Sejumlah rumah sakit di Jawa Tengah seperti Rembang dan Solo kekurangan oksigen. Pasokan penting bagi perawatan pasien Covid-19 ini agar disegerakan karena sangat memengaruhi hidup-mati pasien.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Rumah sakit di sejumlah daerah semakin banyak yang mengalami krisis oksigen. Mereka meminta kepastian pasokan oksigen karena pasien Covid-19 yang dirawat terus bertambah. Kecukupan pasokan oksigen menjadi sangat vital bagi perawatan dan keberlangsungan hidup pasien.
Permintaan pasokan oksigen itu, misalnya, disampaikan Novita PW, putri dari salah satu Komisaris Rumah Sakit Bhina Bhakti Husada, Rembang, Jawa Tengah, sejak Kamis (8/7/2021) di akun Twitter-nya. ”Kami atas nama RS Bhina Bhakti Husada Rembang butuh bantuan oksigen, Pak. Osigen tinggal untuk 3-4 hari ke depan, stok di mana-mana habis. Kami satu-satunya RS resmi pembantu RSUD dalam penanganan Covid-19 di Rembang, Pak. Tolong kami,” tulis Novita.
Saat dikonfirmasi pada Jumat (9/7), Novita mengatakan, masih belum ada kepastian pasokan oksigen medis untuk Rumah Sakit Bhina Bhakti. Menurut dia, mengunggah permintaan bantuan melalui Twitter merupakan langkah terakhir yang ditempuh setelah berbagai permintaan bantuan kepada para pihak terkait masih menemui jalan buntu.
Pelajaran dari RS Sarjito sudah cukup. Saya tidak ingin satu pasien saya tidak terselamatkan karena kehabisan oksigen. (Bobet Evih)
Direktur Utama RS Bhina Bhakti Husada Bobet Evih mengatakan, stok oksigen di rumah sakitnya pada Kamis pukul 9.00 WIB ini tinggal 1.900 liter. ”Kebutuhannya 3.000 liter per minggu. Kemungkinan hanya bisa bertahan hingga 3-4 hari ke depan untuk melayani pasien di 60 tempat tidur,” katanya.
Menurut Bobet, proses distribusi dari vendor di Rembang memang terbatas karena stok kosong. ”Selain dari vendor kami di Rembang, kami sudah buat surat permohonan kerja sama dengan vendor lain seperti Samator Kudus, tetapi belum ada respons,” katanya.
Surat permintaan, menurut Bobet, sudah ditembuskan kepada Dinas Kesehatan Kota Rembang dan Sekretaris Daerah Rembang. ”Kami juga sudah menghubungi pihak RSUD untuk meminta bantuan tabung oksigen, tetapi mereka juga tidak bisa membantu,” katanya.
Bobet menambahkan, saat ini cadangan tabung oksigen yang dimiliki sekitar 20 tabung berisi 6 meter kubik. Namun, pasokan untuk pengisiannya belum ada kepastian.
”Kita tentu sepakat satu nyawa pasien pun sangat penting. Kami sudah berupaya berkoodinasi sesuai dengan jalur dan mengikuti prosedur, tetapi belum mendapat hasil. Pelajaran dari RS Sarjito sudah cukup. Saya tidak ingin satu pasien saya tidak terselamatkan karena kehabisan oksigen,” ujarnya.
Dia berharap, pengawasan pemerintah untuk memastikan stok oksigen bagi rumah sakit. ”Tugas kami di rumah sakit adalah menyampaikan apa realita yang terjadi agar pelayanan pasien berjalan. Makanya cara apa pun kami lakukan agar ini mendapat perhatian,” ujarnya.
Kelangkaan oksigen
Selain RS Bhina Bhakti ini, kelangkaan oksigen untuk rumah sakit juga dilaporkan terjadi di Solo. Ketua Palang Merah Indonesia Solo, Jawa Tengah, Hadi Susanto, melalui pesan di video mengatakan, ”Pagi ini saya mendapat telepon dari beberapa dokter. Beberapa rumah sakit oksigennya sangat mengkhawatirkan mungkin tinggal beberapa jam lagi habis.”
Sumartono menambahkan, rumah sakit sudah meminta kiriman oksigen kepada pemasok di beberapa daerah. Namun, hingga pagi ini kiriman tersebut tak kunjung datang. ”Apabila teman-teman mempunyai jaringan, mohon agar dapat membantu rumah sakit di Solo dan sekitarnya tetap bisa beroperasi,” katanya.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia,Lia G Partakusuma mengatakan, banyak rumah sakit mengeluhkan menipisnya pasokan oksigen. ”Memang banyak keluhan soal distribusi oksigen, terutama di Jateng,” katanya.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung dan Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemkes) Siti Nadia Tarmizi, yang dihubungi mengenai kesulitan pasokan oksigen di rumah sakit di Jawa Tengah mengatakan, ”Sudah ditangani tim satgas oksigen.”
Kementerian Kesehatan dalam siaran pers menyebutkan, pemerintah telah meminta agar produsen mengalihkan 90 persen oksigen industri ke medis. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy pada Senin (5/7), telah meninjau langsung lokasi produksi oksigen yang berlokasi di Jawa Barat, yaitu PT Aneka Gas Industri di Cibitung dan PT Air Products Indonesia di Cikarang.
Dua perusahaan tersebut termasuk di antara empat produsen oksigen terbesar di Indonesia. Selama pandemi Covid-19, alokasi produksi dan distribusi oksigen mayoritas diperuntukkan untuk kebutuhan medis di rumah sakit (RS) terutama yang menangani pasien Covid-19.
PT Aneka Gas Industri merupakan anak perusahaan Samator Group yang mampu memproduksi oksigen hingga 977,4 ton perhari pada masa darurat Covid-19. Berdasarkan laporan, 95 persen alokasi produksi didistribusikan untuk RS khususnya yang menangani pasien Covid-19.
Sementara itu, PT Air Products Indonesia yang juga merupakan perusahaan multinasional asal Amerika Serikat itu memproduksi 85 ton oksigen per hari untuk pabrik yang beroperasi di Cikarang dan 225 ton per hari untuk pabrik di Gresik.