SARS-CoV-2, virus korona penyebab Covid-19 terus bermutasi dan dikhawatirkan memengaruhi efektivitas vaksin yang ada saat ini. Karena itu, perlu keragaman vaksin Covid-19 yang diberikan kepada masyarakat.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS—Mutasi SARS-Cov-2 menjadi tantangan serius terhadap berbagai vaksin Covid-19 sehingga dibutuhkan variasi, selain riset lanjutan guna melihat kemungkinan modifikasinya. Vaksin Covid-19 Anhui yang menjalani uji klinis fase tiga di Jakarta dan Bandung diharapkan menambah ketersediaan dan pilihan vaksin di Indonesia.
"Virus SARS-CoV-2 yang masuk kelompok virus RNA terus bermutasi. Walaupun sebagian besar mutasi yang terjadi tidak berbeda jauh dengan virus sebelumnya, ada tiga strain yang menjadi perhatian, salah satunya B.1.1.7 yang sudah diketahui ada di Indonesia," kata Dekan Fakultas Kedokteran Indonesia (FK UI) Ari Fahrial Syam, dalam diskusi daring tentang studi uji klinis fase tiga vaksin Covid-19 Longcom buatan Anhui, di Jakarta, Selasa (9/3/2021).
Uji klinis fase tiga vaksin buatan perusahaan China ini akan dilakukan secara simultan di Bandung, Jawa Barat, dan DKI Jakarta, dengan masing-masing melibatkan 2.000 responden di dua daerah ini. Uji klinis di Jakarta akan dilakukan FK UI bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo dan Dinas Kesehatan Jakarta.
Menurut Ari, varian baru B.1.1.7 yang berasal dari Inggris menyebar pada 94 negara. Varian baru ini juga sudah masuk Indonesia dan terdeteksi enam kasus. Sementara varian baru yang berbahaya dan belum masuk ke Indonesia yakni B.1.351 berasal Afrika yang dilaporkan pada 48 negara dan varian B.1.1.28.1 atau P.1 dari Brasil yang sudah dilaporkan oleh 26 negara.
Varian B.1.351 dan P.1 dalam sejumlah kajian diketahui bisa lolos dari antibodi dan menurunkan efektifitas berbagai vaksin, termasuk vaksin Sinovac, seperti dikaji William M. de Souza (2021) di Brasil.
" Adanya orang yang dua kali mendapat vaksin masih positif Covid-19 perlu dilakukan sequensing (pengurutan), apakah virus yang menginfeksi masih strain lama atau baru," katanya.
Sejauh ini dari pengurutan yang dilakukan belum ditemukan strain atau galur baru yang memicu infeksi pada orang-orang yang telah divaksin. "Bisa saja karena antibodi yang terbentuk belum optimal, karena itu tetap penting menjalankan 3 M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak)" ujarnya.
Adanya orang yang dua kali mendapat vaksin masih positif Covid-19 perlu dilakukan sequensing (pengurutan), apakah virus yang menginfeksi masih strain lama atau baru.
Pemeriksaan sequensing harus dilakukan secara konsisten, karena di Indonesia masih sangat kurang. "Dari jumlah kasus Covid-19 yang sudah 1,3 juta orang. Kalau 1 persennya saja seharusnya pemeriksaan sequensing sudah 1.300 kasus. Kita masih jauh di bawah 1.000 kasus," kata Ari.
Hingga kini belum diketahui bagaimana respons vaksin buatan Anhui ini terhadap mutasi baru Covid-19. "Kami belum tahu. Untuk varian B.1.1.7 kemungkinan masih efektif. Tetapi, kalau mutasi yang terjadi semakin banyak, bisa jadi vaksin tidak bisa mencegah. Karena itu kita berkejaran dengan waktu untuk mempercepat vaksinasi," tuturnya.
Andri Lubis, yang mewakili pihak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) mengatakan, semakin banyak penelitian vaksin akan baik. "Kita tahu virus ini terus bermutasi sehingga diperlukan penyesuaian vaksin. Bisa jadi vaksin tertentu tidak responsif terhadap seseorang, namun mungkin cocok untuk orang lain. Maka, semakin banyak penelitian vaksin akan semakin baik. Termasuk meneliti, berapa titer antibodi yang bisa melindungi dari Covid-19," ungkapnya.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengatakan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terbuka dan transparan untuk setiap penelitian dalam rangka pencegahan dan penanggulangan Covid-19. "Kami akan siapkan Puskemas yang terpilih guna mendukung kajian ini. Berharap ada kontribusi terhadap kemajuan bidang vaksinasi," kata dia.
Kebutuhan vaksin
Peneliti utama dalam kajian vaksin ini, Hindra Irawan Satari mengatakan, vaksin Anhui memakai platform subunit protein dengan suntikan tiga dosis. "Saat ini ada ratusan vaksin yang menjalani uji klinik. Mana vaksin Covid-19 yang terbaik? Yang sudah ada dan mendapat persetujuan otoritas pengawasan, kalau di Indonesia BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). Mereka dalam menilai keamanan dan efikasi selalu melibatkan para ahli dan penelitian-penelitian terdahulu," ungkapnya.
Hindra menambahkan, uji klinik fase satu dan dua vaksin Anhui ini sudah selesai dan dipublikasikan. "Selain aman, efek perlindungan cukup tinggi lebih dari 90 persen. Untuk uji klinik fase tiga dilakukan di berbagai negara melibatkan 29.000 orang," katanya.
Selain di Indonesia, uji klinik ini dilakukan di China, Pakistan, Uzbekistan, dan Equador. "Di Indonesia akan melibatkan 4.000 orang. Di Bandung 2000 orang sudah dimulai dan di Jakarta juga akan ada 2.000 orang, serta akan dipantau selama satu tahun," kata Hindra.
Direktur Utama PT Jakarta Biopharmaceutical Industry (JBio) Mahendra Suhardono mengatakan, vaksin Anhui rencananya akan diproduksi di pabrik JBio di Cikande, Serang. "Uji klinis diharapkan selesai triwulan ketiga atau ke empat 2021. Kita siap sebagai back up penyediaan vaksin Covid-19. Kita komitmen bisa memproduksi 50 - 100 juta," kata dia.