Pemilihan kepala daerah diprediksi bakal meningkatkan kasus penularan Covid-19 di Indonesia. Karena itu, kapasitas fasilitas kesehatan mesti ditingkatkan.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia mesti bersiap menghadapi penambahan kasus dan meningkatkan kapasitas rumah sakit yang keterisiannya kini makin tinggi. Pemilihan kepala daerah diprediksi bakal meningkatkan kasus penularan Covid-19 di Indonesia hingga 10 persen dan kematian 9 persen.
”Estimasi saya setidaknya ada 2,4 juta orang yang terpapar Covid-19 tanpa gejala yang bergerak mengikuti aktivitas pilkada (pemilihan kepala daerah) kali ini. Jadi, harus bersiap dengan lonjakan kasus,” kata epidemiolog Indonesia di Griffith University, Dicky Budiman, Rabu (9/12/2020), saat dihubungi dari Jakarta.
Estimasi tentang banyaknya orang tanpa gejala yang bergerak selama pilkada ini didasarkan pada kajian Steven J Phipps di The Royal Society (18 November 2020) yang menyebutkan, secara rerata, kasus Covid-19 di masyarakat mencapai 6,2 kali lebih besar daripada kasus yang dilaporkan pemerintah. ”Dengan kasus di Indonesia saat ini, berarti ada sekitar 2,4 juta orang tanpa gejala,” ungkap Dicky.
Estimasi saya, setidaknya ada 2,4 juta orang yang terpapar Covid-19 tanpa gejala yang bergerak mengikuti aktivitas pilkada (pemilihan kepala daerah) kali ini.
Mengacu pada pemodelan yang dibuatnya, Dicky memperkirakan potensi peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia minimal 10 persen setelah pilkada dan ini berarti bakal meningkatkan angka kematian hingga 9 persen. Hal itu sesuai dengan riset terkait munculnya kerumunan massa dalam sejumlah studi.
Dicky mencontohkan, kasus harian di Malaysia melonjak sejak pemilu karena adanya mobilitas pemilih. Setelah rata-rata kenaikan kasus hanya satu atau dua digit, Malaysia mencatat rekor peningkatan kasus dan kematian.
Risiko penularan selama pilkada ini juga meningkat karena banyak petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) tetap bekerja meski hasil tes cepat mereka reaktif.
Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Mochammad Afifuddin, dalam siaran daring, mengatakan, ”Ada 1.172 KPPS terpapar Covid-19 yang masih hadir di TPS. Tentu perlu dikonfirmasi lebih jauh situasi di lapangan, seberapa lama situasi Covid-19 mereka.”
Selain itu, Bawaslu menemukan sejumlah tempat pemungutan suara tidak menyediakan bilik khusus bagi pemilih dengan suhu tubuh melebihi 37 derajat celsius. Padahal, bilik khusus ini seharusnya disiapkan untuk meminimalkan risiko penularan Covid-19.
Kepala Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan, tingkat kepatuhan warga terhadap protokol kesehatan di 309 daerah yang menyelenggarakan pilkada berada di atas 89 persen.
Meski demikian, dia mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada. ”Hari ini saja, untuk perhitungan suara, kemungkinan terjadi kerumunan masih tetap ada. Oleh karena itu, jangan lengah dan jangan kendur,” ujarnya.
Rekor kematian
Data Satgas Penanganan Covid-19 menunjukkan, penambahan kasus harian Covid-19 di Indonesia sebanyak 6.058 orang sehingga total menjadi 592.900 kasus. Sementara korban meninggal bertambah 171 orang, merupakan rekor terbanyak selama ini. Total kematian yang terkonfirmasi mencapai 18.171 orang.
Jumlah pemeriksaan yang dilakukan sebanyak 30.514 orang, padahal jumlah suspect 69.879 orang. Itu berarti masih ada lebih dari separuh suspect yang tidak diperiksa yang menandai masih belum memadainya jumlah dan cakupan tes.
Dari data ini, rasio kasus positif Covid-19 di Indonesia mencapai 19,85 persen. Itu berarti dari 5 orang yang diperiksa, ditemukan 1 kasus positif. Rasio positif ini jauh di atas ambang yang disarankan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 5 persen.