Bagikan Obat Gratis, Presiden Harap Tak Mengganggu Persediaan di Rumah Sakit
Negara terus berupaya hadir di tengah rakyat yang mengalami kesulitan akibat pandemi Covid-19. Setelah bansos dan vaksin, pemerintah mulai membagikan obat gratis bagi masyarakat yang tengah menjalani isolasi mandiri.
Oleh
Mawar Kusuma Wulan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo mulai membagikan paket obat gratis bagi masyarakat di Jawa dan Bali yang sedang menjalani isolasi mandiri karena terpapar Covid-19. Program obat gratis untuk meringankan beban masyarakat itu diharapkan tidak mengganggu pasokan obat Covid-19 di rumah sakit ataupun apotek.
Pembagian obat gratis untuk rakyat ditandai dengan penyerahan tiga jenis paket obat oleh Presiden Jokowi kepada empat perwakilan keluarga penerima yang sedang menjalani isolasi mandiri. Perwakilan keluarga, yaitu Sigit Triwidodo, Satria Abdisurya, Okki Oktaviani, dan Martini, menerima paket obat di depan halaman depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (15/7/2021).
”Kebijakan PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) darurat tidak terhindarkan. Oleh karena itu, pemerintah memberikan bantuan mulai hari ini berupa bantuan bahan pokok lewat PKH (program keluarga harapan) dan lewat bantuan sosial tunai, serta bantuan paket vitamin dan obat-obatan seperti ini,” ujar Presiden Jokowi dalam pidato sambutannya.
Pada tahap pertama, sebanyak 300.000 paket gratis vitamin dan obat untuk warga yang menjalani isolasi mandiri akan dibagikan mulai hari ini di Jawa dan Bali. Selanjutnya, sebanyak 300.000 paket obat dan vitamin serupa juga akan dibagikan untuk masyarakat di luar Jawa.
Presiden Jokowi menyebutkan, ada tiga jenis paket obat isoman yang dapat digunakan selama tujuh hari. Paket pertama berisi vitamin untuk warga dengan tes usap PCR positif dan tanpa gejala (OTG). Paket kedua berisi vitamin dan obat bagi warga dengan tes usap PCR positif disertai keluhan demam dan kehilangan indra penciuman. Paket tiga berisi vitamin dan obat untuk warga dengan tes usap PCR positif disertai keluhan demam dan batuk kering. Ketiga paket isoman tersebut tidak diperjualbelikan dan pasokannya disiapkan oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Obat dan vitamin tersebut diproduksi oleh BUMN farmasi.
Paket kedua dan ketiga akan diberikan setelah masyarakat yang terkonfirmasi positif Covid-19 melakukan konsultasi kesehatan. Sebab, khusus paket obat kedua dan ketiga itu bisa diminta dengan resep dokter, terutama dari dokter puskesmas.
Saya minta agar dilakukan pengawasan ketat di lapangan agar program ini bisa maksimal mengurangi risiko karena Covid. Membantu pengobatan warga yang menderita Covid-19. Saya minta program ini tidak mengganggu ketersediaan obat esensial Covid-19 di apotek dan rumah sakit. (Joko Widodo)
Menurut Presiden, pendistribusian paket obat akan dikoordinasikan oleh Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto. Nantinya, dalam pendistribusiannya, TNI akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah sampai pemerintah desa dengan melibatkan puskesmas, bintara pembina desa (babinsa), maupun pengurus RT/RW.
”Saya minta agar dilakukan pengawasan ketat di lapangan agar program ini bisa maksimal mengurangi risiko karena Covid. Membantu pengobatan warga yang menderita Covid-19. Saya minta program ini tidak menggangu ketersediaan obat esensial Covid-19 di apotek dan rumah sakit,” tambah Presiden Jokowi.
Tepat sasaran
Dalam kesempatan tersebut, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto menyampaikan bahwa Presiden Jokowi telah memerintahkan TNI untuk mendistribusikan paket obat-obatan kepada masyarakat di wilayah Jawa dan Bali. Pihaknya juga bertugas memastikan bahwa obat-obatan tersebut sampai ke tangan masyarakat yang membutuhkan.
Pada pendistribusian 300.000 paket tahap pertama, babinsa akan didampingi petugas dari puskesmas ataupun bidan desa. Jajaran kesehatan kodam (komando daerah militer) termasuk kodim (komando distrik militer), koramil (komando rayon militer), dan babinsa akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah, dinas kesehatan, dan jajaran kepolisian.
”Harapan kita, dengan kolaborasi antarinstitusi ini, akan meringankan beban saudara-saudara kita yang sedang melaksanakan isolasi mandiri,” tambah Hadi.
Sesuai prosedur pelaksanaan isolasi mandiri berbasis desa, puskesmas, atau bidan desa akan membagi kategori, apakah mereka tergolong orang tanpa gejala, orang dengan gejala ringan, gejala sedang, atau berat. Masyarakat yang ingin mendapatkan obat bisa langsung menyampaikan datanya kepada bidan desa dan petugas puskesmas. Selanjutnya, babinsa akan mengantar paket dengan pendampingan bidan desa maupun petugas puskesmas kepada masyarakat yang memerlukan.
Menjaga negara hadir untuk rakyat. Kita mau rakyat segera sembuh, kita mau rakyat tidak kebingungan isu kekurangan obat. Karena itu, kita penetrasi dengan obat gratis ini. (Erick Thohir)
Agar tidak terjadi penyelewenangan paket obat, pendistribusian akan diawasi oleh tim kesehatan kodam, kodim, dan koramil. ”Penyimpanan obat tersebut akan ditempatkan di kodim karena di sana harus ada pengawasan, pendataan, termasuk pencatatan keluar masuk obat,” kata Hadi.
Menteri BUMN Erick Thohir menambahkan bahwa pihaknya bertugas memberikan kepastian suplai pengadaaan 300.000 paket obat gratis. ”Menjaga negara hadir untuk rakyat. Kita mau rakyat segera sembuh, kita mau rakyat tidak kebingungan isu kekurangan obat. Karena itu, kita penetrasi dengan obat gratis ini,” tambah Erick.
Ketersedian obat
Untuk menjamin ketersediaan obat di apotek dan RS, Kementerian BUMN dan Kementerian Kesehatan juga sudah meluncurkan situs khusus di Kemenkes agar warga bisa mengecek ketersediaan obat di apotek-apotek yang ada di bawah Kementerian BUMN, seperti Kimia Farma. ”Kami terus memproduksi obat sesuai dengan standar Kemenkes dan BPPOM yang BPPOM sudah mengeluarkan delapan jenis obat,” kata Erick.
Ketersediaan obat tidak hanya menjadi tanggung jawab BUMN Farmasi, melainkan juga perusahaan swasta yang memproduksi obat yang sama. Pemerintah terus bekerja sama dengan pihak swasta untuk bersama-sama memastikan ketersediaan obat. ”Kami memastikan obat generik dengan harga yang terjangkau di bawah pasaran,” tambahnya.
BUMN Farmasi juga sudah memproduksi empat macam obat, termasuk oseltamivir, fapiviravir, dan azithromycindalam kuantitas besar. ”Sedang menjajagi obat tocilizumab yang menjadi salah satu obat yang dicari. Kerja sama dengan Kemenlu apakah ada akses supaya kita mendapat akses memperoleh lisensi produksi obat yang dibutuhkan,” ujar Erick.