GeNose, Alat Deteksi Covid-19 Buatan UGM, Dapat Izin Edar dari Kemenkes
GeNose, alat pendeteksi penyakit Covid-19 buatan tim peneliti Universitas Gadjah Mada, telah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan. Pemeriksaan dengan GeNose diklaim bisa dilakukan dengan cepat dan murah.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — GeNose, alat pendeteksi Covid-19 buatan tim peneliti Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, telah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan. GeNose diharapkan bisa segera digunakan untuk membantu melakukan tes Covid-19.
Ketua Tim Peneliti GeNose Kuwat Triyana mengatakan, izin edar GeNose terbit pada Kamis (24/12/2020). ”Alhamdulillah, berkat doa dan dukungan luar biasa dari banyak pihak, GeNose secara resmi mendapatkan izin edar untuk mulai dapat pengakuan oleh regulator, yakni Kemenkes,” katanya melalui keterangan tertulis, Sabtu (26/12/2020).
GeNose dikembangkan tim peneliti dari UGM beberapa bulan lalu. Namun, berbeda dengan alat lain yang ada sekarang, GeNose menggunakan embusan napas untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi Covid-19 atau tidak. Hasil pemeriksaan alat yang menggunakan sistem kecerdasan buatan itu diklaim bisa selesai hanya dalam waktu beberapa menit.
Kuwat menyatakan, sesudah izin edar dari Kemenkes terbit, pihaknya akan segera mendistribusikan GeNose yang telah diproduksi secara massal pada tahap pertama. Pada tahap pertama telah diproduksi 100 unit GeNose dengan bantuan pendanaan dari Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional serta Badan Intelijen Negara (BIN).
Kuwat menyebut, sebanyak 100 unit GeNose itu diharapkan bisa didistribusikan ke sejumlah tempat, misalnya rumah sakit, bandar udara, stasiun kereta api, dan tempat keramaian lainnya. Sebagian alat itu juga diharapkan bisa diserahkan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang bisa melakukan pemeriksaan secara mobile atau berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain. Namun, pada tahap pertama ini, pembelian GeNose untuk keperluan pribadi belum bisa dilakukan.
Dengan didistribusikan ke tempat-tempat yang tepat, keberadaan GeNose diharapkan bisa membantu pemeriksaan Covid-19 secara cepat. Apalagi, Kuwat menuturkan, pemeriksaan dengan GeNose hanya membutuhkan waktu tiga menit, termasuk proses pengambilan sampel napas. Dengan asumsi GeNose bekerja efektif selama enam jam sehari, maka satu unit alat itu bisa memeriksa 120 orang per hari.
”Dengan 100 unit batch (tahap) pertama yang akan dilepas, kami berharap dapat melakukan 120 tes per alat atau totalnya 12.000 orang sehari. Angka 120 tes per alat itu dari estimasi bahwa setiap tes membutuhkan waktu tiga menit, termasuk pengambilan napas, sehingga satu jam dapat melakukan tes terhadap 20 orang dan bila efektif alat bekerja selama enam jam,” ujar Kuwat.
Alhamdulillah, berkat doa dan dukungan luar biasa dari banyak pihak, GeNose secara resmi mendapatkan izin edar untuk mulai dapat pengakuan oleh regulator, yakni Kemenkes.
Produksi lebih banyak
Kuwat menambahkan, ke depan, GeNose juga akan segera diproduksi dengan jumlah yang lebih banyak. Pada akhir April 2021, jumlah GeNose yang diproduksi ditargetkan mencapai 10.000 unit. Dengan jumlah itu, maka jumlah orang yang dapat diperiksa bisa mencapai 1,2 juta orang per hari.
”Tentu bukan hanya angka-angka seperti itu yang menjadi harapan kita semua. Kemampuan tes sebanyak itu diharapkan akan menemukan orang-orang terinfeksi Covid-19 tanpa gejala dan segera diambil tindakan isolasi atau perawatan sehingga rantai penyebaran Covid-19 dapat segera terputus,” ujar Kuwat.
Untuk mewujudkan produksi GeNose secara massal itu, telah ada lima perusahaan yang menyatakan siap mendukung. Perusahaan itu adalah PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri, PT Hikari Solusindo Sukses, PT Stechoq Robotika Indonesia, PT Nanosense Instrument Indonesia, dan PT Swayasa Prakarsa.
Selain cepat, Kuwat mengklaim, pemeriksaan dengan GeNose juga membutuhkan biaya yang sangat murah, yakni Rp 15.000-Rp 25.000. Keunggulan lainnya, pemeriksaan dengan GeNose tidak membutuhkan reagen atau bahan kimia lainnya. Selain itu, pengambilan sampel dengan embusan napas juga dinilai lebih nyaman dibandingkan pengambilan sampel dengan cara swab atau metode usap.
Wakil Rektor UGM Bidang Kerja Sama dan Alumni Paripurna mengatakan, pengembangan GeNose merupakan salah satu bentuk kontribusi UGM dalam penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia. Paripurna juga menyebut, proses pengembangan GeNose selama beberapa bulan terakhir juga menunjukkan kemitraan dan sinergi antara perguruan tinggi, pemerintah, industri, dan masyarakat.
”Ini kerja bagus sekaligus perwujudan UGM Science Techno Park sebagai jembatan antara universitas dan industri serta tempat riset para dosen dan mahasiswa,” kata Paripurna.