Semangat merupakan modal penting untuk menghadapi penyakit kanker. Dukungan sesama maupun komunitas sangat penting diberikan agar bisa melalui pengobatan dan terapi.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
Terdiagnosis memiliki kanker berdampak besar pada kehidupan pasein. Selain secara fisik, aspek sosial, ekonomi, serta emosional pasien akan berdampak. Karena itu, peran komunitas sesama pasien pun amat berarti untuk memberikan semangat serta harapan agar terapi yang dijalankan juga bisa optimal.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Hematologi Onkologi Medik RS Kanker Dharmais Ronald Alexander Hukom menyampaikan, pasien kanker yang bergabung dalam suatu komunitas dapat meningkatkan kualitas hidup. Bahkan, angka survival-nya pun bisa meningkat.
“Dukungan yang diberikan dari komunitas pasien menjadi salah satu alasan utama mengapa kualitas hidup dari pasien kanker bisa meningkat," katanya pertemuan rutin para penyintas kanker yang didakan Indonesian Cancer Information and Support Center Association (CISC) secara virtual dari Jakarta, Sabtu (3/4/2021).
Selain itu, komunitas juga bisa menjadi wadah untuk mengungkapkan emosi tanpa harus dihakimi. Dukungan moral ini juga penting bagi pasien kanker,
Ronald menambahkan, komunitas juga dapat turut membantu pasien kanker menerima informasi umum yang memadai tentang kanker, pilihan intervensi terapi, manfaat dan risiko dari pilihan pengobatan tertentu, serta harapan dalam menghadapi kanker. Komunitas pun berperan mendukung para penyintas kanker karena setelah melewati masa terapi, para penyintas tetap harus menjaga kondisi kesehatannya dengan baik.
Ketua Umum Perhimpunan Onkologi Radiasi Indonesia (PORI) Soehartati A Gondhowiardjo menambahkan, komunitas pasien dapat membantu dan mempermudah pasien ketika harus menjalani pengobatan. Ketika ada kendala dalam perawatan, biasanya komunitas lebih mudah diterima oleh pasien sehingga semangat untuk sembuh serta menjalani pengobatan bisa kembali meningkat.
“Organisasi pendukung kanker juga diperlukan untuk meningkatkan penanggulangan kanker. Jika dikelola secara strategis dan berdaya, organisasi atau komunitas bisa mendukung upaya advokasi berbasis data kepada para pemangku kepentingan. Itu karena pemahaman mengenai kanker di masyarakat masih kurang,” tutur dia.
Ia pun berharap, komunitas pendukung pasien kanker seperti CISC dengan keanggotaan yang sudah besar dapat merangkul lebih banyak pasien. Penanggulangan kanker tidak akan optimal jika hanya dilakukan oleh pemerintah serta tenaga medis. Komunitas, juga masyarakat luas, sangat dibutuhkan agar kasus kanker di Indonesia, baik terkait angka kesakitan juga angka kematian bisa ditekan.
Ketua cabang CISC Kalimantan Selatan Rusliansyah menyampaikan, berbagai permasalahan ditemui oleh pasien kanker di daerah. Ketersediaan layanan kesehatan di daerah masih terbatas.
Selain itu, pasien kanker di daerah belum mendapatkan dukungan psikososial dan informasi tentang kanker secara tepat dan benar. “Keberadaan komunitas pasien menjadi sangat tepat untuk membantu pasien di daerah yang masih minim informasi,” ucapnya.
Berdasarkan data Globocan 2020, kasus baru kanker di Indonesia diperkirakan bertambah sebanyak 396.914 kasus dalam setahun. Sementara estimasi angka kematian mencapai 234.511 jiwa.
Pada perempuan, jenis kanker yang ditemui yaitu kanker payudara (30,8 persen) dan kanker leher rahim (17,2 persen). Sementara pada laki-laki, kanker yang terbanyak dilaporkan yaitu kanker paru (14,1 persen) dan kanker kolorektal (11,9 persen).
Kepala Subdirektorat Penyakit Kanker dan Kelainan Darah Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Aldrin Neilwan menyampaikan, tingginya kematian akibat kanker di Indonesia terjadi kanker deteksi dini yang terlambat dilakukan. Lebih dari 70 persen pasien terdekteksi kanker sudah pada stadium lanjut. Padahal, jika bisa dideteksi sejak dini, angka kesembuhan bisa meningkat.
Kesadaran masyarakat untuk melakukan pencegahan dengan gaya hidup sehat juga masih kurang. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, sekitar 30-50 persen kematian akibat kanker bisa dicegah dengan berperilaku hidup bersih dan sehat, serta melakukan deteksi dini secara berkala. Selain itu, kanker juga bisa dicegah dengan menghinddari faktor risiko seperti merokok,, makan tidak sehat, serta kurang aktivitas fisik.
“Pemerintah telah merancang upaya penanggulangan kanker melalui pendekatan empat pilar, yakni promosi kesehatan, deteksi dini, perlindungan khusus, serta penanganan kasus. Empat pilar ini perlu dilakukan bersama-sama , terutama dengan tujuan meningkatkan kewaspadaan masyarakat serta mengidentifikasi risiko kanker sedini mungkin,” kata Aldrin.