Cuaca relatif terang dan tidak hujan di sebagian besar Jabodetabek pada Minggu dan Senin ini di antaranya berkat penerapan teknologi modifikasi cuaca. Ini diharapkan bisa mengurangi risiko bencana lebih parah.
Oleh
MUCHAMAD ZAID WAHYUDI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Berkurangnya jumlah awan dan proses modifikasi cuaca membuat intensitas hujan yang turun di Jabodetabek selama dua hari terakhir berkurang cukup drastis. Kejenuhan tanah pun bisa dikurangi sehingga banjir yang terjadi di sejumlah wilayah bisa lebih cepat surut.
Modifikasi cuaca dengan cara redistribusi hujan itu dilakukan Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBTMC-BPPT) sejak Minggu (21/2/2021) sore hingga Senin (22/2). Proses ini merupakan bagian dari upaya mitigasi bencana hidrometeorologi yang terjadi di Jabodetabek beberapa hari terakhir.
Kepala BBTMC-BPPT Jon Arifian di Jakarta, Senin, mengatakan, proses redistribusi hujan itu dilakukan dengan menyemai awan di daerah
upwind atau datangnya awan yang mengarah ke Jabodetabek. Saat ini, awan pemicu hujan lebat Jabodetabek itu berasal dari arah barat laut dan utara.
”Penyemaian awan itu bertujuan untuk mencegah awan makin membesar dan hujan tidak turun di Jabodetabek,” katanya. Kalaupun awan hujan itu turun di atas Jabodetabek, intensitasnya tidak akan besar dan waktunya tidak lama sehingga tidak memperparah banjir yang sudah terjadi.
Dengan penyemaian itu, maka awan akan menjadi cepat jenuh dan turun menjadi hujan saat awan masih berada di sekitar Selat Sunda, Ujung Kulon-Banten, dan pesisir timur Lampung. Hujan diusahakan diturunkan di atas lautan hingga tidak berdampak besar bagi masyarakat di sekitarnya.
Koordinator Lapangan BBTMC-BPPT Dwipa W Soehoed mengatakan penyemaian awan pada Minggu sore dilakukan dengan menabur 800 kilogram garam menggunakan pesawat CASA C-212 yang diterbangkan dari Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma, Jakarta dalam satu kali penerbangan. Sementara Senin, sebanyak 2.400 kilogram garam ditabur menggunakan pesawat CN 295, juga dalam satu kali penerbangan.
Selain proses modifikasi cuaca, lanjut Jon, cuaca selama dua hari terakhir, yaitu 21-22 Februari 2021 juga lebih kering dibandingkan dengan kondisi pada 19-20 Februari 2021.
Terganggunya pertumbuhan awan selama dua hari terakhir itu dipicu oleh adanya divergensi atau penyebaran angin yang memasuki Pulau Jawa bagian barat. Kecepatan angin di lapisan udara bagian atas relatif kencang, tetapi kelembaban udara relatif rendah. Akibatnya, jumlah atau volume awan yang terbentuk dan bergerak menuju Jabodetabek berkurang drastis.
Jika pertumbuhan awan kembali masif dan situasi beberapa hari lalu berulang, BBTMC-BPPT sudah menyiapkan proses modifikasi cuaca lebih sering dengan jam terbang yang juga dibuat lebih panjang.
Pertumbuhan awan yang rendah dan modifikasi cuaca BBTMC-BPPT itu membuat sebagian besar wilayah Jabodetabek sejak Minggu siang hingga Senin petang tidak diguyur hujan. Meski demikian, lanjut Jon, target modifikasi cuaca yang dilakukan saat ini adalah mengurangi potensi hujan di Jabodetabek pada siang hari saja.
”Jika sepanjang siang tidak hujan, kejenuhan tanah masih dalam kondisi aman untuk menampung hujan yang terjadi pada malam atau dini hari,” tambahnya.
Hujan yang terjadi pada malam hingga dini hari, seperti yang memicu banjir di sejumlah daerah di Jabodetabek beberapa hari lalu, masih berada di luar jangkauan intervensi teknologi modifikasi cuaca. Pesawat penyemai awan yang dimiliki saat ini tidak bisa bekerja malam hari. Selain itu, risiko keselamatan penerbangan malam hari untuk menyemai awan sangat besar.
Jon belum bisa memastikan sampai kapan modifikasi cuaca untuk mencegah banjir di Jabodetabek itu akan dilakukan. Namun, tim BBTMC-BPPT terus melakukan evaluasi dan mengantisipasi berulangnya hujan lebat dan lama seperti yang terjadi pada 19-20 Februari 2021.
Jika pertumbuhan awan kembali masif dan situasi beberapa hari lalu berulang, BBTMC-BPPT sudah menyiapkan proses modifikasi cuaca lebih sering dengan jam terbang yang juga dibuat lebih panjang. Terlebih, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperkirakan masih ada potensi hujan lebat di Jabodetabek pada 24-26 Februari 2021.