Interaksi Obat Bisa Berdampak Positif ataupun Negatif, Pemantauan Diperlukan
Selain interaksi akibat mengonsumsi dua jenis obat atau lebih, interaksi obat juga bisa muncul antara obat dan makanan atau minuman yang dikonsumsi. Interaksi juga bisa muncul antara konsumsi obat dan kondisi medisnya.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Interaksi obat bisa muncul ketika seseorang mengonsumsi lebih dari satu jenis obat secara bersamaan. Interaksi yang muncul bisa berdampak positif ataupun negatif. Karena itu, pemantauan atau monitoring dari petugas kesehatan diperlukan ketika pasien harus mengonsumsi lebih dari satu jenis obat.
”Pada dasarnya, tidak ada obat yang tidak menimbulkan efek samping. Jika harus mengonsumsi lebih dari satu obat, bisa memungkinkan adanya interaksi, baik positif maupun negatif. Kadang juga suatu obat perlu dikonsumsi untuk mengatasi efek samping dari obat lainnya,” ujar Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Retnosari Andrajati di Jakarta, Sabtu (24/7/2021).
Ia menambahkan, sekalipun memiliki efek samping, obat tetap harus dikonsumsi seseorang apabila manfaat yang didapatkan lebih besar dari risikonya. Risiko yang timbul mungkin bisa semakin besar jika harus mengonsumsi dua obat yang berbeda sekaligus.
Selain interaksi akibat mengonsumsi dua jenis obat ataupun lebih, interaksi obat ini juga bisa muncul antara obat dan makanan atau minuman yang dikonsumsi. Interaksi juga bisa muncul antara konsumsi obat dan kondisi medis seseorang.
Oleh karena itu, pemantauan amat dibutuhkan. Masyarakat pun sebaiknya tidak mengonsumsi sembarang obat tanpa pemantauan dari dokter ataupun petugas kesehatan lainnya yang mengetahui kondisi kesehatan pasien.
”Bagi pasien yang menjalani rawat inap di rumah sakit, pemantauan rutin pasti akan dilakukan oleh dokter yang menangani. Namun, pada pasien rawat jalan, pemantauan tetap diperlukan melalui konsultasi. Masyarakat jangan membeli dan mengonsumsi obat tanpa resep atau saran dari dokter,” kata Retnosari.
Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Yahdiana Harahap menambahkan, obat yang sudah dipasarkan secara luas ke masyarakat sudah terbukti aman, berkhasiat, dan bermutu. Obat yang dikonsumsi bisa bermanfaat apabila digunakan secara rasional sesuai indikasi.
Dengan dosis yang sama, respons pada masyarakat dengan etnis yang berbeda ternyata tidak sama.
Pada jenis obat keras, penggunaannya harus berdasarkan resep dan dipantau oleh dokter. Konsultasi dengan dokter juga diperlukan pada penggunaan obat bebas. ”Jangan coba-coba sendiri memilih obat karena metabolisme obat yang bekerja keras dalam tubuh dapat berpengaruh pada fungsi hati dan ginjal,” ucapnya.
Yahdiana menambahkan, obat-obatan yang digunakan dalam tata laksana terapi pasien Covid-19 disesuaikan dengan pedoman dari organisasi profesi kedokteran yang terkait. Meski begitu, pemantauan tetap penting karena reaksi setiap orang bisa berbeda-beda pada obat yang dikonsumsi.
Di masa mendatang, penggunaan obat bisa semakin spesifik sesuai dengan kondisi setiap orang. Farmakogenetika atau ilmu farmakologi yang mempelajari respons obat berdasarkan faktor genetik pun semakin relevan.
”Dari penelitian yang dilakukan pada etnis yang berbeda di Indonesia, respons yang ditimbulkan dari konsumsi obat TBC ternyata berbeda. Dengan dosis yang sama, respons pada masyarakat dengan etnis yang berbeda ternyata tidak sama,” kata Yahdiana.
Pengobatan Covid-19
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan Widyawati dalam siaran pers menyampaikan, pemerintah telah berupaya untuk mempermudah akses masyarakat pada layanan pengobatan Covid-19. Penggunaan layanan telemedik yang sebelumnya sudah dijalankan di wilayah Jabodetabek kini telah diperluas di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali.
Secara spesifik, layanan di wilayah ini dimulai di sejumlah kota besar, yakni Karawang, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Surakarta, Kota Yogyakarta, Kota Surabaya, Kota Malang, dan Kota Denpasar. Setidaknya terdapat 11 platform telemedik yang bekerja sama dalam layanan telemedik ini, antara lain Halodoc, YesDok, Alodokter, Klik Dokter, SehatQ, Good Doctor, Klinikgo, Link Sehat, Milvik, Prosehat, dan Getwell.