Daur ulang plastik bermanfaat untuk mengurangi timbulan sampah serta penghematan sumber daya alam. Langkah tersebut juga menghemat devisa dan menumbuhkan perekonomian. Ini perlu didukung sistem dan pemilahan sampah.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Selain mengatasi permasalahan lingkungan, daur ulang sampah dapat menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat maupun korporasi skala besar. Namun, saat ini peluang daur ulang plastik belum dapat dikembangkan secara optimal karena ketidaksiapan sistem dan masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam memilah sampah.
Ketua Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) Christine Halim dalam webinar bertajuk ”Memperkuat ’Waste Management’ untuk Mendukung ’Circular Economy’”, Selasa (10/11/2020), menyampaikan, pihaknya mendorong setiap anggota asosiasi untuk lebih banyak mengumpulkan limbah plastik. Sebab, limbah plastik tersebut sangat dibutuhkan sebagai bahan baku industri dan daur ulang.
”Misi kami menjalin komunikasi antaranggota dengan pemerintah sehingga anggota tahu bahwa mereka bekerja di daur ulang plastik tidak semata-mata untuk mencari keuntungan. Akan tetapi, lebih jauh lagi, anggota akan berusaha mendapatkan limbah plastik yang belum terkelola sehingga menciptakan permintaan dan plastik lebih banyak terkumpul,” ujarnya
Christine menjelaskan, dalam bisnis daur ulang, para pemulung menjadi pihak yang sangat strategis karena mereka merupakan pengumpul sumber bahan baku. Plastik yang dikumpulkan pemulung akan dipisahkan sesuai dengan jenisnya kemudian disterilkan sebelum akhirnya dibawa ke penggiling hingga akhirnya disalurkan ke perusahaan untuk dijadikan sintetik fiber atau bahan baku pembuatan barang lainnya.
”Pihak-pihak lain bisa melakukan kegiatan bisnis ini sehingga ekonomi sirkular bisa tercipta. Pemulung akan mengumpulkan barang-barang yang sudah rusak dan dibuang, kemudian dibawa ke pengepul hingga akhirnya diproses dan dijual serta dibeli kembali oleh konsumen,” tuturnya.
Menurut Christine, pemanfaatan daur ulang ini dapat menekan produksi plastik dari bahan baku asli, menghemat energi, dan mencegah plastik berakhir di tempat pembuangan akhir yang bisa mencemari lingkungan. Sementara dari sisi finansial, daur ulang dapat dijadikan sumber pemasukan ekonomi bagi masyarakat. Dari sisi devisa, langkah ini juga membantu pemerintah melakukan penghematan karena bisa menekan—bahkan mengurangi—impor limbah plastik untuk didaur ulang.
”Kebutuhan industri dari bahan baku plastik di Indonesia itu mencapai 5,6 juta ton, bahkan pada 2020 sudah mencapai 6 juta ton lebih. Daur ulang plastik ini menyumbangkan bahan baku sebanyak 1 juta ton. Dengan adanya daur ulang, kita akan menghemat pemakaian dari bahan baku asli,” ungkapnya.
Meski demikian, Christine memandang bahwa daur ulang plastik masih menemui sejumlah masalah dan kendala seperti ketidaksiapan sistem yang ada dalam mengantisipasi peningkatan timbulan sampah plastik. Adanya pajak penambahan nilai juga dianggap masih membebani industri daur ulang plastik yang tidak terbayar karena keuntungan dari bisnis ini yang kecil dan tidak adanya insentif.
Mini depo
Kepala Pusat Industri Hijau Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Junadi Marki mengatakan, Kemenperin telah melakukan pembangunan mini depo untuk pengolahan limbah industri dengan bahan dasar plastik. Pembangunan mini depo juga bertujuan untuk mencegah penyebaran polybromodiphenyl ethers (PBDE) dan polutan berbahaya lainnya.
Selain itu, mini depo juga dapat membantu masyarakat dalam mengelola sampah plastik dan elektronik. Pengelolaan ini pada akhirnya dapat meningkatkan nilai sampah menjadi produk baru dan memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat.
Saat ini mini depo dari Kemenperin telah dibangun di enam lokasi yang tersebar di tiga kabupaten dan tiga kota, yakni Kabupaten Cirebon, Malang, dan Banyuwangi serta Kota Depok, Bandung, dan Malang. Mini depo dibangun di enam lokasi tersebut karena tingginya kepedulian pemerintah daerah setempat dalam menangani sampah plastik.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong menyatakan, konsep sirkular ekonomi sangat berpotensi dalam menyelesaikan persoalan sampah. Sebab, sirkular ekonomi menjadikan sampah sebagai sumber daya sehingga membantu pertumbuhan ekonomi dengan baik.
KLHK mencatat, kapasitas pengumpulan sampah daur ulang plastik terbanyak berada di pemulung yang mencapai 354.957 ton per tahun atau 84,3 persen. Sementara pengumpulan sampah daur ulang plastik di tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) tercatat sebanyak 54.576 ton per tahun (13 persen) disusul bank sampah dengan 11.384 ton per tahun (2,7 persen).