Banjir Plastik Mencapai Kutub Utara
Mikroplastik konsentrasi tinggi telah ditemukan di hampir semua sudut Kutub Utara. Tidak hanya menjadi beban bagi ekosistem, keberadaan limbah plastik di semu sudut kutub ini bisa memperburuk perubahan iklim.
Mikroplastik konsentrasi tinggi ditemukan di air, dasar laut, pantai terpencil, sungai, dan bahkan di es dan salju di Kutub Utara. Tidak hanya menjadi beban bagi ekosistem, keberadaan limbah plastik di seluruh sudut kutub ini bisa memperburuk perubahan iklim.
Analisis dari para peneliti di Alfred Wegener Institute (AWI) yang diterbitkan di jurnal Nature Reviews Earth and Environment pada Selasa (5/4/2022) menunjukkan banjir plastik yang telah mencapai seluruh sudut Arktik.
”Arktik masih dianggap sebagai hutan belantara yang sebagian besar belum tersentuh. Dalam studi kami bersama dengan rekan-rekan dari Norwegia, Kanada, dan Belanda, kami menunjukkan bahwa persepsi ini tidak lagi mencerminkan kenyataan. Ekosistem paling utara ini sudah sangat terpukul oleh perubahan iklim. Ini sekarang diperburuk oleh polusi plastik,” kata Melanie Bergmann, peneliti AWI yang menjadi penulis pertama studi ini, dalam keterangan tertulis.
Paper ini menyebutkan, meskipun Arktik jarang penduduknya, di hampir semua habitat, dari pantai dan kolom air, hingga dasar laut, telah menunjukkan tingkat polusi plastik yang sama dengan wilayah berpenduduk padat di seluruh dunia.
Sumber plastik
Bergmann dan tim menyebutkan, polusi plastik ini berasal dari sumber lokal dan juga sumber jauh. Arus laut dari Atlantik dan Laut Utara, dan dari Pasifik Utara di atas Selat Bering, khususnya berkontribusi terhadap hal ini. Partikel mikroplastik kecil juga dibawa ke utara oleh angin.
Selain itu, polusi plastik ini juga dibawa dari sungai. Meskipun Samudra Arktik hanya 1 persen dari total volume lautan dunia, ia menerima lebih dari 10 persen debit air global dari sungai, yang membawa plastik ke laut, misalnya dari Siberia.
Ketika air laut di lepas pantai Siberia membeku di musim gugur, mikroplastik yang tersuspensi menjadi terperangkap di dalam es. Arus kutub kemudian mengangkut es yang terapung ke Selat Fram antara Greenland dan Svalbard, tempat es itu mencair di musim panas, melepaskan muatan plastiknya.
Mikroplastik dari sungai-sungai Eropa dapat terakumulasi di beberapa bagian Samudra Arktik, Laut Nordik, dan Teluk Baffin.
Sementara itu, beberapa sumber polusi lokal yang paling penting, yaitu limbah kota dan air limbah dari komunitas Arktik dan puing-puing plastik dari kapal, terutama jaring dan tali kapal penangkap ikan, menimbulkan masalah serius. Sumber ini menyumbang sebagian besar sampah plastik di sektor Eropa Arktik. Misalnya, di satu pantai di Svalbard, hampir 100 persen massa plastik yang terdampar berasal dari perikanan.
Baca juga: Plastik di Darah dan Jejak Karbon
Sekalipun polusi plastik diketahui sudah sangat luas di Arktik, efeknya pada organisme setempat belum banyak diketahui. ”Sayangnya, hanya ada sedikit penelitian tentang efek plastik pada organisme laut di Kutub Utara,” jelas Bergmann.
Meskipun demikian, beberapa bukti yang ada menunjukkan bahwa banyak hewan, seperti beruang kutub, anjing laut, rusa kutub, dan burung laut, telah terjerat dalam plastik dan mati. ”Di Kutub Utara juga, mikroplastik yang tertelan secara tidak sengaja kemungkinan menyebabkan penurunan pertumbuhan dan reproduksi, stres fisiologis dan peradangan pada jaringan hewan laut, dan bahkan mengalir dalam darah manusia,” tambah Bergmann
Dampak terhadap iklim
Dalam penelitian ini, Bergamann dan tim juga menganalisis kaitan polusi plastik di kutub ini dengan perubahan iklim. ”Studi awal menunjukkan bahwa mikroplastik yang terperangkap mengubah karakteristik es laut dan salju,” katanya.
Misalnya, partikel gelap bisa menyebabkan es menyerap lebih banyak sinar matahari dan karena itu meleleh lebih cepat. Pada gilirannya, karena apa yang dikenal sebagai umpan balik es-albedo, hal ini dapat meningkatkan pemanasan global.
