Tingkat penularan Covid-19 di masyarakat makin tinggi. Hal itu menuntut langkah komprehensif untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan virus korona tipe baru tersebut.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hari pertama di tahun 2021 ditandai dengan rasio kasus positif di Indonesia yang mencapai rekor 29,46 persen, yang berarti dari 3 orang yang diperiksa terdapat 1 kasus positif. Tanpa ada pembatasan sosial yang ketat dan peningkatan jumlah tes, lacak, serta isolasi, laju penularan bakal semakin menghebat dan menyebabkan lumpuhnya layanan kesehatan.
Laporan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 pada Jumat (1/1/2021), terdapat penambahan kasus sebanyak 8.072 dari 27.401 orang yang diperiksa sehingga rasio kasus positif 29,46 persen. Dalam sepekan terakhir dari rata-rata 34.164 orang yang diperiksa, ditemukan 7.310 kasus positif atau rasio kasus positif 21,4 persen.
”Positivity rate (rasio kasus positif) idealnya di bawah 5 persen. Kalau lebih dari 10 persen artinya situasi pandemi tidak terkendali akibat tes, lacak, dan isolasi tidak memadai. Kalau lebih dari 20 persen, artinya selain penyebaran tidak terkendali juga sudah terjadi outbreak besar. Sangat serius,” tutur epidemiolog Indonesia di Griffith University, Dicky Budiman.
Selain tingginya tingkat penularan, jumlah korban meninggal cenderung tinggi, yaitu mencapai 191 orang dalam sehari. Kematian terbanyak terjadi di Jawa Timur sebanyak 73 orang, Jawa Tengah 38 orang, dan Jakarta 20 orang.
Risiko penularan
Dicky mengatakan, saat ini banyak warga yang tertular, padahal sudah menerapkan protokol kesehatan dan tinggal di rumah. ”Situasi ini terjadi di banyak negara lain, seperti di New York, Amerika Serikat, saat puncak gelombang pertama, banyak yang tertular di rumah,” katanya.
Studi epidemiologi yang dilakukan menunjukkan, penularan di dalam rumah bisa terjadi jika tingkat penularan sangat masif. ”Positivity rate di atas 20 persen artinya virusnya ada di mana-mana dan orang yang membawanya umumnya tidak menyadari telah terinfeksi,” kata Dicky.
Kemungkinan penularannya bisa dari anggota keluarga yang masih sering keluar rumah, bisa siapa saja, seperti anak-anak, pembantu, atau sopir. Kemungkinan lain, ketika sesekali keluar rumah, misalnya ke warung, atau anjungan tunai mandiri, bisa juga berisiko tertular. Ada juga studi, penularan bisa terjadi di dalam elevator walaupun di sana tidak ada orang lain. Ada juga penularan melalui kamar mandi dan saluran limbah.
Dengan tingkat penularan seperti saat ini, setiap orang harus beranggapan bahwa orang lain di luar rumah telah membawa virus. ”Membuka masker di dalam rumah setelah beraktivitas di luar rumah juga bisa menularkan,” ujarnya.
Protokol kesehatan dengan memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak (3M) amat penting, tetapi itu tidak bisa memutus rantai penularan jika tidak didukung peningkatan tes, lacak, dan isolasi. ”Karena rasio positif sudah amat tinggi, harus ada pembatasan sosial yang ketat, minimal seluruh Jawa,” ujarnya.
Layanan kesehatan
Tanpa ada langkah komprehensif ini, laju penularan dikhawatirkan akan terus meninggi sehingga menyebabkan rumah sakit tak lagi bisa menampung pasien. Bahkan, tanda-tanda kolapsnya layanan kesehatan mulai terlihat saat ini dengan sulitnya pasien menapatkan tempat perawatan, khususnya ruang perawatan intensif (ICU) untuk pasien Covid-19.
Irma Hidayana dari Lapor Covid-19 mengatakan, seiring penuhnya layanan rumah sakit untuk pasien Covid-19, timnya menerima banyak keluhan warga tentang sulitnya mencari ruangan perawatan. ”Kesulitan mencari tempat perawatan terutama di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi), Jawa Timur, dan Jawa Tengah,” katanya.
Di DKI Jakarta, meskipun terdapat laman dari pemerintah daerah yang menyediakan informasi ketersediaan kamar di rumah sakit rujukan, akurasinya sering meleset.
”Beberapa kali di mana data di web menunjukkan bahwa kamar atau ICU masih tersedia, tetapi ketika kami hubungi, ternyata hampir semua penuh,” katanya. ”Masyarakat saat ini membutuhkan informasi, mana rumah sakit yang kosong sehingga tidak harus menghubungi satu per satu dan ditolak juga,” ucapnya.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengatakan, pemerintah menyiapkan langkah antisipasi penularan Covid-19 di tahun 2021. Langkah pertama ialah disiplin protokol kesehatan semakin diperketat. ”Untuk memastikan warga sepenuhnya patuh. Penegakan disiplin ini akan terus dilakukan hingga nanti semua penduduk mendapat vaksin dan tercapainya herd immunity (kekebalan kelompok),” katanya.
Kedua, upaya 3T yaitu testing (pemeriksaan), tracing (pelacakan), dan treatment (perawatan) akan terus diperkuat. Namun, jika kasus positif tetap tinggi, akan diterapkan langkah ketiga dengan melakukan pembatasan mobilitas masyarakat. ”Penting diketahui, mobilitas warga yang tak terkendali selama pandemi amat berpotensi meningkatkan angka penularan,” ujar Wiku.