Pasokan Vaksin Terbatas, Pengendalian Tak Boleh Lengah
Vaksinasi Covid-19 yang sudah berjalan nyatanya tak signifikan menekan penularan penyakit Covid-19 di masyarakat. Upaya pengendalian wabah yang mengendur membuat virus penyebab penyakit itu terus menyebar.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Lonjakan kasus baru Covid-19 yang terjadi di beberapa negara perlu menjadi pembelajaran bagi Indonesia. Vaksinasi yang sudah berjalan nyatanya tak signifikan menekan penularan di masyarakat. Upaya pelacakan, pemeriksaan, dan penanganan, serta protokol kesehatan yang mengendur membuktikan virus menyebar di tengah mutasi yang meluas.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang juga Mantan Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara Tjandra Yoga Aditama, di Jakarta, sebagaimana dikutip Kompas, Kamis (22/4/2021), mengatakan, lonjakan kasus di negara lain seperti India perlu diantisipasi agar tak terjadi di Indonesia. Kondisi utama yang harus diwaspadai adalah upaya protokol kesehatan yang mulai mengendur di negara tersebut.
”Di India, protokol kesehatan seperti 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) sudah menurun. Pasar kembali ramai, bioskop sudah dibuka dan mulai penuh, serta transportasi umum penuh. Padahal, sebelumnya India berhasil menurunkan kasus sampai 10 kali lipat dengan 3M dan 3T (testing, tracing, treatment) diperkuat saat vaksinasi belum berjalan,” tuturnya.
Di India, protokol kesehatan seperti 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) menurun. Pasar kembali ramai, bioskop sudah dibuka dan mulai penuh, serta transportasi umum juga penuh.
Selain itu, Tjandra menambahkan, sejumlah kegiatan besar, seperti kegiatan politik, adat, dan keagamaan juga berlangsung di India sejak Desember 2020-Januari 2021. Kegiatan tersebut memicu terjadinya kerumunan yang tidak disertai dengan protokol kesehatan.
Upaya pelacakan, pemeriksaan, dan penanganan pun mulai melemah. Di India, upaya itu sempat mencapai lebih dari 1,5 juta orang per hari, sedangkan saat ini sudah terus menurun di bawah 900.000 orang per hari. Indonesia pun harus terus meningkatkan upaya pelacakan dan pemeriksaan kasus. Selain itu, dengan wilayah Indonesia yang berkepulauan, pemeriksaan harus merata di semua provinsi agar kondisi sesungguhnya di setiap daerah bisa terpantau.
”India juga sudah memvaksinasi lebih dari 120 juta orang, tetapi peningkatan kasus baru juga tetap terjadi, bahkan melonjak. Mungkin ini terjadi karena orang-orang merasa kebal setelah divaksinasi, padahal penularan masih bisa terjadi jika tidak taat protokol kesehatan. Hal ini juga diperberat dengan adanya sejumlah mutasi virus di negara tersebut,” katanya.
Tjandra menuturkan, upaya penguatan tersebut menjadi semakin relevan karena pasokan vaksin di tingkat global juga terbatas. Selain adanya embargo di sejumlah negara, kapasitas produksi vaksin dari industri juga terbatas.
Strategi vaksinasi
Karena itu, strategi vaksinasi di setiap negara, termasuk Indonesia, harus disiapkan. Hal pertama yang bisa dilakukan adalah memprioritaskan penerima vaksin untuk kelompok rentan, seperti warga lanjut usia dan masyarakat dengan komorbid. Selain itu, vaksinasi perlu diprioritaskan untuk daerah dengan tingkat penularan tinggi. ”Yang juga harus disiapkan adalah bisa memproduksi vaksin secara mandiri,” ucapnya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menuturkan, pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan pasokan vaksin Covid-19. Sebanyak 3,8 juta dosis vaksin AstraZeneca direncanakan didatangkan ke Indonesia pada akhir April 2021. Vaksin ini merupakan kelanjutan pengiriman dari kerja sama multilateral dengan Covid-19 Vaccines Advance Market Commitment (Covax AMC) yang sebelumnya ditunda.
Melalui kerja sama Covax AMC tersebut, Indonesia akan mendapatkan sampai 54 juta dosis vaksin secara gratis. Pada gelombang pertama, sekitar 11 juta dosis akan dikirimkan mulai awal Maret-Mei 2021. Namun, pengiriman tersebut harus ditunda karena adanya embargo dari negara produsen vaksin.
”Kemarin awal baru dikirim 1 juta dosis vaksin, kemudian 10 juta dosis berikutnya ditunda sampai waktu yang tidak ditentukan. Alhamdulillah, 3,85 juta dosis bisa dikirimkan akhir bulan (April) ini. Sisanya masih ada 6 juta dosis semoga bisa segera dikirim,” katanya.