Suplemen Kalsium Dikaitkan dengan Kematian Dini Lanjut Usia
Suplemen kalsium yang kerap diberikan kepada kelompok lanjut usia guna mengurangi risiko osteoporosis ternyata terkait dengan peningkatan risiko kematian di antara kelompok lanjut usia yang memiliki masalah jantung.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Suplemen kalsium ternyata terkait dengan peningkatan risiko kematian di antara kelompok lanjut usia yang memiliki masalah jantung. Temuan yang didasarkan pada studi observasional harus menjadi perhatian karena selama ini kerap diberikan kepada kelompok lanjut usia guna mengurangi risiko osteoporosis dan patah tulang,
Kajian ini dilaporkan di jurnal Hearth edisi April 2022 dan dirilis British Medical Journal pada Senin (25/4/2022). Nicholas Kassis dari Department of Internal Medicine, Cleveland Clinic Foundation, Amerika Serikat, menjadi penulis utama kajian ini.
Stenosis aorta terjadi ketika katup aorta, katup aliran keluar utama jantung, menegang dan menyempit. Hal ini berdampak mengurangi atau menghalangi aliran darah dari jantung ke arteri utama (aorta) dan seluruh tubuh. Satu-satunya pengobatan yang efektif adalah penggantian katup yang rusak, prosedur ini dikenal sebagai AVR (penggantian katup aorta).
Hubungan antara diet dan suplemen kalsium atau vitamin D dengan risiko penyakit kardiovaskular dan kematian masih diperdebatkan. Namun, bukti keamanannya sebagian besar berasal dari penelitian pada hewan dan resep kedua suplemen ini telah meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir, terutama di kalangan wanita pascamenopause.
Oleh karena itu, Kassis dan tim berupaya melihat dampak potensial suplemen ini terhadap kematian akibat penyebab apa pun dan penyakit kardiovaskular, kebutuhan akan AVR, serta perkembangan stenosis aorta di antara orangtua.
Dalam penelitian ini, Kassis melacak kesehatan jantung dari 2.657 pasien (usia rata-rata 74 tahun dan 42 persen wanita) dengan stenosis aorta ringan hingga sedang antara tahun 2008 hingga 2018 atau periode pemantauan rata-rata lebih dari 5,5 tahun.
Partisipan dibagi antara mereka yang tidak mengonsumsi suplemen apa pun (1.292;49 persen), mereka yang hanya mendapat suplemen vitamin D (332;12 persen), mereka yang diberi suplemen kalsium plus atau minus vitamin D (1.033;39 persen), dan 115 di antaranya mengonsumsi hanya suplemen kalsium.
Suplemen kalsium plus vitamin D dikaitkan dengan risiko kematian yang secara signifikan lebih tinggi (31 persen) dari penyebab apa pun dan dua kali lipat risiko kematian kardiovaskular.
Kajian menemukan, mereka yang mengonsumsi suplemen memiliki lebih banyak diabetes dan penyakit arteri koroner secara signifikan daripada mereka yang tidak mengonsumsi suplemen. Mereka juga lebih mungkin menggunakan statin, warfarin, dan pengikat fosfat (untuk membatasi penyerapan fosfor), memiliki cangkok bypass arteri koroner dan membutuhkan dialisis ginjal.
Selama periode pemantauan, 540 (20,5 persen) orang meninggal. Sebanyak 150 meninggal karena penyakit kardiovaskular, 155 meninggal karena sebab lain, dan 235 meninggal karena penyebab yang tidak diketahui. Dan 774 (29 persen) orang mengalami penggantian katup aorta. Lebih dari sepertiga orang di setiap kelompok mengalami stenosis aorta parah setelah 5 tahun.
Berdasarkan temuan ini, Kassis menyebutkan, suplemen vitamin D saja tampaknya tidak memengaruhi kelangsungan hidup. Tetapi suplemen kalsium plus vitamin D dikaitkan dengan risiko kematian yang secara signifikan lebih tinggi (31 persen) dari penyebab apa pun dan dua kali lipat risiko kematian kardiovaskular. Hal itu dikaitkan dengan peningkatan risiko AVR sebesar 48 persen dibandingkan dengan mereka yang tidak mengonsumsi suplemen.
Suplemen kalsium saja juga dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian dari penyebab apa pun (24 persen) dan hampir tiga kali lipat risiko AVR. Dan risiko kematian karena sebab apa pun dan penyakit kardiovaskular juga lebih tinggi di antara mereka yang mengonsumsi suplemen kalsium yang katup aortanya tidak diganti.
Para peneliti menyebutkan, kajian ini adalah studi observasional, dan karena itu tidak dapat menentukan penyebabnya. Mereka yang mengonsumsi suplemen juga memiliki lebih banyak faktor risiko penyakit jantung dan kematian daripada mereka yang tidak mengonsumsinya dan jumlah asupan kalsium dari diet dan suplemen tidak dinilai.
Namun, Kassis menyimpulkan, ”Diperkuat oleh ukuran sampelnya yang besar dan periode tindak lanjut yang panjang, penelitian kami menunjukkan bahwa suplementasi kalsium tidak memberikan manfaat (kardiovaskular), dan sebaliknya mungkin mencerminkan peningkatan risiko keseluruhan AVR dan kematian, terutama di mereka yang tidak menjalani AVR.”
Dalam editorial di jurnal terkait, profesor Jutta Bergler-Klein, dari Universitas Kedokteran Wina, Austria, menunjukkan bahwa miliaran dollar AS dihabiskan setiap tahun untuk suplemen vitamin dan mineral untuk lanjut usia dengan keyakinan bahwa ini bermanfaat bagi kesehatan.
Namun, kita mungkin perlu memikirkan kembali hal ini. Setidaknya dalam hal suplemen kalsium harus ditinjau ulang. Temuan penelitian ini harus menjadi perhatian bagi dokter yang merawat osteoporosis pada orang dengan penyakit jantung.
”Pada pasien dengan klasifikasi (stenosis aorta) dan (penyakit kardiovaskular) risiko tinggi, penelitian ini sangat menambah bukti bahwa suplementasi kalsium berkelanjutan jangka panjang harus dihindari,” tulisnya.