Penyakit cacar monyet semakin banyak ditemukan di Eropa. Warga diimbau tak kontak fisik dengan orang bergejala cacar monyet yang terlihat dari ruam-ruam di badan. Jika terpapar, segera isolasi diri dan berobat.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
LONDON, SABTU — Kasus dugaan cacar monyet menyebar dengan cepat. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO khawatir akan menemukan lebih banyak kasus cacar monyet sehingga memperluas pengawasan di negara-negara yang biasanya tidak ditemukan cacar monyet. Sampai dengan Sabtu, 92 kasus cacar monyet terkonfirmasi dan 28 kasus terduga cacar monyet teridentifikasi di 12 negara yang bukan endemik virus itu.
Mayoritas kasus ditemukan di daratan Eropa. WHO akan mengeluarkan panduan dan rekomendasi mengenai cara menekan penyebaran cacar monyet. ”Dari informasi yang diperoleh, penularan dari manusia ke manusia terjadi di antara orang-orang yang melakukan kontak fisik yang dekat dengan orang-orang yang bergejala,” sebut pernyataan tertulis WHO, Sabtu (21/5/2022).
Cacar monyet merupakan penyakit menular yang gejalanya biasanya ringan dan bersifat endemik di wilayah bagian barat dan tengah Afrika. Penyakit ini menyebar melalui kontak dekat sehingga relatif mudah dikendalikan melalui tindakan seperti isolasi diri dan menjaga kebersihan.
Hanya, kata Ketua Kelompok Penasihat Teknis dan Strategi tentang Penyakit Menular dengan Potensi Pandemi dan Endemi di WHO, David Heymann yang juga Guru Besar di London School of Hygiene and Tropical Medicine, cacar monyet ini sekarang menyebar ke masyarakat dalam bentuk seksual atau alat vital. Dengan demikian, penyebarannya menjadi seperti penyakit menular seksual. Sekarang, penyakit ini sudah menyebar ke seluruh dunia.
Virus ini tidak semudah menular seperti halnya virus SARS-CoV-2 yang menjadi pemicu pandemi global Covid-19. Para ahli meyakini cacar monyet sekarang menyebar melalui kontak kulit yang dekat dan intim dengan seseorang yang memiliki ruam aktif.
Penyakit cacar monyet ini merupakan virus yang bisa menimbulkan gejala-gejala seperti demam, nyeri, dan muncul ruam-ruam bergelombang. Biasanya orang bisa sembuh total dalam 2-4 minggu. Namun, cacar monyet juga memiliki tingkat kematian sekitar 1 persen.
Virus ini tidak semudah menular seperti halnya virus SARS-CoV-2 yang menjadi pemicu pandemi global Covid-19. Para ahli meyakini cacar monyet sekarang menyebar melalui kontak kulit yang dekat dan intim dengan seseorang yang memiliki ruam aktif. Itu yang seharusnya membuat penyebarannya lebih mudah dibendung begitu infeksi bisa diidentifikasi. ”Covid-19 menyebar melalui jalur pernapasan dan sangat menular. Ini tampaknya tidak terjadi pada cacar monyet,” kata Martin Hirsch dari Rumah Sakit Umum Massachusetts, AS.
Sebagian orang yang didiagnosis menderita cacar monyet adalah laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki. Ini dilihat dari kasus di Spanyol yang terkait dengan sauna di wilayah kota Madrid. Menurut WHO, cacar monyet yang baru-baru ini muncul di luar kebiasaan karena terjadi di negara-negara di mana virus tidak bersirkulasi secara teratur. Para ilmuwan sedang berusaha memahami asal usul kasus-kasus murakhir dan meneliti apabila terjadi perubahan sifat virus.
Sejauh ini, sebagian besar kasus cacar monyet terdeteksi di Inggris, Spanyol, dan Portugal. Ada juga kasus di Kanada dan Australia. Selain itu, satu kasus cacar monyet dilaporkan di Boston, AS. Ada kekhawatiran jumlah kasus cacar monyet akan meningkat mengingat mulai banyaknya acara festival, pesta, dan liburan pada musim panas mendatang.
Sebagai antisipasi, WHO mengadakan rapat darurat bersama komite ahli internasional agar segera bisa mempelajari cacar monyet itu lalu mengomunikasikannya kepada masyarakat. Hal terpenting diketahui masyarakat adalah apakah penyebarannya tanpa gejala, siapa yang paling berisiko, dan cara-cara penularannya.
Heymann menjelaskan, kontak yang dekat diyakini menjadi cara penularan yang paling mungkin terjadi. Misalnya, orangtua yang merawat anak-anak yang sakit itu berisiko. Begitu pula dengan petugas medis. ”Itulah kenapa beberapa negara mulai menyuntik tim yang merawat pasien cacar monyet dengan vaksin cacar,” kata Heymann.
Banyak dari kasus cacar monyet belakangan ini ditemukan di klinik-klinik kesehatan seksual. Urutan genomik awal dari beberapa kasus di Eropa menunjukkan kesamaan dengan jenis virus yang menyebar secara terbatas di Inggris, Israel, dan Singapura pada 2018. Heymann menilai ”secara biologis masuk akal” jika virus itu menyebar ke luar dari negara-negara endemik.
Namun, cacar monyet tidak menyebabkan wabah seperti pandemi Covid-19. Wabah cacar monyet tidak seperti masa-masa awal pandemi Covid-19. Mereka yang mungkin terpapar cacar monyet atau menunjukkan gejala termasuk ruam bergelombang dan demam, harus segera menghindari kontak dekat dengan orang lain. ”Sudah ada vaksin yang tersedia, tetapi paling penting Anda harus melindungi diri sendiri,” kata Heymann.
Ahli virologi di Organisasi Penyakit Menular dan Vaksin di University of Saskatchewan di Kanada, Angela Rasmussen, menjelaskan, virus seperti cacar monyet dan virus-virus lain itu bukan hal baru dan sudah diduga akan bisa muncul dan menular. Ada sejumlah faktor yang mempercepat kemunculan dan penyebaran virus. Di antaranya adalah peningkatan perjalanan orang di seluruh dunia dan perubahan iklim. ”Dunia juga harus lebih waspada terhadap wabah baru dalam bentuk apa pun setelah pandemi Covid-19,” ujarnya.
Guna mencegah penularan lebih meluas, Pemerintah Inggris mulai menyuntikkan vaksin cacar pada tenaga media yang berisiko tinggi saat merawat pasian. Pemerintah Amerika Serikat mengaku sudah mempunyai stok vaksin cacar yang cukup untuk memvaksin seluruh rakyatnya.
Ada juga obat-obat yang bisa diminum yang dapat digunakan untuk mengobati cacar monyet, tetapi dengan kondisi yang khusus. Pada intinya, warga diimbau untuk tidak kontak dekat dengan seseorang yang badannya terlihat ada ruam-ruam atau dalam kondisi tidak sehat. Sementara orang yang diduga menderita cacar monyet harus segera mengisolasi diri dan berobat ke dokter. (REUTERS)