan ibu hamil dan anak, mulai dari baru dilahirkan sampai usia enam tahun. Secara rinci panduan itu meliputi pemenuhan asupan gizi seimbang sesuai usia anak, stimulasi perkembangan dan aktivitas fisik anak, serta daftar pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Panduan lain yang juga disampaikan yakni terkait perlindungan dari infeksi melalui imunisasi dan pemberian vitamin serta perlindungan lingkungan yang sehat dan aman. Pada Buku KIA juga disertakan lembaran catatan bagi tenaga kesehatan.
”Buku KIA yang sekarang beredar di masyarakat merupakan Buku KIA yang sudah melewati tiga kali revisi. Pada buku terbaru dengan revisi 2020 ini, tersedia dengan dua cover (sampul), di mana satu sisi untuk kesehatan ibu hamil dan sisi lain untuk kesehatan anak,” kata Diah.
Revisi terbaru buku tersebut juga telah dilengkapi dengan informasi terbaru terkait pemeriksaan kehamilan (antenatal care/ANC) dan pemeriksaan setelah kelahiran (post natal care/PNC). Formulir pernyataan ibu tentang pemenuhan layanan juga dilampirkan.
Dokter spesialis anak konsultan tumbuh kembang di RSUP Dr Kariadi Semarang, Fitri Hartanto, menambahkan, setiap orangtua bisa menggunakan Buku KIA untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak secara mandiri di rumah. Buku tersebut sudah dilengkapi dengan informasi kemampuan apa saja yang bisa dilakukan anak di setiap usianya. Bentuk-bentuk stimulasi yang bisa diberikan juga telah disertakan.
Untuk memantau perkembangan anak bisa dilakukan dengan memberikan tanda check list di samping keterangan kemampuan yang harus dicapai anak. Misalnya, pada usia 12 bulan, bayi sebaiknya sudah bisa mengangkat badannya ke posisi berdiri dan sudah bisa berdiri selama 30 detik.
”Dengan panduan ini, orangtua jadi tahu apabila ada penyimpangan perkembangan anak. Dari situ kita sudah bisa melakukan surveilans pada masalah perkembangan anak. Deteksi dini pun dapat dilakukan sehingga penanganan lebih lanjut segera diberikan,” kata Fitri.
Ia mengatakan, buku KIA juga bisa dimanfaatkan untuk memantau pertumbuhan anak. Adapun indikator pertumbuhan yang perlu dipantau, yakni berat badan anak terhadap umur, panjang atau tinggi terhadap umur, berat badan terhadap panjang atau tinggi badan, serta lingkar kepala.
Dengan mencatat indikator tersebut, orangtua bisa melihat garis kurva pertumbuhan anak yang bisa menunjukkan status gizi anak, apakah kegemukan atau obesitas, normal, atau kurus dan sangat kurus.