Lamanya Masa Inkubasi Mempersulit Karantina Cacar Monyet
Cacar monyet atau ”monkeypox” telah ditemukan di 15 negara di luar 12 negara Afrika yang selama ini menjadi endemik penyakit ini. Masa inkubasinya yang lama membuat upaya karantina tidak mudah dilakukan.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Cacar monyet atau monkeypox telah ditemukan di 15 negara di luar 12 negara Afrika yang selama ini menjadi endemik penyakit ini. Masa inkubasinya yang mencapai 21 hari membuat penyakit yang ditularkan oleh Orthopoxvirus ini bisa lolos dari karantina di sejumlah negara.
”Monkeypox dari sebelumnya endemi sudah menjadi epidemi dengan angka reproduksi saat ini 1,15-1,26. Selain risiko penularan antarmanusia cukup tinggi, kita perlu mewaspadai lamanya masa inkubasi,” kata epidemiolog dan peneliti kesehatan global dari Griffith University, Dicky Budiman, Senin (23/5/2022).
Menurut Dicky, masa inkubasi cacar monyet bisa mencapai 21 hari. ”Lamanya inkubasi menyebabkan jebolnya sistem karantina di sejumlah negara di Eropa dan Amerika Serikat, serta kemungkinan penyakit ini sudah menyebar di lebih banyak negara,” ungkapnya.
Monkeypox dari sebelumnya endemi sudah menjadi epidemi dengan angka reproduksi saat ini 1,15-1,26. Selain risiko penularan antarmanusia cukup tinggi, kita perlu mewaspadai lamanya masa inkubasi.
Sekalipun peluangnya menjadi pandemi masih kecil dan tingkat kematiannya relatif kecil, hal ini bisa menjadi tambahan beban bagi sistem kesehatan global. ”Dampaknya pada perempuan hamil dan orang-orang yang mempunyai masalah imunitas bisa sangat fatal sehingga Indonesia harus waspada guna mencegah masuknya monkeypox,” katanya.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers, Minggu (22/5/2022), menyebutkan, wabah cacar monyet telah ditemukan di 15 negara di luar Afrika. Lebih dari 80 kasus telah dikonfirmasi di Eropa, AS, Kanada, Australia, dan Israel.
Setelah wabah pertama kali diidentifikasi di Inggris pekan lalu, penyakit ini mulai terdeteksi di sebagian besar negara di Eropa, seperti Spanyol, Portugal, Jerman, Belgia, Perancis, Belanda, Italia, Swedia, Austria, dan Swiss.
Berdasarkan laporan WHO, semua kasus yang sampelnya dikonfirmasi oleh PCR telah diidentifikasi terinfeksi virus dari clade Afrika Barat. Urutan genom dari sampel swab dari kasus yang dikonfirmasi di Portugal menunjukkan kecocokan virus monkeypox yang menyebabkan wabah saat ini, dengan kasus yang diekspor dari Nigeria ke Inggris, Israel, dan Singapura pada 2018 dan 2019.
Menurut WHO, identifikasi kasus cacar monyet yang dikonfirmasi dan dicurigai tanpa hubungan perjalanan langsung ke daerah endemik merupakan peristiwa sangat tak biasa. Sejauh ini data menunjukkan, penularan dari manusia ke manusia terjadi di antara orang-orang yang memiliki kontak fisik dekat dengan kasus-kasus bergejala.
Monkeypox sebelumnya merupakan virus yang umum menyebar di daerah terpencil di Afrika Tengah dan Barat dan cenderung tidak mudah menyebar di antara manusia dengan gejala penyakit biasanya ringan.
Negara-negara yang menjadi endemik cacar monyet meliputi Benin, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Republik Demokratik Kongo, Gabon, Ghana, Pantai Gading, Liberia, Nigeria, Republik Kongo, Sierra Leone, dan Sudan Selatan.
Pandemi belum berakhir
Selain ancaman wabah cacar monyet, dalam kesempatan ini Tedros juga mengingatkan bahwa pandemi Covid-19 belum berakhir meskipun ada penurunan dalam kasus yang dilaporkan sejak puncak gelombang Omicron. Dia mengingatkan pentingnya untuk tetap melakukan surveilans.
”Penurunan pengujian dan pengurutan berarti kita membutakan diri kita sendiri terhadap evolusi virus,” katanya.
Selain itu, Tedros mengingatkan, hampir 1 miliar orang di negara-negara berpenghasilan rendah masih belum divaksinasi. Meskipun demikian, saat ini ada kemajuan, dengan data saat ini 60 persen populasi dunia telah divaksinasi. Sejauh ini hanya 57 negara, hampir semuanya negara kaya, yang telah memvaksinasi 70 persen penduduknya.
”(Wabah) belum berakhir sampai semuanya selesai divaksinasi,” kata Tedros.
Dalam laporan mingguan Kamis tentang situasi global, WHO mengatakan jumlah kasus baru Covid-19 tampaknya telah stabil setelah berminggu-minggu menurun sejak akhir Maret, sementara jumlah keseluruhan kematian mingguan turun. Namun, sejumlah kematian karena Covid-19 dilaporkan meningkat di Afrika, benua dengan cakupan vaksinasi terendah.
Sementara itu, jumlah kasus Covid-19 di Indonesia terus menunjukkan penurunan, dengan penambahan kasus harian pada Senin sebanyak 174 kasus dan 12 korban jiwa. Kasus aktif menurun 767 sehingga total saat ini 2.890 kasus.