Vaksin Covid-19 Sinovac Memenuhi Standar Internasional
WHO telah menyetujui vaksin CoronaVac dari Sinovac, China, masuk dalam daftar penggunaan darurat WHO. Hal ini berarti vaksin ini sudah diakui keamanan dan kemanjurannya secara global.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Persetujuan penggunaan darurat CoronaVac, vaksin Covid-19 buatan Sinovac Biotech, China, oleh Organisasi Kesehatan Dunia menunjukkan vaksin ini sudah memenuhi standar keamanan, kemanjuran, dan produksi internasional. Beberapa vaksin Covid-19 lain yang sudah mendapat persetujuan WHO sebelumnya adalah vaksin produksi AstraZeneca-Oxford, Johnson and Johnson, Pfizer-BioNTech, Sinopharm, dan Moderna.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan untuk Vaksinasi Covid-19 Siti Nadia Tarmizi ketika dihubungi di Jakarta, Rabu (2/6/2021), mengatakan, izin penggunaan darurat dari WHO ini menjadi berita baik bagi Indonesia. Vaksin Sinovac yang sudah digunakan di Indonesia sudah diakui aman dan bermutu sesuai standar internasional.
”Ini juga berarti vaksin ini bisa untuk masyarakat yang akan melakukan ibadah haji dan umrah. Jadi, nantinya tidak perlu lagi divaksinasi Covid-19 jenis lain,” tuturnya.
Hingga kini, Indonesia telah menerima vaksin Covid-19 dalam bentuk jadi dan bahan baku sebanyak 91,9 juta dosis. Sebanyak 81,5 juta dosis di antaranya berupa bahan baku dan setelah diolah menjadi 65,5 juta dosis jadi.
Pada Senin (31/5/2021), Menteri Badan Usaha Milik Negara yang juga Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Erick Thohir mengatakan, hingga saat ini 26,9 juta warga Indonesia sudah memperoleh suntikan vaksin. Namun, jumlah ini harus ditingkatkan karena Indonesia masih tertinggal dari negara dengan jumlah penduduk besar lainnya, seperti China dan Amerika Serikat.
Ini juga berarti vaksin ini bisa untuk masyarakat yang akan melakukan ibadah haji dan umrah. Jadi, nantinya tidak perlu lagi divaksinasi Covid-19 jenis lain.
Pemerintah menargetkan vaksinasi Covid-19 terhadap 181,5 juta penduduk. Hingga Selasa (1/6/2021), baru 16,5 juta penduduk mendapat dosis pertama vaksin Covid-19 dan 10,7 juta jiwa mendapat vaksinasi kedua.
Daftar penggunaan darurat (emergency use listing/EUL) dari WHO ini menilai kualitas, keamanan, dan kemanjuran vaksin Covid-19. Selain itu, daftar ini juga akan menilai rencana manajemen risiko dan kesesuaian program, seperti syarat rantai dingin dalam proses distribusi.
Penilaian dilakukan oleh tim evaluasi produk yang terdiri dari para ahli di seluruh dunia serta tim penasihat teknis (TAG). Tim tersebut secara independen menilai risiko dan manfaat dari vaksin untuk kemudian didaftarkan dalam penggunaan darurat. Pada vaksin CoronaVac buatan Sinovac, penilaian juga dilakukan pada fasilitas produksi vaksin.
Sebagai bagian dari proses pemberian EUL, perusahaan produsen vaksin juga harus berkomitmen untuk menyediakan data secara rutin agar mendapatkan izin penuh dan memenuhi proses prakualifikasi vaksin dari WHO. Hal ini diperlukan untuk memastikan vaksin memenuhi standar kualitas, keamanan, dan kemanjuran yang diperlukan dalam proses distribusi yang lebih luas.
Dalam dokumen yang dirilis WHO pada 1 Juni 2021, pemberian EUL pada vaksin CoronaVac ini juga telah melewati proses peninjauan dari WHO Strategic Advisory Group of Experts on Immunization (SAGE). Dari bukti yang ada, WHO telah merekomendasikan vaksin ini digunakan untuk masyarakat usia 18 tahun ke atas yang diberikan dalam dua dosis dengan rentang waktu dua sampai empat minggu.
Hasil efikasi menunjukkan, vaksin ini dapat mencegah 51 persen orang yang divaksinasi dari penyakit asimtomatik serta mencegah 100 persen populasi yang diteliti dari ancaman keparahan dan rawat inap. Meski begitu, WHO tetap mengimbau agar pemantauan terus dilakukan pada penggunaan vaksinasi, terutama pada usia yang lebih tua.
Asisten Direktur Jenderal WHO untuk Akses pada Produk Kesehatan Mariangela Simao menyampaikan, kebutuhan berbagai jenis vaksin Covid-19 semakin besar untuk mengatasi kesenjangan dalam akses vaksin di seluruh dunia.
”Kami mendesak produsen vaksin untuk berpartisipasi dalam Fasilitas Covax untuk berbagi data dan pengetahuan sehingga bisa lebih berkontribusi untuk mengendalikan pandemi,” ucapnya.