Selain itu, partikel plastik di atmosfer memberikan inti kondensasi untuk awan dan hujan, yang berarti mereka dapat memengaruhi cuaca dan, dalam jangka panjang, yaitu iklim. Dan yang tak kalah pentingnya, sepanjang siklus hidupnya, plastik saat ini bertanggung jawab atas 4,5 persen emisi gas rumah kaca global.
Baca juga: Perjalanan Plastik ke Atmosfer dan Menginvasi Kehidupan
”Tinjauan kami menunjukkan bahwa tingkat polusi plastik di Kutub Utara cocok dengan wilayah lain di seluruh dunia. Ini sesuai dengan simulasi model yang memprediksi zona akumulasi tambahan di Kutub Utara,” kata Bergmann.
Konsekuensi pemanasan global di Arktik bisa lebih serius karena kawasan ini memanas tiga kali lebih cepat daripada bagian dunia lainnya. Akibatnya, banjir plastik menghantam ekosistem yang sudah sangat tertekan.
”Resolusi untuk perjanjian plastik global, yang disahkan di Majelis Lingkungan PBB pada Februari 2022 ini, merupakan langkah pertama yang penting. Dalam proses negosiasi selama dua tahun ke depan, langkah-langkah yang efektif dan mengikat secara hukum harus diadopsi, termasuk target pengurangan produksi plastik,” katanya.
Para peneliti AWI juga merekomendasikan, negara-negara Eropa harus mengurangi produksi plastik mereka, seperti halnya negara-negara Arktik yang kaya harus mengurangi polusi dari sumber-sumber lokal dan meningkatkan pengelolaan limbah dan air limbah yang sering kali hampir tidak ada di komunitas mereka. Selain itu, lebih banyak peraturan dan kontrol diperlukan, khususnya terkait dengan sampah plastik dari pelayaran internasional, dan perikanan.
Dari Eropa
Analisis Bergmann ini sejalan dengan temuan Mats Huserbråten dan tim dari Department of Oceanography and Climate, Institute of Marine Research, Norwegia, yang menemukan bahwa mikroplastik dari sungai-sungai Eropa dapat terakumulasi di beberapa bagian Samudra Arktik, Laut Nordik, dan Teluk Baffin. Studi Huserbråten ini diterbitkan di Scientific Reports pada 17 Maret 2022.
Penelitian Huserbråten menggabungkan model arus laut antara 2007 dan 2017 dengan simulasi gerakan mikroplastik mengambang. Mereka menyimulasikan pelepasan mikroplastik dari 21 sungai besar di seluruh Eropa utara dan Kutub Utara setiap hari selama periode 10 tahun dan memodelkan pergerakan mereka selama beberapa dekade. Para peneliti kemudian membandingkan hasil model mereka dengan distribusi mikroplastik terapung di 121 sampel air laut yang dikumpulkan dari 17 lokasi di lepas pantai barat Norwegia antara Mei 2017 dan Agustus 2018.
Baca juga: 24 Triliun Keping Mikroplastik di Lautan dan Terus Bertambah
Para penulis menemukan bahwa, setelah dilepaskan dari sungai, sebagian besar partikel yang disimulasikan melayang di sepanjang dua jalur utama. Sebanyak 65 persen melayang di sepanjang pantai Norwegia menuju Laut Laptev, terletak di utara Rusia, sebelum diangkut ke Samudra Arktik, melintasi Kutub Utara, dan kemudian keluar dari Samudra Arktik melalui Selat Fram, terletak di timur Greenland.
Sebanyak 30 persen dari partikel simulasi melayang di sepanjang pantai Norwegia sebelum bergerak ke selatan melalui Selat Fram dan kemudian di sepanjang pantai timur dan selatan Greenland sebelum melakukan perjalanan lebih jauh ke selatan di sepanjang pantai timur laut Kanada. Setelah 20 tahun simulasi, para peneliti dapat mengidentifikasi area yang jelas di mana mikroplastik mengambang terakumulasi. Ini berada di Laut Nordik, Cekungan Nansen di Samudra Arktik, Laut Barents dan Laut Laptev—terletak di antara Samudra Arktik dan Rusia utara—dan Teluk Baffin, yang terletak di antara Greenland dan Kanada.
Analisis sampel air laut mengungkapkan bahwa distribusi mikroplastik terapung konsisten dengan yang diprediksi oleh model penulis setelah 10 tahun simulasi pelepasan mikroplastik dan sirkulasi berikutnya melalui Laut Nordik, Samudra Arktik, dan Selat Fram. Ini menunjukkan bahwa mikroplastik terapung telah beredar di seluruh Kutub Utara setidaknya selama 10 tahun.