JAKARTA, KOMPAS – Pemanfaatan buku kesehatan ibu dan anak oleh masyarakat sangat kurang. Padahal, buku ini berfungsi untuk mencatat dan memantau kesehatan keluarga secara komprehensif, mulai dari masa kehamilan sampai anak berusia enam tahun.
Berdasarkan monitoring dan evaluasi Direktorat Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terkait pemanfaatan buku kesehatan ibu dan anak (KIA) pada 2016, hanya 18 persen buku KIA yang diisi lengkap. Sementara, secara nasional, tercatat kepemilikan buku KIA pada ibu ada 81,5 persen.
“Ini (ketimpangan jumlah kepemilikan buku KIA dengan pengisian lengkap) artinya masyarakat kurang sadar akan manfaat buku KIA, termasuk petugas kesehatan. Percuma memiliki buku KIA tetapi tidak dimanfaatkan. Komitmen akan penggunaan dan pengisian buku KIA harus terus didorong,” ujar Direktur Kesehatan Keluarga Kemenkes Eni Gustina di sela-sela lokakarya advokasi pemanfaatan buku KIA untuk kesehatan ibu, anak, dan gizi dalam memperkuat suplementasi vitamin A di Jakarta, Rabu (19/9/2018).
Melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 284 tahun 2004 tentang Buku KIA, disebutkan buku KIA merupakan satu-satunya alat pencatatan pelayanan kesehatan ibu dan anak sejak ibu hamil, melahirkan, dan selama nifas hingga bayi yang dilahirkan berusia 5 tahun. Hal itu termasuk pelayanan imunisasi, gizi, tumbuh kembang anak, dan program keluarga berencana (KB).
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Kirana Pritasari menambahkan, kebijakan mengenai buku KIA sebenarnya sudah lama ditetapkan. Pada 1993 pertama kali dimulai proyek percontohan di Salatiga, Jawa Tengah. Buku ini dinilai sangat penting untuk mendorong peningkatan kesehatan ibu dan anak.
“Namun sampai saat ini komitmen dalam pemanfaatan buku KIA di masyarakat belum sesuai harapan. Perlu penguatan terutama kelengkapan pengisiannya oleh petugas kesehatan, kader kesehatan, dan orangtua,” katanya.
Ia mengatakan, manfaat buku KIA tidak hanya di sektor kesehatan saja tetapi sudah diintegrasikan dengan sektor lain. Melalui buku KIA, masyarakat bisa mendapatkan surat keterangan lahir untuk mempermudah mendapatkan akta kelahiran. Selain itu, buku KIA juga menjadi buku pegangan pendamping program keluarga harapan, media pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak di pendidikan anak usia dini (PAUD), dan bina keluarga balita.
Dalam rangka mendukung optimalisasi pemanfaatan buku KIA, tim penggerak pembinaan kesejahteraan keluarga (TP PKK) berkomitmen untuk menyosialisasikan buku KIA di pos pelayanan terpadu (posyandu). Keterlibatan lintas sektor diharapkan bisa meningkatkan kelengkapan pengisian buku KIA.
Ketua Kelompok Kerja IV TP PKK Pusat yang mengelola program kesehatan, kelestarian lingkungan hidup, dan perencanaan sehat, Laksmi Widyastuti menyampaikan, kader PKK memiliki peran yang strategis untuk meningkatkan pemanfaatan buku KIA di masyarakat karena bersentuhan langsung dengan keluarga. Namun, tidak sedikit kader PKK yang pengetahuannya minim terkait isi dari buku KIA.
“Penyuluhan dan sosialisasi mengenai isi buku KIA dari pihak puskesmas masih sangat dibutuhkan. Sayangnya belum banyak yang melakukannya, terutama untuk kader PKK di daerah-daerah terpencil. Hal ini harus didorong karena semangat kader di daerah sebenarnya sangat besar,” ucapnya.
Selain itu, kendala lain yang dijumpai di lapangan yaitu masih ada buku KIA yang hanya disimpan di posyandu dan belum diberikan ke ibu yang memiliki anak. Biasanya kondisi ini karena ibu tersebut tidak mengambilnya ataupun belum paham penggunaannya. Terkadang, ketika datang ke posyandu, ibu lupa membawa buku KIA sehingga lupa mencatat hasil pemantauan kesehatannya.
Buku KIA digital
Eni menyatakan, upaya meningkatkan pemanfaatan isi dari buku KIA juga didorong dengan membuat alternatif buku KIA bentuk digital. Saat ini, Kemenkes bersama Badan Kerja Sama Internasional Jepang (Japan International Cooperation Agency/JICA) telah berkerjasama untuk membuat Buku KIA versi digital.
“Rencananya buku KIA digital akan hadir dalam bentuk aplikasi. Jadi, tenaga kesehatan dan ibu-ibu bisa lebih mudah dan praktis mencatatkan hasil pemantauan kesehatan ibu dan anak lewat gadget-nya. Diharapkan sudah bisa digunakan pada awal 2019 nanti,” katanya.