Fase bulan baru berpotensi meningkatkan ketinggian pasang air laut dan risiko banjir pesisir. Di sisi lain, kemunculan bibit siklon tropis di Samudra Hindia selatan bisa meningkatan ketinggian gelombang di selatan Jawa.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Fase bulan baru berpotensi meningkatkan ketinggian pasang air laut dan risiko banjir pesisir. Di sisi lain, kemunculan bibit siklon tropis di Samudra Hindia selatan Jawa Timur bisa meningkatan ketinggian gelombang di wilayah pesisir selatan Jawa hingga Nusa Tenggara Barat.
”Berdasarkan pantauan data water level (ketinggian air) dan prediksi pasang surut, banjir pesisir (rob) berpotensi terjadi di beberapa wilayah pesisir Indonesia pada 30 Mei-07 Juni 2022,” kata Kepala Pusat Meteorologi Maritim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Eko Prasetyo, Senin (30/5/2022).
Eko mengatakan, beberapa wilayah pesisir yang harus waspada dengan ancaman rob Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Maluku. ”Potensi banjir pesisir (rob) diprediksi berlangsung dengan waktu yang berbeda di tiap wilayah," kata dia.
Untuk wilayah pesisir Jawa Tengah, menurut Eko, diperkirakan potensinya terpantau banjir pesisir biasa. Risikonya dinilai tidak sebesar pada 23 Mei 2022 lalu yang mengalami banjir rob besar karena saat itu terjadi bersamaan dengan gelombang tinggi dan angin kencang.
Bibit siklon memberikan dampak tidak langsung terhadap peningkatan ketinggian gelombang di wilayah pesisir selatan Jawa hingga Nusa Tenggara Barat. (Eko Prasetyo)
Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Perak, Surabaya, Daryatno mengatakan, untuk wilayah pesisir Jawa Timur, fenomena pasang maksimum air laut yang berpotensi mengakibatkan banjir rob diperkirakan terjadi pada waktu yang berbeda.
Ketinggian air pasang maksimal mencapai 130-140 cm dari permukaan laut di wilayah pesisir untuk area Pelabuhan Surabaya diperkirakan terjadi pada 30 Mei–3 Juni 2022 antara pukul 10.00 dan 13.00.
Sementara di pesisir Surabaya barat, termasuk Gresik, Lamongan, dan Tuban, diprediksi pada 30 Mei-4 Juni 2022 pukul 09.00-12.00. Untuk pesisir Surabaya timur, termasuk Pasuruan, Sidoarjo, Probolinggo, Jember, Kenjeran, Bangkalan Selatan, Kuanyar, Sukolilo, Sampang, dan sepanjang pesisir Selat Madura, pada 30 Mei-3 Juni 2022 pukul 10.00-12.00. Pesisir Kalianget, termasuk Pamekasan, pada 30 Mei–3 Juni 2022 pukul 09.00–12.00.
Pengaruh bibit siklon
Eko mengatakan, saat ini juga terpantau adanya bibit siklon tropis di Samudra Hindia. Namun, hal ini tidak memberikan dampak signifikan terhadap kejadian banjir pesisir. ”Bibit siklon memberikan dampak tidak langsung terhadap peningkatan ketinggian gelombang di wilayah pesisir selatan Jawa hingga Nusa Tenggara Barat,” katanya.
Berdasarkan pantauan BMKG, bibit siklon tropis 92S masih terpantau di Samudra Hindia barat Australia, tepatnya di 17,5 Lintang Selatan dan 112,5 Bujur Timur, dengan kecepatan angin maksimum 30 knot dan tekanan udara minimum 1004.5 mb.
Citra satelit Himawari-8 menunjukkan, dalam 12 jam terakhir, aktivitas awan konvektif sudah berkurang dibandingkan dengan hari sebelumnya. Data angin perlapisan juga menunjukkan adanya sirkulasi di lapisan bawah, sementara di lapisan atas tidak terpantau sirkulasi, tetapi terpantau adanya aliran jetstream.
Diprediksi dalam 72 jam ke depan bibit siklon 92S akan bergerak ke arah tenggara menuju daratan Australia barat. Potensi sistem ini untuk tumbuh menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan masih dalam kategori rendah.
Namun, menurut laporan BMKG, bibit siklon 92S ini berdampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca di Indonesia dalam 24 jam berupa potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Selain itu, angin kencang dengan kecepatan lebih dari 25 knot juga berpotensi terjadi di perairan barat Lampung serta perairan selatan Banten-Jawa Barat.
Tinggi gelombang 1,25–2,5 meter berpeluang terjadi di perairan barat Bengkulu, perairan selatan Bali, hingga Pulau Sumba dan Selat Bali-Lombok-Alas bagian selatan. Sementara tinggi gelombang 2,5–4 meter berpeluang terjadi di perairan barat Pulau Enggano, perairan barat Lampung, Samudra Hindia Barat Lampung, Selat Sunda bagian barat dan selatan, perairan selatan Pulau Jawa, serta Samudra Hindia Selatan Jawa Timur hingga Nusa Tenggara Barat.