24 Triliun Keping Mikroplastik di Lautan dan Terus Bertambah
Peneliti memperkirakan ada 24,4 triliun keping mikroplastik di lautan atas dunia dengan berat gabungan 82.000-578.000 ton atau setara dengan sekitar 30 miliar botol air plastik 500 mililiter.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tim ahli kelautan global yang dipimpin peneliti dari Universitas Kyushu, Jepang, telah menghitung setidaknya ada 24,4 triliun keping mikroplastik yang mengapung di lautan. Jika ditotal, berat kepingan plastik berukuran di bawah 5 milimeter ini mencapai 82.000-578.000 ton atau setara dengan sekitar 30 miliar botol plastik 500 mililiter.
Laporan penelitian tentang mikroplastik ini diterbitkan di jurnal Microplastics and Nanoplastics. ”Meskipun pengamatan mikroplastik dimulai pada tahun 1970-an, data standar yang mencakup kondisi global masih terbatas,” jelas Atsuhiko Isobe, profesor di Institut Penelitian Mekanika Terapan Universitas Kyushu dan pemimpin penelitian, dalam keterangan tertulis pada Kamis (28/10/2021).
Dikategorikan sebagai potongan-potongan kecil plastik terdegradasi berukuran kurang dari 5 mm, mikroplastik dapat melakukan perjalanan ribuan mil di laut lepas dan, tergantung pada degradasinya, tetap berada di berbagai kedalaman permukaan laut.
Sementara banyak survei dalam 50 tahun terakhir telah ditetapkan untuk mengukur jumlah mikroplastik di lautan, penggabungan dan pengarsipan data berjalan lambat dan menghadapi banyak tantangan terkait dengan perbedaan dalam metode dan kondisi pengumpulan, seperti turbulensi laut, dan penghitungan protokol analisis.
Untuk membuat kumpulan data baru, para peneliti mengumpulkan, mengalibrasi, dan menggabungkan data dari total 8.218 sampel mikroplastik pelagis yang diambil dari lautan di seluruh dunia antara tahun 2000 dan 2019.
”Kami mengumpulkan data yang diterbitkan dan tidak dipublikasikan tentang distribusi mikroplastik dari seluruh dunia dan dikalibrasi untuk memperhitungkan perbedaan seperti dalam metode pengumpulan dan tinggi gelombang untuk membuat peta 2D standar kelimpahan mikroplastik yang canggih,” jelas Isobe.
Dengan metode ini, tim memperkirakan ada 24,4 triliun keping mikroplastik di lautan atas dunia dengan berat gabungan 82.000-578.000 ton atau setara dengan sekitar 30 miliar botol air plastik 500 mililiter.
Dengan metode ini, tim memperkirakan ada 24,4 triliun keping mikroplastik di lautan atas dunia dengan berat gabungan 82.000-578.000 ton atau setara dengan sekitar 30 miliar botol air plastik 500 ml.
”Sementara pekerjaan ini meningkatkan pemahaman kita tentang situasi aktual, jumlah total mikroplastik kemungkinan masih jauh lebih besar karena ini hanya apa yang dapat kita perkirakan di permukaan,” kata Isobe. ”Agar kita mendapatkan gambaran yang lebih jelas, kita harus mengembangkan peta 3D yang menyelidiki kedalaman lautan dan terus mengisi celah dalam kumpulan data kita.”
Salah satu celahnya adalah kurangnya data mikroplastik untuk Samudra Hindia dan laut di sekitar Asia Tenggara, termasuk Laut China Selatan. Selain itu, ada data yang hilang untuk mikroplastik yang berukuran kurang dari 300 mikrometer atau bahkan dalam skala nano. Hal ini disebabkan kurangnya protokol survei lapangan untuk plastik tersebut dan keterbatasan peralatan dan ukuran mata jaring yang digunakan di lapangan.
Isobe berharap, survei di masa depan akan terus mengisi kesenjangan ini menggunakan protokol umum untuk memfasilitasi berbagi data. ”Meskipun telah ada kemajuan, kami masih harus banyak belajar untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang nasib sampah plastik dan pengaruhnya terhadap lingkungan,” ujarnya.
Penelitian terpisah yang diterbitkan para peneliti di Health Canada di Current Opinion of Toxicology awal bulan ini menyebutkan, paparan mikroplastik bisa mengancam kesehatan manusia. ”Ada tiga cara berbeda bahwa mikroplastik dapat menyebabkan toksisitas,” kata Sabina Halappanavar, penulis pertama studi dan ilmuwan penelitian di Health Canada.
Partikel plastik, karena ukuran dan sifat kimianya, dapat menembus atau berinteraksi dengan jaringan dengan cara yang menyebabkan kerusakan sel atau respons imun, yang sering kali merupakan langkah pertama dalam perkembangan yang mengarah pada penyakit dan disfungsi.
Selain itu, partikel-partikel ini juga bisa membawa bahan kimia yang mungkin berbahaya bagi kesehatan manusia. Akhirnya, mereka dapat berfungsi sebagai vektor untuk patogen penyebab penyakit, seperti virus.
Kajian Halappanavar dan tim ini juga menyebutkan, yang membuat sesuatu menjadi beracun sering kali adalah jumlah atau volume paparan, serta durasi dan frekuensinya. Langkah-langkah ini cenderung bervariasi dari orang ke orang berdasarkan lokasi dan faktor lainnya. Memilah efeknya, pada kita, dan pada semua makhluk hidup lainnya, akan membutuhkan lebih banyak waktu.
Sementara jawaban cepat belum tersedia, beberapa ahli telah menyoroti mikroplastik di udara sebagai ancaman bagi kesehatan paru-paru dan pernapasan manusia. Yang lain telah memilih mikroplastik sebagai kemungkinan penyebab disbiosis mikrobioma usus.
Disbiosis mengacu pada ketidakseimbangan dalam jenis, jumlah, atau interaksi bakteri dalam saluran pencernaan manusia. Para peneliti telah menghubungkan ketidakseimbangan tersebut dengan diabetes, obesitas, penyakit radang usus, kanker kolorektal, dan kondisi medis lainnya yang dulunya relatif jarang, tetapi dalam beberapa dekade terakhir menjadi lebih umum.
Pemicu penyakit ini bersifat multifaktorial. Pola diet gaya Barat dan konsumsi gula yang berlebihan keduanya dikaitkan dengan disbiosis usus dan masalah kesehatan yang menyertainya. Namun, ada kemungkinan bahwa paparan mikroplastik dapat berkontribusi pada perkembangan ini dan kondisi medis lainnya.